Skip to main content

BAPAK, BERSAMAMU ADALAH MEMORI YANG PALING MENGESANKAN

www.ceritaayah.tumblr.com

Saya mau bercerita saja pengalaman yang berkesan selama bapak masih Sugeng. Meski tak banyak moment yang bisa ingat. Bapak adalah seorang guru SD di sebuah sekolah negeri yang berjarak kurang lebih 12 km. Setiap hari bapak mengayuh sepeda onthelnya menuju ke sekolah. Waktu itu tahun 80 an, motor adalah barang yang terlalu mewah. Hanya orang-orang yang bener-benar kaya yang bisa memilikinya. Tidak seperti hari ini. Jika waktu tiba gajian, Bapak akan pulang membawa beras segoni. Mungkin beratnya 50 kg. Bisa di bayang kan bagaimana perkasanya bapak dengan jarak tempuh 12 an kilometer mengangkut beras sebegitu beratnya di jalanan pulang yang selalu menanjak.

Bapak adalah seorang yang pendiam, tidak banyak bicara. Tetapi sekalinya marah bapak sungguhlah sosok yang paling kami takuti.  Hal lain yang kami berkesan dari bapak adalah setiap hari beliau membawakan buku-buku cerita, koran ataupun majalah. Tiada hari kami tanpa membaca, bahkan ketika sedang makan pun kami sambal membaca. Pun waktu itu dirumah juga tidak ada TV. Ibu sampai marah ketika memergoki kami makan sambil membaca. Di bawah meja tamu, di lemari selalu penuh dengan buku bacaan, majalah atau koran. Image itu juga yang membuat saya selalu melongok ke bawah meja tamu atau menatap lemari hias setiap bertamu ke rumah teman atau saudara, berharap ada majalah yang bisa kami baca.

Selain bapak mengajari kami untuk rajin membaca, bapak adalah seorang petani bertangan dingin. Bapak rajin ke sawah. Ada beberapa petak sawah yang bapak rawat dengan betul. Pagi-pagi sebelum bapak pergi mengajar, bapak akan pergi ke sawah. Tanamanya beragam dan silih berganti. Kadang sawi, jagung , ubi, padi ataupun tanaman palawija lainnya. Sungguh suatu kenangan yang indah di sawah ketika Bapak masih ada. Kami ke empat anaknya yang sudah besar bisa bermain petak umpet di antara pohon-pohon jagung yang tumbuh subur. Dan yang paling kami suka dari hasil sawah bapak adalah ketika tak henti-hentinya bapak memanen ubi ungu yang sangat lezat sekali.

Di sekeliling rumah kami buah-buahan juga tumbuh subur. Pohon mangga, pohon rambutan, pohon jambu entah itu jambu Bangkok, jambu susu ataupun jambu klutuk, Pohon Belimbing, Pohon Sirsak, pohon pakel, kebun nanas di belakang rumah, pohon jeruk, pohon pisang, pohon pepaya, pohon jambu monyet, pohon nangka, pohon melinjo. Semuanya ada, tumbuh subur dan bukan hanya 1 batang dari tiap jenis nya. Dan yang paling mengerikan adalah ketika musim ulat jambu mede. Hmm ulat yang besar-besar  bergaris-garis akan berserakan di mana-mana. Terlebih pohon jambu mete mengelilingi setiap sisi rumah kami. Meski begitu bapak tidak pernah menebangnya. Dengan telaten ulat-ulat itu di sapu, di kumpulkan menjadi satu kemudian di bakar.

Meski begitu ada saat menyenangkan dengan jambu mete. Ketika musim panen jambu mete, kami – 6 anak-anak Bapak- akan mengambil beberapa mete yang sudah di kumpulkan kemudian duduk di depan tungku dan membakarnya. Biasanya kami lakukan di pagi hari ketika ibu masih asyik memasak dan bara api masih memerah. Setelah mete kelihatan hitam kami ambil dengan kayu kemudian kami pukul dengan semprong bambu dan di ambillah biji metenya. Tralalala mete yang lezat siap kami santap.

Selain di bakar biji jambu mete juga bisa di uangkan. Setiap minggu akan ada pembeli biji mete langganan yang membeli biji-biji mete yang sudah kami kumpulkan. Setiap biji mete di hargai 5 rupiah. Saat itu tahun 1986 lima rupiah masih sangat berharga. Jika sedang banyak biji-biji mete itu bisa laku dua ribu lebih.

Hingga kemudian di tahun 1988 Bapak jatuh sakit dan meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Satu persatu buah-buahan yang tumbuh lebat itu mati meranggas. Pun dengan sawah. Tidak ada yang sedingin tangan bapak dalam merawatnya. Tidak ada anaknya ataupun saudara bapak yang bisa menggantikan posisinya dalam merawat sawah dan buah-buahan di kebun kami. Yang tertinggal kini hanyalah beberapa pohon nanas yang tidak berbuah dan pohon kelapa yang masih berdiri tegak di halaman depan rumah sebagai saksi betapa dulunya tanah pekarangan kami pernah berjaya.

Semua memori itu masih terekam sebagai hal yang sangat berkesan dalam hidupku.

#ODOP tantangan menulis minggu ke 4

#Semangat menulis setiap hari

Comments

  1. jadi kangeeen bapk..dulu beliau jg ngonthel jauuuhhh ke SD nya

    ReplyDelete
  2. Memang bapak itu tidak ada gantinya

    ReplyDelete
  3. Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu...

    ReplyDelete
  4. bapakku dulu nganter aku ke sekolah juga naik sepeda mbak..*jadi kangen bapak..

    ReplyDelete
  5. Aku sjk kecil udh terpisah dari bapak ibu ..
    Hiks hiks

    ReplyDelete
  6. Mengingatkan saya juga kenangan bersama bapak.

    ReplyDelete
  7. Ketika orang tua memberikan dan menanamkan pendidikan yang baik. Insyallah hasil anaknya akan jadi baik. Orang tua adalah bagaikan guru honorer yang mengajar dengan ketulusan...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bisa m

Selamat Tinggal

www.pinterest.com “Jadi kau benar-benar akan meninggalkanku? Kau sungguh tega?” suaramu sungguh terdengar kacau. Hatiku pedih. Rambut hitam lurusmu yang mulai menutupi leher terlihat acak-acakan. Namun, wajahmu masih terlihat tampan, meski sendu memenuhi setiap garis-garis wajahmu. Kauusap wajahmu kemudian memandangku yang terdiam dengan tajam. Aku menunduk, mencoba mengalihkan tatapan elangmu yang kini mungkin terlihat sedikit layu. Aku masih terdiam, sunyi di antara kita. Aku sudah bulat dengan keputusanku ini. Meski aku menyayangimu, sungguh, keputusan ini harus kuambil. Aku mungkin terlihat bodoh, meninggalkan semua kenyamanan ini dengan alasan yang “tidak masuk akal.” Namun, aku adalah aku. Tak akan kuijinkan oranglain mengontrol hidupku seolah-olah tidak bisa hidup tanpanya. “Baiklah, kalau kaumemang sudah memutuskan itu. Aku bisa apa. Meski katamu kau menyayangiku.” Suaranya terdengar parau. Tangan kanannya mengaduk-aduk secawan es campur, menyendoknya perlahan,