Skip to main content

Selamat Tinggal



www.pinterest.com

“Jadi kau benar-benar akan meninggalkanku? Kau sungguh tega?” suaramu sungguh terdengar kacau. Hatiku pedih. Rambut hitam lurusmu yang mulai menutupi leher terlihat acak-acakan. Namun, wajahmu masih terlihat tampan, meski sendu memenuhi setiap garis-garis wajahmu. Kauusap wajahmu kemudian memandangku yang terdiam dengan tajam. Aku menunduk, mencoba mengalihkan tatapan elangmu yang kini mungkin terlihat sedikit layu.
Aku masih terdiam, sunyi di antara kita. Aku sudah bulat dengan keputusanku ini. Meski aku menyayangimu, sungguh, keputusan ini harus kuambil. Aku mungkin terlihat bodoh, meninggalkan semua kenyamanan ini dengan alasan yang “tidak masuk akal.” Namun, aku adalah aku. Tak akan kuijinkan oranglain mengontrol hidupku seolah-olah tidak bisa hidup tanpanya.
“Baiklah, kalau kaumemang sudah memutuskan itu. Aku bisa apa. Meski katamu kau menyayangiku.” Suaranya terdengar parau. Tangan kanannya mengaduk-aduk secawan es campur, menyendoknya perlahan, mengecapnya seolah tanpa rasa.
“Bahkan es campur kesukaanku ini sekarang tawar sekali rasanya.” Andai boleh aku ingin menghentikan tangannya dari mengaduk es campur, mengenggamnya erat, memberikan aliran kekuatan agar kau tetap semangat saat kutinggalkan. Tapi selama dua tahun hubungan kita ini, aku tak pernah berani menyentuhmu, kecuali mungkin sesekali menepuk bahumu memberi kekuatan. Kita lebih banyak bercengkerama, menertawakan kebodohan kita di antara kesibukan kerja. Semua itu menjadi penawar melewati setiap deadline yang tertulis di depan mata, diantara post-it - post-it  yang tertempel di dinding kubikel kita.
Meski kita dekat, mungkin kau tak sepenuhnya mengerti.  
“Kau pasti bisa melewatinya tanpaku, Bram. Kita masih bisa bercerita. Buat apa kita punya kuota data atau pulsa jika tidak kita gunakan saling menyapa?” Aku akhirnya mencoba menenangkannya. Sedikit sinar cerah terpancar dari matanya yang bulat. Aku sesekali suka mencuri pandang wajahnya yang tampan, kulitnya yang bersih, rambut hitam yang rapi tersisir, hidungnya yang lumayan mancung untuk ukuran orang Indonesia, garis rahangnya yang kokoh. Tubuhnya yang ramping untuk ukuran lelaki, katanya berat badannya hanya 56 kg. Aku sempat ternganga. Tinggiku hanya sebatas lehernya. Aku jarang menatapnya saat kami jalan beriringan dan asyik bercerita. Leherku akan terasa capek, aku pernah mencobanya sekali.
“Tapi tetap beda jika kau tak ada di sana, Alona.” Suaramu terdengar merajuk.
“Apa kau suka jika aku selau dijadikan kambing hitam sama bosmu itu? Mending jika itu tanggung jawabku, tetapi ini sudah diluar job responsibilityku, Bram. Aku nggak bisa tolerir lagi.”
“Lalu kamu menyerah.” Kau mencoba memprovokasiku.
“Aku sudah berusaha selama dua tahun, Bram. Dan itu mengacaukan hidupku.” Jawabku lirih. Ada rasa perih saat mengucapkannya.
Kau hanya terdiam. kemudian kau berdiri, dan spontan aku mengikutimu. Kemudian kita jalan beriringan.
Kau tiba-tiba berhenti sebelum kita sampai di parkiran.
“Tapi rasanya tetap beda, jika kau tak di sana, Alona.” Rajuknya lagi.
“Malas ah, kaupun sebentar lagi juga akan meninggalkanku. Bukankah wanita pilihan ibumu sudah menanti di kota kelahiranmu?”
“Alona! Jangan ungkit-ungkit itu lagi. Kau tahu sepenuhnya siapa yang akan kulamar jadi istriku.” Suaramu terdengar tidak terima dan aku hanya bisa tertawa. Aku suka melihatmu salah tingkah jika sedang kugoda. Dan aku tahu semuanya akan baik-baik saja meski aku tak di sana lagi, Gedung tua penjara ternyaman yang pernah kunikmati.(end)


Comments

  1. Wah berakhir seperti itu kayak kenyataan hidupku😡

    ReplyDelete
  2. So romantic! Kisahnya asik. Jadi mengingatkan jaman masih muda dulu. Ehehe

    ReplyDelete
  3. Kunjungan perdana.. salam kenal ya mbak Wiwid.. semoga bisa sering2 mampir kesini.. ^^

    ReplyDelete
  4. Pengen buka blog satunya, tapi entah mengapa (sepertinya karena snyal XL yang letoy) ga bisa kebuka.
    Jadi baca tulisan ini deh, dan merasa bahagia membaca kisah romantic hahaha

    ReplyDelete
  5. slam kenal mbag wiwid. ehm.. ehm.. malam malam baca kisah romanti yang sedikit mengganggu ku. pas sampai kata hidug mancung sepontan aku megang hidung, keingat hidung mininimalis ku. eh endingnya keren ya sudah ada calon ternyata. em mbag ini maaf aku sotoy, coba deh kwikku ada lomba tulis novel di sana hadiah gede. mbag nya berbakat banget dah!

    ReplyDelete
  6. Oh ternyata Alona ngambek karena Bram sudah dijodohkan sama ibunya di kota kelahirannya ya.😀

    Cerpen yang bagus kak, salam kenal ya.

    ReplyDelete
  7. Selamat Tinggal buat Masa Lalu dan Selamat Datang buat Masa Yang Akan Datang

    ReplyDelete
  8. https://play.google.com/store/apps/details?id=asro.yoi

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bisa m