sumber:www.weknowyourdreams.com |
Cerpen
karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu
cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh
sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI)
Cerpen
ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian
24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian
di Bukit Mangkang.
Kecuali
jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi
yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan
pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras.
Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun
menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak,
siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang
mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan,
masih bisa menghitung berapa tentara yang pethenthengan sebelum mereka menghajar kepala-kepala ringkih dengan gagang
bayonet.
Kepala-kepala
mereka, sebagaimana kepala kita, sungguh sangat ringkih. Tak ada yang tidak
pecah saat dihajar popor tentara. Tak ada yang utuh dan tak berceceran—kecuali
kepala Sitaresmi—saat dihantam beberapa peluru serdadu.
(Cerpen
Penguburan Kembali Sitaresmi, Triyanto Triwikromo)
Sitaresmi adalah seorang dalang yang berasal dari Kendal yang
mahir mengoprolkan wayang dengan sabetan-sabetan yang sangat cepat itu
satu-satunya wanita yang tidak bisa ditembus dengan peluru. Tubuhnya seperti dilapisi
karet yang tak tembus peluru. Sitaresmi bersama 23 sinden dan penabuh gamelan
itu dikejar-kejar serdadu karena memainkan lakon Dewa sampun pejah, mereka di anggap Gerwani. Lakon wayang yang
dimainkan mereka dianggap menghina GustiAlloh.
Apakah isi lakon Dewa Sampun
pejah? Ini hanyalah kisah biasa tentang Drupadi yang yang dilucuti
pakaiannya di Istana Kuru oleh Dursasana. Kisah tak istimewa tentang
penelanjangan Drupadi oleh Dursasana yang digagalkan Kresna. Saat itu Kresna
menutupi tubuh Drupadi dengan bentangan jarit tak putus-putus sehingga tak
seorang pun bisa menatap tubuh tangguh istri Yudistira itu.
Mengapa cerita yang terdengar biasa itu menjadi penyebab Sitaresmi,
para sinden dan penabuh gamelan di anggap menghina GustiAlloh? Ya, karena dalam lakon itu terdapat perkataan Drupadi,
“Dewa telah mati. Ya, Dewa telah mati karena Dia—sebagaimana Yudistira, Bima,
Arjuna, Nakula, dan Sadewa—tak berkutik saat Dursasana dan Duryudana melecehkan
aku. Di mana Dewa saat manusia-manusia utama di dunia tak sanggup menolongku?”
Mungkin dipertanyakan, mengapa pernyataan Drupadi itu dijadikan
alasan mereka adalah anggota Gerwani? Kata saksi dalam cerita tersebut bahwa
pada kenyataanya pada Desember 1965, setiap alasan bisa digunakan untuk
membunuh siapa saja yang dianggap musuh.
Diceritakan juga di dalam cerpen tersebut bagaimana kebalnya tubuh
Sitaresmi dari segala jenis siksaan yang dilakukan para serdadu. Ketika peluru
yang berusaha menembus kepalanya hanya berbunyi klontang-klontang. Bagaimana lambungnya tidak tertembus bayonet,
yang terdengar hanya semacam benturan besi. Bagaimana matanya, ketika komandan
serdadu memerintahkan pembantai menusuk mata Sitaresmi. Yang terlihat hanyalah
seperti ada perisai yang melindungi tubuh Sitaresmi.
Ketika komandan regu sudah kehabisan akal untuk menghabisi Sitaresmi,
dia memerintahkan sinden sebagai anak buah Sitaresmi untuk mengakhiri nyawa Sitaresmi.
Komandan itu beranggapan bahwa para sinden itu mengetahui rahasia dibalik
kekebalan tubuh Sitaresmi. Namun, para Sinden justru berusaha membunuh para
serdadu. Hingga naas, dalam sekali hentakan tubuh para sinden tertembus peluru.
Jadi apakah akhirnya Sitaresmi berhasil dihabisi nyawanya oleh
para serdadu? Akhir kematian Sitaresmi disampaikan dengan sedikit samar.
Tak
ada yang berani menjawab. Tak ingin ada korban lagi, Sitaresmi memberi isyarat
kepada para penembak agar mendekat. Aku tak bisa mendengarkan segala yang
mereka perbincangkan. Aku hanya tahu tiba-tiba para penembak mengeluarkan
seluruh peluru dari senapan dan mereka beramai-ramai mengencingi timah pembunuh
itu.
“Apakah
akhirnya Sitaresmi terbunuh oleh peluru yang sudah bersepuh urine para penembak
itu?” tanyamu.
Apakah
perlu kuceritakan?
(Penguburan
Kembali Sitaresmi, oleh Triyanto triwikromo.
Akhir cerpen ini dikisahkan ketika akhirnya komunitas Rekonsiliasi
Kanan Dan Kiri Putih membongkar makam ke 24 wanita yang dianggap Gerwani ini
dan menguburkannya kembali dengan diiringi doa, sebenar-benar doa. Namun sang
saksi tetap meyakini jika tubuh Sitaresmi tetap utuh dan tak mampu digerogoti
apapun.
Senyum
manis? Ya, sebab aku yakin setelah 50 tahun dikubur di bawah rerimbun pohon
jati, ketika semua tulang-belulang 23 perempuan lain membusuk dan merapuh,
senyum dan tubuh Sitaresmi tak akan berubah. Tubuhnya tak membusuk. Tak ada
lubang bekas peluru di tubuhnya yang berbau harum itu. Tak ada kulit yang
disayat. Tak ada ulat yang menggerogoti. Tak ada…
(Penguburan
kembali Sitaresmi, Triyanto Triwikromo)
Membaca cerpen ini saya
sempat bergidik, membayangkan kekejaman para serdadu menghabisi nyawa ke 24
wanita ini. Namun juga belajar memahami, bahwa dibalik kekebalan tubuh
Sitaresmi ada hal gaib yang mungkin harus dipercayai. Juga pada saat itu seolah
hal apapun bisa dijadikan alasan untuk menuduh orang terlibat dalam jaringan PKI,
dalam cerpen ini khususnya Gerwani.
Dan tulisan ini merupakan salah satu dari 3 cerpen karya Triyanto
yang saya baca dengan tema Gerwani. Tentu tak di ragukan lagi cara beliau
menyampaikan cerita, meski terlihat sederhana namun kita diajak untuk sedikit
mengerutkan dahi mencerna setiap rangkaian kata yang dia semat dalam cerpennya.
(End)
#Tantangan ODOP Besar.
1xbet - Best Bet in 1xBet - Download or Install for Android
ReplyDelete1xbet is the best betting app in the world created ventureberg.com/ for esports. It is https://jancasino.com/review/merit-casino/ a one of the safest and most trusted names gri-go.com among 1xbet app players. It offers a user friendly interface 토토