Pagi
yang masih sejuk di SMPN 1 Ngemplak. Sekolah negeri termegah dari beberapa
sekolah negeri yang berada di kecamatan Ngemplak. Aku berdiri di tepi pagar. Di
bawah rindangnya pohon akasia yang ditanam di bagian tepi halaman sekolah, aku
menatap jalanan. Rutinitas pagi sebelum bel tanda masuk berbunyi. Menanti bus
kuning berhenti di depan gerbang, dan menurunkan sesosok guru yang favorit yang
hingga kini selalu kukenang.
Aku
selalu berusaha menyapanya setiap pagi. Ini seperti rasa bahagia ketika menanti
sosok kepulangan ayah dari tempat kerja. Senyum dan sapa ramah yang selalu
membawa kebahagiaan. Dan pagi itu sejenak dia berhenti untuk berbicara
denganku.
“Wid,
selamat ya, nilaimu tertinggi untuk mata pelajaran bahasa inggris di ebtanas
tahun ini.” ucapnya sambil sambil menatapku dengan senyum bahagia.
“Benarkah
Pak?” tanyaku tak percaya.
“Benar.
Meski masih ada salah. Salahnya 3. Tapi kamu tetap yang terbaik di sekolah kita,”
ujarnya meyakinkanku.
Bagaimanapun
aku harus tetap bahagia, meski persembahanku bukanlah yang sempurna.
“Hmm,
jika nilaimu sempurna akan kujodohkan kamu dengan sulungku,” ujarnya lagi tanpa
ada nada bercanda.
Aku
melongo, benar-benar tak percaya. Usia kelas 3 SMP, usia dimana rentan dengan
cinta monyet. Kata-kata Pak guru membuat hatiku bahagia. Aku kembali menatap Pak guru. Namun tak ada canda
dalam sorot matanya. Entahlah Pak guru bercanda atau tidak. Namun kata-katanya
membuatku merasa begitu terhormat.
Namanya
Pak Suryo Winasto. Guru mata pelajaran bahasa inggris sejak aku kelas satu SMP.
Guru yang paling dekat denganku. Guru yang rasa sayangnya terasa oleh hatiku. Semuanya
bermula karena aku selalu menjadi yang terbaik di mata pelajarannya.
Pak
Suryo, guru muda berbadan tinggi proporsional. Usia sekitar 35 tahunan. Gigi gingsul yang membuatnya menjadi
kelihatan lebih menawan diantara guru-guru cowok yang lainnya. Meski hubunganku
dengan Pak suryo terasa lebih dekat dan istimewa, namun aku merasa hubungan ini
seperti seorang ayah dengan anaknya.
Hingga
kini beliau masih tetap kukenang, guru yang pertama kali mengajarkanku
kata-kata asing. Kata-kata asing yang hingga kini masih kuterapkan dalam
keseharian. (end)
*Ebtanas=UAS
guru yang paling berkesan di hidup mbak ya , waktu smp
ReplyDelete