Skip to main content

LELAKI BERAROMA MIE Bag.6

             

             Sebuah pesan masuk di layar handphonen Rindang, pagi itu.

“Kapan ada libur. Lusa liburkah? Lusa saya ada rencana mau menengok ibu dan Bapak. Jika ada waktu, Rindang bisa ikut saya. Perjalanan ke kampung saya pasti menyenangkan. Banyak pemandangan indah yang bisa kamu jadikan tulisan. Dan tentunya akan ada jawaban dari pertanyaanmu kemarin. Jika bersedia ikut saya tunggu konfirmasinya sore ini. Biar saya sekalian pesankan tiket,

Senyum tipis tersungging di bibir Rindang. Rindang segera menatap kalender. Tetapi lusa bukan hari liburnya. Rindnag memutar otak untuk mencari alasan agar bisa mengikuti Ridwan menuju kampungnya. Rindang sungguh ingin mengetahui keluarga seperti apa hingga bisa menjadikan lelaki setangguh itu. Paling tidak lelaki tangguh yang baru pertama kali dijumpai dalam hidupnya.


 Diatas kereta Taksaka Pagi, Rindang menatap pohon-pohon yang berkejaran seolah berlomba dengan laju kereta. Bentangan sawah menghijau, menghiasi pemandangan selama perjalanan. Rindang merasa takjub.

Sebuah desa yang asri menyambutnya senja itu. Seorang gadis manis ikut menyambut kedatanganya diantara ibu dan ayah Lelaki tampan kurus. Ketika malam nyanyian jangkrik menina bobokkan tidurnya hingga lelap.

“Win,” begitu ucapnya, matanya seolah menyelidik sesuatu tentang Rindang. Tetapi Rindang hanya tersenyum dan mengucapkan  namanya “Rindang.“

Meski sangat ramah, namun tatapan gadis muda itu menyelidik.

“Diakah adik Lelaki kurus tampan itu? Oh kenapa aku selalu menyebutnya Lelaki kurus Tampan?” Rindang membatin tak mengerti. dan Rindnag berjanji akan memanggilnya Pak Ridwan.
##
“Wah, Ayam-ayamnya terlihat sehat ya pak?” ujar Pak Rahmad terhadap bapak. Awal percakapan yang sempat membikin prahara di rumah sunyi Pak Ridwan. Siang itu Pak Rahmad mengunjungi peternakan kecil Bapak, begitu rindang menyebut Bapaknya Pak Riidwan begitu juaga dengan Ibunya Pak Ridwan. Tanah kosong di belakang rumah seluas 500 meter persegi di jadikan kandang ayam potong, juga ada beberapa puluh ekor ayam jambul. Sebelumnya Bapak hanya beternak ayam jambul, itupun hanya untuk mengisi waktu di hari tuanya. Tetapi setelah usaha Pak Ridwan beranjak maju, Bapak menjadikannya usaha ayam potong sesuai arahan Pak Ridwan.

Pertemuan keluarga di lanjutkan setelah Pak Rahmad beranjak pergi. Win, Pak Ridwan, Bapak dan Ibu. Rindang hanya duduk di ruang tengah sambil menonton TV, meski telinganya tajam mendengarkan pertemuan keluarga. Hingga tiba-tiba sebuah pintu kamar terdengar di banting begitu kerasnya. Rindang terlonjat kaget. Setelah itu suasana menjadi muram.

Win yang terlihat sangat lincah meski kelembutanya selalu terpancar dari tutur kata dan sikapnya. Rindang kagum dengan Win.  Win, seorang Sarjana Psikologi. Mendedikasikan hidupnya untuk keluarga dan kampungnya. Sebagai lulusan terbaik, Win seharusnya memiliki kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan gaji yang cukup menggiurkan di kota. Tetapi memilih untuk tetap tinggal di kampungnya, mengajari anak-anak kampung belajar membaca dan pelajaran sekolah lainnya, memberikan ketrampilan-ketrampilan baru untuk ibu-ibu rumah tangga di kampungnya.

Rindang mendekatinya ketika Win duduk termenung di sebuah bangku panjang di depan kandang ayam. Sebelum sempat menyapa, Win mengucapkan sesuatu,” Seberapa kuasa kita mampu memaksakan keinginan kita menjadi kenyataan, meski kita merasa yakin bahwa keinginan kita itu kelak akan menjadi takdir kita?”


Rindang tak mengerti, beribu pertanyaan beterbangan di kepalanya. Tapi bibirnya hanya diam membisu. 

to be continue

#ODOP menulis setiap hari
#Tantangan cerbung

Comments

  1. Boleh tuh ayamnya di goreng...
    Ayam.. Goreng.. Ayam goreng.. Teringat Upin-Ipin... He..

    Apa yg dimaksud, win ya?
    Jdi penasaran

    ReplyDelete
  2. Hmmm, keinginan terkadang terhalang dengan kekuasaan yang lebih berkuasa, meskipun ingin mewujudkannya, halaaah, opo seh lis?

    ReplyDelete
  3. Hmmm, keinginan terkadang terhalang dengan kekuasaan yang lebih berkuasa, meskipun ingin mewujudkannya, halaaah, opo seh lis?

    ReplyDelete
  4. masih aroma ayam goreng.. aroma mie nya masih lama kah? *laperr

    ReplyDelete
  5. Seberapa kuasa kita mampu memaksakan keinginan kita menjadi kenyataan, meski kita merasa yakin bahwa keinginan kita itu kelak akan menjadi takdir kita?

    Keren, bin wid... hehe

    ReplyDelete
  6. Setuju..itu kalimat keren banget mba.

    ReplyDelete
  7. Kata2 Win...se.su.a.tu.....bgtz....

    ReplyDelete
  8. Setuju kalimat itu super sekali..😍😍😍

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bisa m

Selamat Tinggal

www.pinterest.com “Jadi kau benar-benar akan meninggalkanku? Kau sungguh tega?” suaramu sungguh terdengar kacau. Hatiku pedih. Rambut hitam lurusmu yang mulai menutupi leher terlihat acak-acakan. Namun, wajahmu masih terlihat tampan, meski sendu memenuhi setiap garis-garis wajahmu. Kauusap wajahmu kemudian memandangku yang terdiam dengan tajam. Aku menunduk, mencoba mengalihkan tatapan elangmu yang kini mungkin terlihat sedikit layu. Aku masih terdiam, sunyi di antara kita. Aku sudah bulat dengan keputusanku ini. Meski aku menyayangimu, sungguh, keputusan ini harus kuambil. Aku mungkin terlihat bodoh, meninggalkan semua kenyamanan ini dengan alasan yang “tidak masuk akal.” Namun, aku adalah aku. Tak akan kuijinkan oranglain mengontrol hidupku seolah-olah tidak bisa hidup tanpanya. “Baiklah, kalau kaumemang sudah memutuskan itu. Aku bisa apa. Meski katamu kau menyayangiku.” Suaranya terdengar parau. Tangan kanannya mengaduk-aduk secawan es campur, menyendoknya perlahan,