![]() |
www.kobowritinglife.com |
20 Maret 2016
Ku dongakkan kepala,
ketika ku dengar pintu ruanganku di ketuk. Salah seorang staffku berdiri di
sana dan menyerahkan selembar surat. Dan kemudian beranjak pergi kembali untuk
melayani para tamu cafee. Sehingga dia tidak melihat raut wajah ku yang
tiba-tiba berubah sendu.
Aku masih terpekur.
Dari nama sang pengirim pesan, memori otakku berputar ke bentangan tahun-tahun
sebelumnya. Dan aku masih mematung disini. Semua memori itu terputar dengan
jelas di depan mata.
Aku merasa lebih baik kini. Bersyukur
dengan segala yang telah terjadi. Segala yang terjadi telah membawaku ke
perubahan yang jauh lebih baik. Mengenal Tuhan dengan lebih baik dan karena
kasihNYa Tuhan mempertemukanku dengan usahawan-usahawan muda yang sukses yang
kemudian membuat semangatku kembali menggebu untuk merintis usaha cafee ini. Cita-cita
yang sempat kita pahat bersama.
Lamunanku tersadar
ketika karyawan terakhir berpamitan pulang karena Cafee sudah tutup dan jam
kerja sudah usai.
3
April 2016
Lelaki itu datang
lagi. Lelaki berwajah tampan dengan kulit bersih kecoklatan. Postur tubuhnya
seimbang. Kembali mengambil tempat duduk di sudut, tempat yang dia selalu
tempati setiap berkunjung di Café ini. Dari gerak-geriknya menggambarkan jika
dia sedang gelisah. Aku dengan langkah anggun mendekatinya. Sebundel kertas
tebal di tangan kananku. Lelaki itu tersenyum ketika aku sudah berdiri dihadapannya.
“Bagaimana kabarmu?
Apakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu sudah menikah?” tanyanya beruntun.
“Seperti yang kamu
lihat kini. Aku baik-baik saja. Dan aku bahagia meski aku belum menikah,”
“Maafkan aku,” ujarmu
lirih.
Aku hanya tersenyum
melihat penyesalan terpancar dari raut wajah lelaki di hadapannya.
“Luka itu memang
pernah ada, tetapi hanya sesaat. Ketika aku mulai mengenal Tuhan, aku harus
memaafkan semuanya. Toh waktu itu kamu juga bukan siapa-siapaku. Tak ada hak
dan kewajiban antara kita. Ketika hatimu berpaling, itu juga mungkin kehendak
Yang maha Kuasa. Aku yang salah karena terlalu mengharapkanmu, terlalu
menyakini bahwa cinta kita akan bersatu. Tetapi aku lupa jika hati kita bukan
kita yang memiliki,”aku berusaha menjelaskan isi hati yang kurasakan kini.
“Hen,” lelaki itu
menyebut namaku lirih. Menatapku dengan cinta dan penyesalan.
Wanita itu kembali
tersenyum. “Sudahlah Sam, Aku baik-baik saja. Justru aku yang harus berterima
kasih denganmu, dengan kejadian ini aku bisa mewujudkan impianku, impian kita
dulu untuk mendirikan Coffebook lebih cepat dari yang aku kira. Kamu bisa
melihatnya sekarang.”
“Tetapi aku begitu
bersalah, dan kamu pun hingga kini belum menikah,” Lelaki itu kembli
mengungkapkan penyesalannya.
“Hahahahahaha, Sam Sam
denganmu atau tidak aku pasti akan menikah. Mungkin waktunya kapan kita saja
yang tidak tahu. Jodoh itu urusan Tuhan. JIka Dia mengijinkan,
aku akan menikah dengan orang yang tepat kelak. Aku bukan tidak berusaha, hanya
sepertinya Tuhan masih suka aku sendiri.”
“Oya, maafkan aku Sam.
Aku tidak bisa menyelesaikan Novel kenangan kita”
Aku dan lelaki itu
sama-sama terdiam. Lelaki itu tidak bisa berkata apa-apa lagi. Bibirnya kelu
untuk mengungkapkan rasa bersalahya.
“Aku tidak ingin
menorehkan kenangan pahit di novel itu. Jadi aku hanya membiarkan tulisanku
seperti itu saja. Oya, apakah kamu ingin membacanya?”
Namun lelaki itu
menggeleng perlahan. Wajahnya masih penuh penyesalan.
“Baiklah aku mengerti.
Tak perlu kamu sesali Sam. Semua yang terjadi adalah atas kuasa Tuhan.
Terimakasih atas semua yang terjadi. Hingga bisa kamu lihat aku bisa berdiri
tegak seperti ini sekarang. Titip salam untuk istri dan anak-anakmu.”
Lelaki tu berdiri,
berpamitan. Menatap sejenak wanita di hadapannya. Dalam lirih lelaki itu
berucap “Kamu hal terindah yang pernah kumiliki Hen, maafkan aku”.
Aku mengangguk,
tersenyum manis, menatap punggung lelaki yang semakin menjauh darinya.
“Terimakasih Tuhan, pernah Kau hadirkan orang terindah yang lewat perantaranya
Kau tunjukkan jalan yang mengubah hidupku lebih indah”.
Aku dan kamu, Hen dan Sam.
Batam, 25 April 2016
Tamat
Tuhan penyayang, lewat perantara-perantara, maka kebaikan dalam hidup hambanya dapatkan.
ReplyDelete