Skip to main content

TEH KENANGAN (Part I)


Dua tegukan teh hangat telah di nikmatinya malam itu. Dan rasanya masih sama, meski perlu waktu untuk enam tahun meneguknya lagi. Teh dengan bungkus bergambar sepasang lelaki dan perempuan mengacungkan ibu jarinya. Di seruputnya lagi teh hangat itu dan di biarkannya secangkir teh itu menggantung di ujung ibu jari dan jari telunjuk yang melingkar. Layar leptop masih kosong terpampang di depannya. Namun pikiran Beth tidak di sana. Selembar foto di genggamanya. Bibir Beth tersenyum.
“Aku menamainya teh kenangan”
“Kenapa?”
Beth hanya tersenyum. Matanya menatap kerimbunan pohon bambu yang bergoyang di tiup angin sore itu. Gemerisik daun-daunnya yang saling bergesekan sudah akrab di telinga Beth.
“Kenapa kamu menamainya dengan teh kenangan?”
Beth menoleh, menatap lelaki itu dengan senyum.
“Bukankah bungkus teh ini bergambar sepasang lelaki dan wanita yang mengacungkan ibu jarinya”
Sunyi, tak ada jawaban dari Beth. Kemudian di tariknya tangan Sam, lelaki itu menuju bawah rimbunan pohon bambu. Diambilnya kamera saku. Foto mereka berdua dengan senyuman  tersimpan di layar kamera saku.
“Aku akan menceritakanmu tentang teh kenangan ini suatu hari nanti.”
Sam hanya mengangguk dan bergegas pamit. Gemerisik daun-daun pohon bambu yang bergesekan menemani kesunyian Beth yang masih duduk menyesap teh kenangan itu hingga tak tersisa lagi.
###

Berita itu membuat Beth gusar. Membuat Beth harus menunda menyelesaikan laporan akhir bulan yang seharusnya selesai kemaren siang. Untung bossnya masih memberi tenggang waktu hingga besok sore. Dan malam ini jarum jam sudah menunjukkan angka dua. Namun mata Beth masih belum mau terpejam.
“Tidak bisa pulangkah?”. Beth tersenyum membacanya. Pesan dari Sam siang tadi. Untuk pertama kalinya Sam menanyakan kepulangannya sejak mereka lulus SMA ketika kemudian Beth memutuskan untuk kuliah di kota dan kemudian Beth mendapatkan pekerjaan di kota yang sama.
“Belum saatnya”
Sunyi, tidak ada balasan dari Sam. Mata Beth masih terpaku di layar samsungnya. Status Sam masih online dan pesan terakhir sudah terbaca oleh Sam.
“Aku ingin mendengar ceritamu tentang teh kenangan itu”.
Beth tersenyum membacanya.  Kemudian jemarinya mengetikkan kalimat balasan. “Aku akan menceritakannya di bawah rindang pohon bambu.”
Smile emoticon muncul di layar Samsung Beth. Namun justru kalimat selanjutnya yang membuat Beth gelisah malam ini.
Di bolak-balikkanya buku agenda kerjanya. Berharap ada celah yang tepat hingga Beth bisa memohon cuti mendadak. Beth ingin pulang dan menceritakan tentang teh kenangan kepada Sam meski ceritanya belum sempurna. (bersambung)

#ODOP hari ke 4


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bisa m

Selamat Tinggal

www.pinterest.com “Jadi kau benar-benar akan meninggalkanku? Kau sungguh tega?” suaramu sungguh terdengar kacau. Hatiku pedih. Rambut hitam lurusmu yang mulai menutupi leher terlihat acak-acakan. Namun, wajahmu masih terlihat tampan, meski sendu memenuhi setiap garis-garis wajahmu. Kauusap wajahmu kemudian memandangku yang terdiam dengan tajam. Aku menunduk, mencoba mengalihkan tatapan elangmu yang kini mungkin terlihat sedikit layu. Aku masih terdiam, sunyi di antara kita. Aku sudah bulat dengan keputusanku ini. Meski aku menyayangimu, sungguh, keputusan ini harus kuambil. Aku mungkin terlihat bodoh, meninggalkan semua kenyamanan ini dengan alasan yang “tidak masuk akal.” Namun, aku adalah aku. Tak akan kuijinkan oranglain mengontrol hidupku seolah-olah tidak bisa hidup tanpanya. “Baiklah, kalau kaumemang sudah memutuskan itu. Aku bisa apa. Meski katamu kau menyayangiku.” Suaranya terdengar parau. Tangan kanannya mengaduk-aduk secawan es campur, menyendoknya perlahan,