Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2017

Lebaran Kali Ini

www.kumpulandoa.my.id Lebaran kali ini banyak sekali memberikan pelajaran bagi saya. Kebetulan lebaran kali ini saya habiskan di rumah sendiri yang biasanya saya habiskan di rumah kakak ipar di Tanjung Pinang. Ucapan syukur yang tiada terkira bahwa Allah telah memasukkan saya menjadi bagian dari umat-Nya, sehingga saya bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri. Berkunjung ke tetangga, teman dan sanak saudara merupakan kebahagiaan tersendiri dan selalu memberikan pelajaran setelahnya. Pada kenyataannya jika kita sadari bahwa ketika keluar rumah, melihat dunia sekitar, maka seharusnya tidak perlu ada lagi keluh kesah yang keluar dari mulut kita. Bahwa ternyata Allah telah menganugerahkan kepada kita begitu banyak kenikmatan. Bagaimana tidak? Ini mungkin contoh sederhana ketika di suatu rumah yang kita kunjungi, entah itu teman ataupun tetangga, jamuan kuenya begitu sederhana, terasa aneh di lidah. Sedang di rumah kita, aneka kue lezat terhidang dan hingga kini masih utuh belum tersen

Semangkuk Soto untuk Mamak

www.kuliner123.com Dering telepon menggetarkan samsung putih milik Ramdhan. Esih yang sedang asyik menyetrika hanya menatap sekilas, kemudian memanggil nama suaminya.  Lelaki kurus, berkulit gelap dengan tinggi tubuh menghampirinya riang.        Dengan nada gembira Ramdhan menerima panggilan telepon tersebut.  Esih masih sibuk menyelesaikan pekerjaan ketika Ramdhan mendekat dan berkata jika Mamak mertuanya akan berkunjung sore ini. Rasa cemas menggelora di hati Esih. Berita itu seperti guruh yang menggelegar, terdengar begitu menakutkan. Segera dicabutnya colokan setrika. Menata kembali baju-baju yang menggunung ke dalam keranjang cucian. Diedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. “Mamak ingin soto, Sih,” ujar Ramdhan pelan.        Esih hanya melongo. Soto. Makanan yang paling dihindarinya. Terakhir kali Esih makan soto ketika SMA. Namun, beberapa jam setelah Esih makan soto tersebut dia harus di rawat inap selama tiga hari di rumah sakit. Perutnya mulas, diare dan akhi

Mengulas Cerpen Sebentar Lagi Mati

Koleksi Pribadi Sudah pernahkah membaca cerpen-cerpen karya Gunawan Triatmojo? Kali ini saya akan mengulas sedikit dari salah satu cerpen beliau yang berjudul Sebentar Lagi Mati. Cerpen ini merupakan salah satu dari kumpulan cerpen beliau dalam buku kumcer yang berjudul Tuhan Tidak Makan Ikan. Membaca cerpen Sebentar Lagi Mati, saya mengiyakan ucapan kebanyakan penulis senior yang mengatakan jika ide itu bisa didapat dari sekitar kita. Seperti cerpen Sebentar Lagi Mati ini ditulis dengan sederhana, mengalir, mudah dipahami, tanpa diksi yang berbelit, tapi kesannya nylekit. Cerpen ini ditulis dari sudut pandang suami yang sudah mati. Cerita bermula ketika sang suami menyatakan andaikan dia mengetahui tigapuluh menit lagi akan meninggal dunia, maka dia akan melakukan apa yang diinginkan istrinya. Umurnya yang masih duapuluh delapan tahun membuat dia mengira jika waktu matinya masih lama. Tigapuluh menit terakhirnya dia awali dengan mengabaikan permintaan istrinya yang sedang

Lebaran Hari ke Dua

www.grid.id Subuh masih lunglai, tubuh dipeluk kelelahan. Menggeliat, memicingkan mata mengintip kalender yang masih berwarna merah. Mata terpejam, tangan memeluk guling yang meninabobokkan. Beberapa saat berlalu mentari mulai meninggi, membakar kaca-kaca jendela yang berkilau. Tubuh tersentak. Setengah limbung berjalan, air terpecik ke wajah yang masih menggambarkan mimpi. Terseok bagi zombie. Takbir dan sujud tanpa makna. Ketika usai, kembali tubuh dibuai mimpi. Kue-kue dalam toples yang membeku, tak tersentuh. Baju berwarna-warni tertumpuk di sudut kamar menatap kesal ke tubuh yang masih lunglai. Makna fitri tak lagi mengendap di hati. Berlalu bersama angin yang menderu. Jauh terbang, hilang musnah, terlupakan. #Flashfiction Lebaran

Lebaran Hari Pertama

sumber:www.kumpulandoa.my.id Allohu akbar…Allohu akbar...Allohu akbar… Takbir kemenangan mengalun dari setiap penjuru. Ketupat, opor ayam, rendang, sambal teri dan sotong cabe hijau telah terhidang di meja makan. Kerupuk udang berdesakan memenuhi toples besar berwarna ungu. Anak-anak berdiri gelisah di halaman. Baju putih yang mereka kenakan menyiratkan kesucian hati yang terkadang lebih sering meyentakkan nurani kita. Kaki berjalan berarak menuju masjid yang tak jauh dari rumah. Kotak besar bertuliskan “Kotak Amal Pembangunan Masjid” menyambut kedatangan jamaah di pintu gerbang masjid. Senyum ibu-ibu panitia perayaan sholat Idul fitri menyambut kami. Tangan terulur merekatkan hati yang bahagia. Tikar plastik terbentang luas di halaman masjid. Aku dan anak gadis duduk di shaft paling depan, shaft untuk barisan perempuan. Masjid masih belum terlalu padat.  Bibir kami bertakbir mengikuti bilal yang memimpin mengumandangkan takbir menunggu saat sholat Ied akan ditegakkan.

Mulus

    Banyak orang berkata bahwa cinta pertama itu jarang ada yang mulus. Kalau begitu, aku berdoa jika cinta pertamamu berjalan tidak mulus, semoga cintamu yang ke sekian berjalan mulus, yaitu cinta yang kamu jatuhkan kepadaku. Banyak orang berkata bahwa cinta pertama itu jarang ada yang mulus. Maaf, aku salah dengan ucapanku yang dulu, ketika aku berkata engkau adalah cinta pertamaku. Ternyata aku menyadari, telah menemukan satu sosok sepertimu terlebih dahulu sebelum aku bersua denganmu. Aku menemukan ketenangan dan kenyamanan seperti yang kurasakan saat aku membersamaimu. Tunggu dulu, jangan cemburu! Karena sosok itu adalah ayahku. Maka, akankah kamu membuktikan bahwa cintamu yang ke sekian berjalan mulus? Itu artinya, kamu harus mengambilku dari ayah, mengucapkan ikrar suci, ikrar yang kamu ucapkan kepada Rabb-mu untuk menghalalkanku sebagai bagian dari hidupmu. (End)   #kolaborasi dengan orange rainy

Runtuhnya Kerajaan Telebele

www.pixabay.com Jalanan utama di Kerajaan Telebele terlihat penuh sesak setiap sore. Rakyat bersuka cita mempersiapkan waktu berbuka. Berbagai makanan lezat terhidang di bawah tenda-tenda kecil yang berjejer rapi di kanan kiri jalan utama. Petugas keamanan siap siaga berdiri ikut mengawasi kegiatan di sana. Kerajaan Telebele terkenal sebagai kerajaan yang makmur. Rakyatnya hidup sejahtera dan Kerajaan Telebele selalu aman damai sentosa. Terbukti di bulan Ramadhan seperti ini, hampir semua dagangan tandas habis terjual tak bersisa. Hal itu membuktikan jika rakyat Kerajaan Telebele mempunyai daya beli yang cukup tinggi. Rakyat Kerajaan Telebele hanya menganut satu agama. Agama yang mewajibkan mereka untuk menunaikan sholat lima waktu. Ketika ritual menjelang senja rakyat Telebele tumpah ruah memenuhi jalanan utama, mereka juga rajin melakukan sholat berjamaah di Masjid megah yang menaranya berlapis emas untuk melaksanakan sholat jamaah magrib, isya dan tarawih. Ketika senja t

Sebuah Hati yang Beku

Tuan, apalagi yang harus kulakukan? Untuk melumerkan hatimu yang sepertinya telah membeku bertahun-tahun silam Seperti bongkahan es di Kutub Utara Yang bahkan mataharipun tak sanggup melumerkannya Tuan, Apalagi yang harus kulakukan? Haruskah aku memanggil Katara Agar dia bisa menemukanmu, seperti dia menemukan Aang Yang tidur dalam gunungan es, puluhan tahun lamanya Hingga kemudian hatinya menghangat karena cinta Tuan aku ingin kamu  merasai cinta Karena cinta mampu menghangatkan hatimu yang telah membeku dan mungkin lara

Kamu Menemukanku

www.id.wikipedia.org Aku tidak tahu bagaimana caranya kamu bisa menemukanku. Rasanya dunia sudah kukunci untukmu, agar kamu tidak bisa masuk lagi ke dalam duniaku. Tak ada lagi kontak mu di hapeku, di semua akun medsos.  Hanya namamu tersimpan di sini, di dalam hati. Namun, sudah lama kucoba menguburnya. Mengikuti berbagai macam komunitas, aktif di dalamnya. Hingga tak ada waktu lagi untuk memikirkanmu barang sesaat. Tapi nyatanya, sosokmu pagi ini berdiri tegap di depan kamar kostku. Sesungging senyum hadir di wajahmu yang teduh. Pancaran binar bola matamu masih seperti dulu, menatapku hangat dengan kilatan cahaya penuh kasih dan keriduan. Sosok tinggi dengan potongan rambut tipis, lesung pipit yang menghias pipi jika kamu tersenyum, kaos oblong dibalut kemeja yang kancingnya kamu biarkan terbuka, celana jeans warna biru dan tas ransel warna hitam menghias punggungnmu. Aku terhenyak dan terpaku. Hingga aku lupa mempersilahkanmu duduk di beranda kamar kostku. “Kenapa menghila

Menangis

Badannya tersentak, kemudian duduk terbangun. Linglung, tak tahu apa yang terjadi. Tangan kanannya mengelus pipi yang basah. Matanya mengedar kesegala penjuru ruang, kemudian tertuju pada atap kamar. Menggeleng perlahan. Dibaringkan tubuhnya yang penat. Mata kemudian terpejam. Beberapa tumpukan buku berserak di samping bantal. Menemani malam yang semakin sunyi dan melenakan. *** Basah, mengapa semua basah? Kasur tempat dia membaringkan tubuh penatnya, basah. Segera diraihnya buku yang berserak di samping bantal. Tubuhnya beranjak keluar kamar, tetapi lantai yang dipijaknya pun basah. Tubuhnya limbung, terpeleset. Bersyukur, tangan kanannya sigap memegang gawang pintu. Namun matanya nyalang keheranan menatap ruang tamu, basah. Setiap benda yang berada di ruangan itu seperti menitikkan airmata. Lantai, dinding ruang tamu, lemari buku di mana buku-buku kesayangannya terpajang rapi. “Oh tidak!” jeritnya. Dia segera menatap buku-buku yang juga mulai basah. Tapi tunggu, buku itu sepert

Lelakiku Seorang Penulis

www.romeltea.com Bagaimana aku tidak bangga padanya. Dia seorang penulis ternama. Tidak terlalu ternama sih. Namun, paling tidak teman-teman facebooknya mengenal dia sebagai penulis karena beberapa karyanya sudah sering dimuat di media massa ternama di negeri ini. Kopi hitam kuseduh untuknya, sebelum aku meninggalkan rumah untuk mengajar di salah satu Sekolah Dasar swasta. Dibubuhi dengan senyum manis dan cinta tulus dariku, aku berharap idenya selalu mengalir lancar. Setelah menyesap kopi, langkah tegapnya menuju honda beat merah, menekan tombol starter kemudian aku naik di atasnya. Dalam diam dia mengantarkanku hingga depan gerbang sekolah, perjalanan yang menempuh waktu hanya limabelas menit. Dia sering berkata jika ide selalu bisa datang darimana saja, maka aku tidak pernah mengganggu konsentrasinya, siapa tahu dalam perjalanananya mengantarkanku ke sekolah dia menemukan ide untuk dijadikan bahan cerita. Hal itu pernah aku sampaikan padanya di suatu hari. Ketika aku her

Menyoal Efektifitas Menulis di Bulan Ramadhan

Ramadhan adalah bulan di mana setiap muslim diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Dan di bulan ramadhan ini pula, Alloh memberikan jaminan akan semakin melipatgandakan pahala bagi yang melakukan kebaikan. Maka dari itu banyak orang yang berbondong-bondong mengisi kegiatan sehari-harinya dengan berbagai amalan yang lebih banyak daripada hari-hari di luar bulan Ramadhan. Salah satunya adalah  meluangkan waktu  dengan membaca Alquran, karena memiliki target untuk khatam Alqur’an di bulan Ramadhan ini. Namun, sebagi seorang penulis, seharusnya kita juga meluangkan waktu kita untuk menulis barang sejenak saja. Lalu efektifkah kegiatan menulis dilakukan di bulan ramadhan ini, ketika kita mungkin lebih menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan amaliyah berburu pahala yang melimpah? Masihkah ada waktu tersisa untuk menulis kebaikan yang bisa bermanfaat bagi pembaca? Jawabannya tentu tidak sama dari setiap individu penulis. Karena mereka mempunyai prioritas sendiri, yang menurut

Ada Apa Denganku?

“Kamu hanya butuh sentuhan bahagia agar bisa menuangkan apa yang telah menajdi ide di kepalamu. Ya, sentuhan bahagia. Dibubuhi bumbu ketenangan batin, pasti tulisanmu akan semakin hidup,” katamu ketika aku mengatakan jika aku mampu menyelesaikan cerpen sejumlah enam lembar dalam waktu sekali duduk. Tapi kini aku tidak seperti itu. Sejak pagi tadi, sudah empat lembar tulisan yang kutulis ulang, tetapi tidak mampu kuselesaikan. Padahal, alur cerita sudah ada di dalam kepala. Aku sudah mempunyai tokoh, aku sudah mempunyai setting , aku sudah mempunyai ending , yang seharusnya jemariku dengan lincah akan merefleksikannya dalam sebuah tulisan. Tapi kenyataannya gagal dan gagal lagi. Padahal setiap lembar yang kutulis sudah berjumlah sekitar 263 kata. Itu berarti sudah cukup banyak untuk sekali postingan dalam blog. Membaca buku-buku terbitan divapress dan basa basi yang baru hari jumat kemarin kuterima, namun tidak mampu memberikan suntikan ide dan semangat untuk menyelesaikan t

Terimakasih

Terimakasih kuucapkan Atas kehadiranmu Aku memang bukanlah siapa-siapa Hanya seseorang yang terkadang berharap kaumenyadari keberadaanku Tidak mengapa Jika kita berjarak Atau bahkan kita tak lagi saling mengenal Ini memang inginku Namun, mata dan hatiku tak pernah berpaling darimu Tertawalah Berbahagialah Dunia yang mencintaimu Semesta yang memelukmu Cukup bagiku untuk melupakanku Terimakasih kuucapkan Karena kehadiranmu, jemariku mampu merangkai cerita-cerita baru Meski kini ceritaku tak seperti dulu lagi, muram Semua beraroma kematian Seperti jiwaku yang muram dan kemudian mati perlahan Aku menjauh bukan karena alasan Aku hanya memberi kesempatan agar kau lebih bahagia dengan dia yang menawan Batam, 10 June 2017

Kereta Kencana

sumber : www.tokoantiekretro.blogspot.com Kereta kencana menjemput, di depan gerbang rumah ia terhenti. Aku terdiam mendekat, sedikit ingin mengetahui karena warna keemasannya seolah menjadi magnet sendiri untuk dihampiri. Ini semua seperti mimpi, ketika tubuhku ringan melayang mendekati. Kemudian, menaiki kereta kencana tanpa ragu lagi, meski masih ada tanya kemanakah kereta kencana ini akan membawaku pergi? Sang pengemudi hanya mematung di belakang kuda sembrani. Tanpa kata bahkan menoleh barang sejenak, menengok penumpang dan memastikannya telah nyaman di belakang kemudi. Mulutku bahkan enggan bertanya, meski hatiku bergejolak ingin tahu pasti. Kereta kencana masih terdiam, ketika tiba-tiba ingatanku melayang. Aku belum berpamitan kepada ibu dan ayah tersayang. Mulutku tergerak untuk bertanya, mungkinkah masih ada kesempatan untuk berpamitan kepada orangtua tercinta. Kepala pengemudi menggeleng. Suaranya terdengar di telinga dan berkata jika tidak ada waktu lagi, kereta k

Hati Terbelah

Hati terbelah Tersayat lidah Pedih, perih Kata-kata membuat luka Tenggelam dalam anyir luka bernanah Gelap melanda Cahaya sirna Hari-hari yang panjang Memeluk luka tak berkesudahan Hati patah Telinga tuli Tubuh lunglai Kaki lumpuh Jemari beku Kematian di sini Karena luka yang menggerogoti (End)

Lelaki dan Koreng di Tubuhnya

Lelaki itu jalan tertatih, tak seorangpun mau mendekat kepadanya. Koreng yang menggerogoti tangan dan kakinya telah membusuk, menyengat hidung bagi yang mendekat. Lalat ikut bergembira menggerubungi koreng yang mengalir nanah putih diatasnya, berpesta pora. Lelaki itu duduk di bawah pohon kihujan. Peluh membanjiri tubuhnya yang dibalut kaos lusuh. Sesekali tangannya dikibaskan, mengusir lalat yang menggerogoti koreng dengan semangat. Tak ada tempat untuk pulang dan mengadu. Sebatangkara dan tinggal di gubuk kecil yang sudah renta. Lelaki itu dulu seorang penjual perabot rumahtangga keliling. Keranjang dipikul, berayun mengikuti jalannya yang tertatih. Sepatu butut selalu menyertai kakinya. Namun, sepatu butut tak bisa menemaninya lama-lama. Sepatu butut terganti dengan sandal jepit. Ada bekal kapal kaki yang kemudian menjadi luka, luka merebak hingga menjadi koreng yang menjijikkan mata. Lecet dan luka, hingga getah putihnya menyebar ke sesemua bagian kakinya. Kartu keterangan m

RAMADHAN MALAM KE 10

www.blogarama.com Sepuluh hari telah berlalu. Apa yang telah kauhabiskan bersamaku? Katamu dulu, kaumerinduiku. Menginginkanku datang selalu. Namun, kau tak sepenuhnya membersamaiku Menghabiskan hari-hari, tanpa ada rasa takut kehilanganku Kau tidak memperlakukanku istimewa Membiarkanku berlalu begitu saja Hanya menunggu beduk bertalu tanda waktu berbuka tiba Padahal banyak kesempatan yang bisa kaulakukan selain hanya bermain game saja Jangan kautangisi kepergianku kelak Sedang kautahu jika jatah waktuku tidak banyak Aku tak ingin melihatmu menagis tersedu-sedu Meratapi kepergianku Sedang di saat itu, kautelah persiapkan segala sesuatu Sesuatu yang semarak begitu untuk menyambut kepergianku Baju baru, aneka makanan lezat, angpau beramplop hijau lumut yang telah menghabiskan uang di dompet hitammu Dan tak lupa, percikan bunga api diangkasa yang semakin menambah warna bahagiamu Kini aku hanya menunggu saat pergi Hitungan hariku telah ditetap

Pergilah!

www.pixabay.com Terimakasih sahabatku, suratmu telah kuterima Jangan pernah menitikkan airmata lagi untukku Tak pantas kautangisi aku Aku hanya seonggok daging lemah tak bernyawa Aku telah mati Pergilah! Larilah! Kejarlah mimpimu bersama mereka, penggenggam berlian aksara Kaupantas di antara mereka Aku akan selalu bersorak gembira Ketika kelak kaumengangkasa Pergilah! Larilah! Kejar apa yang kaucinta bersama mereka Aku berjanji suatu hari nanti kita akan berjumpa Di tempat kita pernah janji  bersua Maka, jangan lagi kautangisi aku Aku telah mati Hapus airmatamu! Pergilah! Tinggalkan  aku! Aku hanyalah seonggok daging tak bernyawa Mati

Mati

Mataku baru saja terbuka, kusibak kain gorden dan mataku menyipit mengintip pagi yang masih temaram. Subuh baru saja usai, tapi mataku terkejut melihat pemandangan di luar. Empat mahluk berdiri mematung di halaman, dengan benda seukuran panjang manusia dewasa dibahu mereka. Siapakah mereka? Segera kuberlari menuju halaman, ingin menghentikan mereka dan bertanya. Tetapi tiba-tiba langkah kaki mereka bergerak begitu semangat ketika aku mendekat. Empat mahluk dengan tudung kepala yang menyembunyikan wajah, aku tak mengenalinya. Di punggung mereka sebuah benda terpanggul, kain hijau menyelimuti, sebuah lafal yang aku hafal luar kepala tertulis di sana. Kuikuti langkah mereka tanpa rasa. Aku hanya penasaran siapa gerangan di dalamnya? Kenapa kali ini tak ada yang mengiringi? Entah mengapa hatiku di tarik untuk mengikuti. Relung hati tak mampu menggerakkan tangan untuk menghentikan langkah kaki mereka. Pada sebuah tanah petak yang berisi banyak nisan mereka berkelok. Rima tapak kak