![]() |
news.babe.co.id |
Rumah
makan yang terletak di sudut dari deretan pertokoan padat di jalan utama itu terlihat
berbeda dari resto makanan lainya. Cat
dinding berwarna orange menambah kesegaran mata yang memandangnya. Meja kayu dengan
kursi empat tertata rapi di dalamnya. Jam tepat menunjukkan angka delapan,
tetapi kesibukan di rumah makan itu belum terlihat. Rindang merasa ragu untuk
melangkah masuk, meski ini bukan pertama kalinya Rindang melakukan wawancara.
Didalam
resto hanya terlihat seorang pemuda kurus jangkung, berusia sekitar dua puluh tujuh berpakaian Tshirt di padu celana jeans berwarna hitam sedang
merapikan kursi.
Rindang
kembali mengamati resto itu lagi. Papan nama bertuliskan Resto Mie ayam
“JAMBUL” dengan tulisan warna-warni memikat perhatian. Beberapa menu yang di
antaranya berakhiran jambul tertera di papan nama itu.
“Ada yang
bisa saya bantu” sebuah suara mengejutkan Rindang yang sedang asyik memainkan
kameranya. Mengambil beberapa gambar sebagai bahan dokumentasi.
“Eh iya,
saya ingin berjumpa dengan Pak Ridwan, pemilik resto mie ayam jambul ini” jawab
Rindang sesopan mungkin.
Pemuda kurus
tadi tersenyum dan menpersilahkan Rindang masuk ke dalam resto. Aura resto itu
begitu terasa berbeda. Bersih, rapi dan nyaman, kesan pertama yang di rasa
Rindang. Icon-icon dari Menu-menu resto memenuhi seluruh dinding, semakin
membuat perut Rindang riuh rendah berbunyi. Dan otak memberikan sinyal untuk
segera mengisi perut yang sedari tadi pagi tidak menyempatkan untuk diisi.
Beberapa
menit kemudian semangkuk mie ayam dan segelas teh hangat terhidang di depan
Rindang. Mie ayam ini terasa sangat menggigit di lidah yang tak berhenti
bergulat dengan mia ayam lezat hingga tandas tak tersisa.
Resto mie
ayam itu tetap masih sepi. Rindang gelisah. Telpon boss redaktur hanya berbunyi
tut tut ketika Rindang hubungi.
Lelaki itu
bertubuh kurus jangkung, tetapi wajahnya cukup tampan. Mengenakan T-shirt polo
berwarna biru dongker, sedang asyik menyapu lantai. Mungkin Rindang bisa
bertanya.
Rindang
semakin gelisah. “Lelaki kurus itu benar-benar tidak membantu” rutuk Rindang
dalam hati. Dipencetnya lagi tombol hapenya, menggerakkan kursor untuk mencari
nama boss di kontak. Rindang merasa pertemuan dengan Boss resto ini terkesan
amburadul. Diliriknya jam albanya, tiga puluh menit telah berlalu dengan
sia-sia.
Rindang
kembali menuju meja tempat tadi menghabiskan Mie ayam. Lelaki kurus itu sedang
membersihkana kaca. Lelaki sombong, batin Rindang. Di cobanya browsing untuk
mengetahui lebih jauh Retso mie ayam ini. Meski profile tentang Resto ini cukup
banyak, tetapi Rindang tidak menemukan foto pemilik resto ini.. Hati Rindang
mulai kesal dan putus asa. Rindang merasa akan kalah untuk hari ini.
To be continue.
#ODOP menulis setiap hari
#Tantangan cerbung
Jangan jangan yang nyapu adalah pemiliknya, hehehe, sotoy ya mb wid
ReplyDeleteJangan jangan yang nyapu adalah pemiliknya, hehehe, sotoy ya mb wid
ReplyDeleteWeh...ketemu lelaki sombong? Tenggelamkan Mba...hehe...bakal seru nih ceritanya.
ReplyDeleteDidalam resto hanya terlihat seorang pemuda kurus jangkung, berusia sekitar delapan puluh sembilan
ReplyDeleteBun, ini benar pemuda berusia delapan puluh sembilan tahun? Hehehe
OMG..lelaki kawakan
Deletethanks koreksinya
27 ah tulisannya, bukan 29.
DeleteMba sayang. untuk umur, kurang kata tahun. :), biar lebih jelas.
'berusia sekitar dua puluh tujuh tahun..'
Rindang ?? jadi inget rendang hehe
ReplyDeleteMas gilang makan dulu gih..Mie ayamnya 1 ya Mba. :)
ReplyDeleteWow... tulisan mba wiwid semakin ciamik dari hari ke hari... salut!
ReplyDeletewah, tentang jurnalistik nih. mengasyikkan...
ReplyDeleteJadi laper dan ikutan berasa riuh rendah berbunyi.
ReplyDeleteMembayangkan mie jambul itu seperti apa ya? :D
Yakin deh, lelaki jangkung itu pasti yang punya resto. #Sotoy
mbak wid.. bingung ma kalimat ini.. hehehe
ReplyDeleteMie ayam ini terasa sangat menggigit di lidah yang tak berhenti bergulat dengan mia ayam lezat hingga tandas tak tersisa.