Dua tegukan teh hangat telah
di nikmatinya malam itu. Dan rasanya masih sama, meski perlu waktu untuk enam
tahun meneguknya lagi. Teh dengan bungkus bergambar sepasang lelaki dan
perempuan mengacungkan ibu jarinya. Di seruputnya lagi teh hangat itu dan di
biarkannya secangkir teh itu menggantung di ujung ibu jari dan jari telunjuk
yang melingkar. Layar leptop masih kosong terpampang di depannya. Namun pikiran
Beth tidak di sana. Selembar foto di genggamanya. Bibir Beth tersenyum.
“Aku menamainya teh
kenangan”
“Kenapa?”
Beth hanya tersenyum.
Matanya menatap kerimbunan pohon bambu yang bergoyang di tiup angin sore itu. Gemerisik
daun-daunnya yang saling bergesekan sudah akrab di telinga Beth.
“Kenapa kamu menamainya
dengan teh kenangan?”
Beth menoleh, menatap
lelaki itu dengan senyum.
“Bukankah bungkus teh ini
bergambar sepasang lelaki dan wanita yang mengacungkan ibu jarinya”
Sunyi, tak ada jawaban
dari Beth. Kemudian di tariknya tangan Sam, lelaki itu menuju bawah rimbunan pohon
bambu. Diambilnya kamera saku. Foto mereka berdua dengan senyuman tersimpan di layar kamera saku.
“Aku akan menceritakanmu
tentang teh kenangan ini suatu hari nanti.”
Sam hanya mengangguk dan
bergegas pamit. Gemerisik daun-daun pohon bambu yang bergesekan menemani
kesunyian Beth yang masih duduk menyesap teh kenangan itu hingga tak tersisa
lagi.
###
Berita itu membuat Beth gusar. Membuat Beth harus menunda menyelesaikan laporan akhir bulan yang seharusnya selesai kemaren siang. Untung bossnya masih memberi tenggang waktu hingga besok sore. Dan malam ini jarum jam sudah menunjukkan angka dua. Namun mata Beth masih belum mau terpejam.
“Tidak bisa pulangkah?”.
Beth tersenyum membacanya. Pesan dari Sam siang tadi. Untuk pertama kalinya Sam
menanyakan kepulangannya sejak mereka lulus SMA ketika kemudian Beth memutuskan
untuk kuliah di kota dan kemudian Beth mendapatkan pekerjaan di kota yang sama.
“Belum saatnya”
Sunyi, tidak ada balasan
dari Sam. Mata Beth masih terpaku di layar samsungnya. Status Sam masih online
dan pesan terakhir sudah terbaca oleh Sam.
“Aku ingin mendengar
ceritamu tentang teh kenangan itu”.
Beth
tersenyum membacanya. Kemudian jemarinya
mengetikkan kalimat balasan. “Aku akan menceritakannya di bawah rindang pohon bambu.”
Smile emoticon muncul di
layar Samsung Beth. Namun justru kalimat selanjutnya yang membuat Beth gelisah
malam ini.
Di bolak-balikkanya buku
agenda kerjanya. Berharap ada celah yang tepat hingga Beth bisa memohon cuti
mendadak. Beth ingin pulang dan menceritakan tentang teh kenangan kepada Sam
meski ceritanya belum sempurna. (bersambung)
#ODOP hari ke 4
Ditunggu sambungannya mbaaa
ReplyDeletesiip..sudah di psoting ya..
Deleteterimakasih telah mampir