WANITA HARUS PANDAI MEMASAK?

www.ekalagiselalueka.blogspot.com

 Saya jadi terinspirasi menulis lagi setelah membaca tulisan Bang Syaiha tentang ”Ragu menikah karena calon istri tidak bisa memasak”. Padahal saya tadi siang sudah menulis, tetapi tulisan itu gaje. Karena saya waktu itu yah pengin nulis saja.

        Kembali ke istri yang tidak bisa memasak. Saya jadi tersenyum simpul mengingat diawal-awal pernikahan dulu.

Saya di bilang juga hanya bisa memasak yang standard-standard saja. Standard-standard nya masakan orang jawa di kampung ya tumisan sederhana. Bawang merah, bawang putih dan cabe merah dipotong tipis-tipis siap di tumis dengan apapun. Misal contoh bumbu yang telah diiris tipis-tipis tadi ditumis dengan tempe dan daun melinjo.Lauknya telur dadar, sudah lah jadi masakan lezat. Itu menurut lidah saya.

Lain dengan lidah suami, meski dulu sebelum menikah beliau juga tidak pernah menanyakan apakah saya bisa memasak atau tidak, tetapi karena beliau di lahirkan dari seorang ibu yang ahli masak, jadi menurut saya selera lidahnya terlalu tinggi. Maksud saya dibandingkan dengan keadaan saya waktu itu yang belum bisa memasak. Terlebih suami terlahir di tanah Sumatra, yang tentu menu masakannya jauh berbeda dengan menu masakan jawa. Menu masakan jawa yang saya masak terkesan ala kadarnya. Sedang menu masakan Sumatra kesukaan suami saya cita rasa adalah yang utama.

Pernah diawal pernikahan sempat beradu tegang karena saya tidak bisa memasak ikan asin bulu ayam, dan beliau sudah kehabisan kesabaran mengajari saya yang masih nggak “mudeng”. Atau membuat mie goreng yang terlalu lembek, atau menggoreng telur yang masih “basah”. Hmm perbedaan selera yang begitu jauh,menurutku waktu itu.

Permintaan beliau untuk di masakkan sop tulang -permintaan sudah lama yang tidak pernah saya kabulkan karena saya tidak bisa- akhirnya saya beranikan diri untuk mencobanya. Dengan bantuan mbah google akhirnya sop tulang itu tersaji. Dan ketika suami saya mencicipinya ternyata kata lezat yang terucap dari bibirnya.

Semuanya perlu proses dan error berulang kali sehingga bisa mendapatkan rasa yang pas sesuai dengan lidah orang yang kita sayangi. Semua bisa di jalani dengan indah ketika suami tetap menghargai hasil perjuangan istri, selalu memberi masukan dan memberi pujian meski mungkin di rasa sedikit. Belajar memasak bersama, bersama-sama berburu buku resep di Toko buku, browsing bersama mencari resep masakan kesukaan adalah sebagian energi positif untuk pasangan suami istri menuju cita-cita yang di inginkan yaitu memiliki pasangan yang pandai memasak.

Tidak ada yang harus sempurna di awal. Yang ada adalah proses belajar yang terus menerus hingga mencapai tujuan yang di inginkan. Saling mendukung, jangan saling menuntut yang bisa memicu percekcokkan serius. 

Jadi ketika ada lelaki yang ragu untuk menikahimu hanya karena kamu tidak pandai memasak, tenggelamkan saja dah ke laut (ikut-ikutan meme bu Susi) atau suruh dia cari istri di penyalur PRT. Setuju??

#ODOP menulis setiap hari

#mencuri ide bang syaiha