![]() |
id.aliaexpress.com |
Ku
tatap WA atas namamu. “Tunggu aku, aku akan menjemputmu dua tahun lagi” itu
bunyi pesanmu terakhir kali. Sebelum kapal yang kamu tumpangi benar- benar
berlayar meninggalkan pelabuhan. Ketika tanganmu melambai di atas buritan kapal,
tanganku membalasnya lemah. Masih terlihat samar lengkung bibirmu menandakan
engkau tersenyum seolah menguatkan hatiku yang sedang rapuh atas kepergianmu.
Dua
tahun itu jatuh hari ini, meski berulang kali ku tatap handphone ini. Tetapi
layar HP ku tidak pernah menyebutkan namamu. Meski hari-hari sebelum ini bahkan
engkau pun seolah lenyap di telan lautan yang kau sebrangi.
Seorang
lelaki berwajah tampan hadir di hadapanku sore itu. Ketika kaki kecilku
melangkah ringan keluar dari gerbang pabrik tempatku bekerja. Wajah itu mirip
denganmu. Hatiku terkejut sesaat, tapi itu memang bukan dirimu.
Lelaki
itu tersenyum padaku. Aku hanya mengangguk. Bibirnya menyebut namaku dengan
lembut. Kepalaku kembali mengangguk mengiyakan. Kemudian sebuah amlop bersampul
biru disodorkannya padaku, dengan kata maaf sebelumnya.
Aku
mengucapkan terima kasih. Lelaki itu pun bergegas meninggalkanku yang masih
tercenung. Menimpang amplop biru. Namamu tertera disana. Berjuta pertanyaan
mengapa menari-nari di kepalaku. Aku sudah nyaris sempurna melepaskan kepergianmu.
Menyimpan sosok bayangmu di sudut hati yang paling dalam, ku kunci di dalam salah
satu bilik terkecil itu. Dan segera ku lempar
kuncinya ke lautan yang dalam agar aku tidak membuka bilik itu lagi.
Cukup sudah ingatanku bahwa bilik itu tempat bersemayammu.
Amplop
biru itu sungguh tak membuat hatiku ingin membukanya. Ku tatap sekali lagi
amplop biru itu. Sebuah gunting akhirnya memotongnya dengan semangat. Tanganku
segera memungut remahan kertas memasukkanya ke dalam plastik kecil dan segera
melempar nya di tong sampah kecil di dalam kamarku.
Tak
perlu kau tulis cerita baru. Bahwa ceritamu telah berakhir beberapa waktu yang lalu
ketika dua tahun janjimu hanya berlalu begitu saja. Cerita apapun darimu yang
tak pernah mengingatku dan mengingkari janji tidak ku dengar lagi. Kau
seharusnya bernasib sama seperti kertas biru yang ku campakkan ditong sampah
kecil dikamarku bukan di salah satu bilik hatiku yang terkecil.
#tantangan baperlicious
Mantaaaap...Uni malah belum memenuhi tantangan ini, mbak wiwid... :)
ReplyDeleteUni.. ayuk ikutan. Hehehehe
DeleteUni.. ayuk ikutan. Hehehehe
Deletecerpen uni kemaren juga bikin baperlicious ni
ReplyDeleteHadih... nyebelin deh ah
ReplyDeleteMbak aku minta amplop merah donk mbak
ReplyDeletehahahahaha
Deleteuntuk apa?