Kakiku melangkah menuju rumah kecil
malam itu, ah belum malam benar untuk kota Batam yang selalu hidup 24 jam. Jarum
jam pendek baru menunjukkan angka 9. Ku ketuk pintu rumah bercat putih itu. Tiada
orang menyahut. Kuputar pintu anak kunci. Ya, aku memang memiliki kunci rumah
mungil ini. Dua tahun yang lalu aku sempat menempatinya.
Rumah sepi, dua pintu kamar sama-sama
tertutup. Namun terdengar suara berisik di dalam kamar. Tangan kananku sudah
siap mengetuk, namun ku urungkan. Aku hanya berdiri tegak mematung di depan
kamar. Entah apa yang terlintas di kepalaku saat itu. Aku pun tidak tahu
tujuanku ke rumah mungil ini, hati kecilku yang membawa kakiku melangkah ke
sini.
Aku masih mematung ketika kamar pintu
terbuka untuk beberapa saat. Pemandangan di depan mataku membuatku ingin
menjerit seketika. Namun entah mengapa justru hatiku terasa sakit dan nelangsa,
semua menjadi satu. Tatapan matanya yang seolah menyiratkan rasa tidak bersalah
membuat darahku naik ke ubun-ubun. Tetapi bibirku kelu. Kemudian hatiku terasa
ngilu dan kemudian airmata mengalir perlahan. Aku berlari meninggalkannya.
Ku telungkupkan wajahku di atas
pembaringan, menahan rasa sakit dan sedih yang datang bersamaan. Ah, dua wajah
itu menari- nari terus di kepalaku. Aku harus melakukan sesuatu.
Bersambung
Pasangannya selingkuh kah mbak? Ah...
ReplyDeleteIhhh.....serem....selingkuh tanpa rasa dosa yoo????
ReplyDeleteSiapa..siapaa??
ReplyDelete#ModeKepo
Hemmm .. ngeri
ReplyDeleteCeyem... itu selingkuhkah? Sepertinya...
ReplyDeletemb, rasa bersalah terhadap anakkah?
ReplyDeletemb, rasa bersalah terhadap anakkah?
ReplyDelete