Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2016

KENDARAANKU

       www.manimux.com       Hari berganti begitu cepatnya. Detik waktu berlalu menggilas waktu. Ketika beranda facebook teman-temanku di penuhi pose -pose bahagia saat-saat liburan.       Aku sesekali ingin menikmati hari. Berkeliling mengitari separuh bumi, atau bahkan seluruhnya. Ingin menginjakkan kaki ke negeri sakura lebih tepatnya. Menikmati gunung Fuji dan berbagai pemandian air hangat seperti yang terlihat di media. Untuk kesana aku harus rela duduk di perut burung besi selama tujuh jam. Harus rela menghabiskan satu bulan gajiku hanya untuk membeli tiket setengah perjalanan, belum termasuk tiket kepulangan. Dua bulan gaji perlu ku habiskan hanya untuk dua lembar tiket perjalanan. Lalu bagaimana aku makan, membayar listrik, membayar kontrakan dan beberapa hutang yang harus dibayarkan? Ah, untuk apa aku kesana? Sedang negeri sendiri belum semuanya kujelajahi. Bahkan ketika uang tabungan tak cukup untuk menambal uang makan, uang lstrik dan uang kontrakan. Hanya untu

Gang Bakti

www.ayeey.com “Waw, cantik-cantik semua,” mulutku terganga, seperti tak percaya. Mataku terpesona pada deretan baju yang tergantung disana. Terpampang sebuah papan besar, bertuliskan beberapa angka. Yang pasti akan membuat hitungan di mesin meja kasir nanti manjadi lebih ringan. Satu, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya telah sukses mendarat di plastik belanja. “Ingat Yuna, jangan kesetanan,” sisi baikku mengingatkan.           “Waw, cantik – cantik semua,” teriakmu ketika melihat semua baju yang tergantung disana. Kamu dengan riang mengambil potongan baju seperti kesetanan. Riang tanpa beban. Satu, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya, kamu masukkan dalam kantong belanja. Matamu semakin berbinar ketika membaca sebuah papan kayu yang berderet beberapa angka. Katamu angka-angka itu akan membuatmu semakin sedikit mengeluarkan lembaran kertas biru dari tubuhku.           Tawaku mengembang, melihat seorang gadis cantik diantara kerumunan. Tangan kanannya penuh tas belanjaan. Se

Segumpal Daging

www.rumahjurnalku.blogspot.com “Mengapa kamu menangis?” bentakku pada mata yang airnya tidak berhenti mengalir. Indera penciumannya mulai penuh sesak, sulit bernafas. “Aku tidak sedang bersedih, maka jangan menangis!” ujarku lagi menyuruh mata untuk berhenti menangis. Aku tidak tahu apa yang di tangisinya, mudah sekali matanya mengeluarkan airmata. Terkadang hanya membaca sebuah tulisan, atau mendengar sebuah cerita. Air mata akan merembes perlahan di tepi-tepi kelopak matanya. Telapak tangan kanannya akan segera beringsut menghapusnya, sebelum ia mengalir ke pipinya yang ranum. Terkadang ujung kaosnya sebagai korban. Sungguh cengeng, pikirku. “Itu semua karenamu. Seharusnya kamu yang lebih tahu alasanku menangis.” Ucapannya sedikit mengagetkanku. Tuduhannya semakin membuatku geram. Aku yang sejak tadi merasa porak-poranda semakin merasa tidak terima tuduhannya. “Kenapa aku?” aku tak kuasa menahan keingintahuanku. “Kamu benar-benar sudah tidak tahu? Mungkin kamu perlu me

IMPIAN

www.weheartit.com Dalam hitungan hari, tahun akan segera berganti. Desember yang sejuk akan segera meninggalkan diri. Apa yang kamu ingin capai di tahun 2017? Begitu mungkin tanya yang menggema didalam jiwa ini. Aku hanya mematung, merenungi pertanyaanya yang sudah tak asing lagi, dikirimkan ke dalam otakku kemudian syarafnya menggerakkan jemariku untuk menuliskan beberapa impian. Sekian tahun dia tinggal di dalam diriku, pertanyaan yang sama selalu keluar darinya. Jawabankupun selalu tidak begitu “berbeda”.   Dulu berderet-deret impian yang kutulis, ingin kugapai di tahun itu. Namun teryata itu semua hanyalah tetap sebuah tulisan yang tak terealisasikan. Menangis diakhir tahun? Entahlah, aku sendiri lupa. Yang kuingat, aku menuliskan lagi impian-impian itu di tahun baru berikutnya. Dan nasibnya sama, impian itu kandas. Aku tak tahu lagi dimana kertas yang telah tertorehkan impian-impianku, mungkin sudah menjadi bubur kertas atau sudah membaur bersama cacing-cacing tanah.

Apa yang Bisa Kulakukan Untukmu Aleppo?

www.aboutislam.net Apa yang bisa kulakukan untukmu Aleppo? Ketika dunia membisu, negeriku membisu, bahkan mungkin diriku membisu Hanya setitik suara yang keluar dari kalbuku Apa yang bisa kulakukan untukmu Aleppo? Ketika hiasan negerimu, hanyalah puing-puing bangunan yang porak poranda Ketika lagu yang mengiringi hari-harimu adalah tangisan kehilangan, tangisan duka dan desing desing rudal yang berhamburan diudara Ketika warna yang menghiasi negerimu adalah merah ceceran darah Apa yang bisa kulakukan untukmu Aleppo? Ketika anak-anak bersembunyi ketakutan Tangisan Diantara debu dan darah yang bercecer dari tubuh mereka Apa yang bisa kulakukan untukmu Aleppo? Apakah kau ingin singgah ke negeriku barang sesaat saja? Negeriku adalah surga Yang ada hanya tangis dan tawa bahagia Apa yang bisa kulakukan untukmu Aleppo? Ketika aku diingatkan untuk mengingatmu barang sekejap saja Aku selalu berkata, ”Untuk apa? Bahkan negeriku sedang terkena benc

Gadis Kecil dan Kabut

www.mikkomarshal.wordpress.com “Ma, kenapa rumah kita dikelilingi kabut?” suara gadis kecil yang sedang berdiri menatap keluar dari balik jendela mencari jawaban. Aku kemudian berdiri mendekat dibelakang gadis kecilku sambil menatap keluar dari balik jendela. “Iya, Ma. Tetapi mengapa hanya rumah kita saja Ma yang dikelilingi kabut?” tanyanya masih dengan nada heran. “Mungin dia hanya sebentar saja mengelilingi rumah kita, nanti dia akan pudar dengan sendirinya,” ucapanku sambil mengusap kepala gadis kecilku. Setiap hari gadis kecilku menatap keluar dari balik jendela. Menatap kabut yang selalu mengelilingi rumah kami. Hanya rumah kami saja. Dia hampir melupakan maina-mainan yang selalu menemani setiap harinya. “Ma, tahukah Mama? Kabut itu kadang begitu tebal, hingga aku tidak bisa melihat rumah tetangga sekitar. Namun kadang begitu tipis, hingga aku bisa melihat mentari menyinari rumah-rumah tentangga kita Ma. Sejak kabut itu menyelubungi rumah kita, rasanya mata

TERIMAKASIH

google search Pagi tadi, sebuah pesan masuk di email saya. Sebuah notifikasi komentar disalah satu tulisan di blog saya. Komentar dari orang yang namanya baru sekali ini muncul di blog. Sebelumnya belum pernah sekalipun beliau mengomentari tulisan-tulisan saya. “Bikin buku mbak, tulisannya bagus banget enak di bacaa :( sapa tahu bisa bikin novel atau drama karangan dikit dijadiin buku gitu hee ) Terlebih lagi tulisan yang dikomentarinya adalah tulisan yang sengaja tidak saya share di share link grup odop maupun di facebook. Tulisan yang hanya di view 17 viewer, bahkan mungkin dari 17 viewer itu beberapa diantaranya saya sendiri yang mem view nya. Saya merasa tulisan yang dia komentari itu hanyalah sebuah cerpen yang klise, sudah biasa.  Tapi saya juga tidak tahu pasti mengapa dia menyukai tulisan atau cerpen itu. Mungkin itu yang di sebut dengan takdir tulisan ya?

Senandung Rasa

www.pixabay.com I Dunia yang riuh kini hadir dihatiku. Riuh menyebut namamu, sejak pertama kita bertemu. Tak perlu heran jika namamu terpatri di hatiku. Debaran hatiku setiap menatapmu dari jauh. Rasa kagum yang mengukir setiap putaran waktu. Jarak yang terukir antara keduanya hanya sejengkal, antara cinta dan kekaguman. Kita bukan siapa-siapa. Hanya dua orang pecinta aksara. Merangkainya sedemikian rupa. Hingga tercipta rangkaian kata, yang alunan melodinya senada dengan hati kita. Don’t wonder how I know your name Its whispered by the breeze And its certain why it’s hypnotizing me How can you size the spaces? Between love and admiration It is frightening it is something, I can see (Sofie, I Love You) II Perlukah aku mengabarkan kepadamu, tentang sekelumit rasa yang menggganguku? Mengusik setiap detik pusaran waktu yang kulalui. Aku menyukai rasa ini. Ketika aliran listrik mengalir di setiap jemariku, debaran jantung yang tak menentu, pancaran mata

CILI OH CILI

Sejak pertemuan pertama anggota klub keren ODOP, hati Gilang terasa semakin berbunga-bunga. Pasalnya ada cewek manis berkacamata yang tiba-tiba menggetarkan hatinya. Seolah seperti didatangkan Tuhan untuk mengobati luka hatinya. Pertemuan pertama satu bulan yang lalu, yang membahas rencana perayaan ulang tahun pertama klub keren ODOP. Cewek manis itu terlihat pendiam. Bahkan dia sering menundukkan pandangannya. “Sombong banget sih jadi cewek,” batin Gilang geregetan. “Ah, pasti dia takut terpesona sama cowok-cowok keren di ODOP ini. Nggak tahu dia kalau aku paling keren dan romantis diklub ini,” batin Gilang semakin geregetan sama cewek manis berkacamata yang selalu sibuk dengan novelnya. Bahkan hingga waktu pertemuan untuk membahas rencana ulang tahun itu hampir usai, cewek itu masih asyik membaca novel Masih Ada yang ada ditangannya. Sesekali dia tersenyum dan hanya menganggukan kepala ketika beberapa teman cewek ODOP mengajaknya berbicara. Dan tralala, senyum cewek manis i

Serenade Cinta Untuk Lisa

sumber:www.fongsoi.blogspot.com -Tentangmu- Bertemu denganmu, bukan dalam mimpi. Wajahmu yang tirus, nyaris tak kukenali lagi. Wajah pucat pasi, menguarkan aroma duka yang tertahankan sejak lama. Mari ke sini. Biar kudekap lembut bahumu. Menangislah, hingga matamu yang bening tak mampu menampung lelehan airmata yang mengalir deras. “Pagiku dingin dan beku,” katamu. Saat kau menari diantara rinai hujan pagi itu. Menyembunyikan kepingan hati yang remuk redam, senyum yang hilang dan tangisan yang tak tertahankan. “Pagiku selalu dingin dan beku,” katamu. Ketika nyala api hidup semakin memudar. Langkahmu gontai menapaki jalan. Tubuh yang terhuyung menyangga badan. “Masihkah ada harapan?” tanyamu. “Ada,” jawabku lantang. Lihatlah bintang gemintang. Yang tetap bersinar dimalam kelam. Atau mentari yang tetap tersenyum. Dibalik awan hitam yang tebal. Memberikan tanda selalu ada cahaya dibalik pekatnya awan. “Tanyalah, apakah hatiku masih utuh?” katamu. Ketika kelebat

BEKU

www.pixabay.com Hujan tak pernah berhenti kali ini, November. Aku ingin memeluknya, memeluk rinai hujan untuk menyembuhkan luka yang menganga. Karena aku selalu jatuh cinta akan kesejukan dan kedamaian yang dibawanya. Ah tidak, aku sebenarnya sedang membutuhkan senyum hangat mentari. Untuk menyembuhkan lukaku yang semakin membusuk, semakin bernanah. Namun senyum mentari tak pernah hadir. Hingga lukaku semakin berbau anyir. Aku tak sanggup lagi. Mulutku berteriak dengan lantang,”Mentari, dimanakah kau kini? Aku hanya rindu senyum hangatmu.” Mentari menatapku. Raut wajahnya sendu, dia hanya diam membisu. Aku terpaku, diantara tangisan langit yang tak berhenti. Ketika pantulan rinainya mengalunkan serenade yang indah, namun semakin membuat lukaku membeku dan bernanah. Kini ada ruang kosong yang baru, berisi hatiku yang beku dan mulut yang membisu. (End)