Skip to main content

MENDEKATKAN IMPIAN

     Mempunyai impian sungguhlah sangat membahagiakan. Impian itu akan memberikan efek semangat untuk meraihnya. Seperti impian Kak Roma, saya juga mempunyai berbagai impian.

Mimpi untuk menjadi guru, mengajar di depan kelas sampai hari ini tak pernah pupus. Mimpi itu masih ingin saya realisasikan, namun entah kapan. Mimpi untuk menjadi guru sudah terpatri sejak saya SD, mungkin karena ayah juga seorang guru.


Sedih rasanya melihat anak-anak sekolah jaman sekarang, sebagian besar mereka tidak menggunakan kesempatan untuk belajar di sekolah itu dengan baik. Membolos, hura-hura, pacaran sebagian image yang saya dapatkan untuk pelajar saat ini terutama di lingkungan saya tinggal. Mereka belum tahu kejamnya dunia pekerjaan, dunia yang mungkin mereka bayangkan begitu  mudah untuk mendapatkannya. Padahal di usia muda ini jika mereka bisa membuat peta hidup untuk menggapai cita-cita mereka, maka tentu hidup mereka kelak lebih mudah dan hasilnya tentu lebih menggembirakan. Saya hanya ingin berbagi semangat kepada mereka, berbagi ilmu di luar ilmu wajib yang harus di selesaikan sesuai kurikulum, berbagi inspirasi agar kelak mereka menjadi generasi bangsa yang peduli, cinta dan bisa mengabdi kepada negara.

Namun sepertinya mencapai impiansaya, ternyata tidak semudah yang saya kira, Saya tidak lolos UMPTN (istilah saat itu)-Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri- saat itu. Meski sedih namun saat itu saya bersabar mungkin Tuhan tahu jika orangtua saya bukanlah orang mampu. Kemudian takdirpun membawa saya ke Batam, menjadi buruh di sebuah PMA.

Apakah impian saya sudah padam? Tidak impian saya untuk menjadi menjadi guru dan bisa mengenyam bangku kuliah tidak padam. Di tahun ke 3 saya di Batam, saya beranikan diri mendaftar di sebuah Sekolah Tinggi Bahasa Asing (Tahun 2000, Universitas resmi belum ada di Batam). Meskipun saya merasa kuliah di sisa waktu kerja akan sangat berbeda dengan jika kita hanya kuliah saja dan kuliahnya di Universitas universitas ternama yang sudah ada, namun saya tetap bersemangat dan bangga, bisa kuliah dengan uang hasil keringat sendiri. Saat itu niat saya melanjutkan kuliah juga hanya satu menjadi guru Bahasa Inggris.
       
        Selain mimpi saya menjadi guru yang masih terpatri, mimpi saya yang lain adalah menjadi seorang penulis. Berharap bisa menebarkan kebaikan lewat tulisan. Meski saya belum pernah menerbitkan satu buku pun, tetapi mimpi itu terasa semakin dekat. Berkenalan dan berteman dengan teman-teman sesama penulis membuat saya semakin banyak belajar tentang dunia tulis menulis. Hanya perlu menata jadwal keseharian dengan baik, membiasakan untuk terus menulis setiap hari, mencoba mengikuti event-event kepenulisan yang diadakan berbagai lembaga. Yang tentunya itu salah satu amunisi untuk menjadikan impian itu semakin dekat dengan kenyataan.
       
        Dilain waktu saya juga bermimpi untuk menjadi orang yang siap menolong siapa saja dan kapan saja. Setiap saya melewati lampu merah disaat saya berangkat ataupun pulang kerja, terlihat anak-anak kecil di bawah umur yang menjajakan koran. Sungguh nelangsa hati saya. Betapa kejamnya orangtua yang telah memperalat mereka, merampas masa kecil mereka. Meski mungkin saya tidak boleh menyalahkan orang tua mereka sepenuhnya tetapi anak-anak tetaplah menajdi tanggung jawab orang tuanya.

        Dengan gambaran anak-anak kecil yang sudah berjuang mencari nafkah itu, di situlah  mengapa mimpi saya untuk menjadi tenaga pengajar di depan kelas itu masih berkobar. Saya ingin menanamkan kepada mereka bahwa masa depan hidup mereka harus mereka petakan sejak dini, agar terinci dan mudah diraih. Agar kelak ketika mereka sudah siap untuk berumah tangga mereka tidak hanya siap untuk melaksanakan pernikahan. Namun siap mengemban tanggung jawab setelah prosesi akad itu diucapkan. Ah mungkin seharusnya tidak harus berdiri di depan kelas untuk mengajarkan kepada mereka akan pentingnya memetakan mimpi.

        Kini mimpi yang menaungi pikiran saya adalah, kelak saya ingin mempunyai rumah pustaka, entah itu berbentuk ruko atau rumah tinggal yang telah di sulap menjadi perpustakaan pribadi saya. Di rumah pustaka ini akan saya galakkan seperti perpustakaan lainnya, pinjam meminjam buku. Selain itu akan saya adakan juga kegiatan literasi, mengajarkan mereka “menulis” serta menerangkan berbagai manfaat dari menulis itu sendiri.
       
         Selain kegiatan pinjam meminjam buku dan literasi, Rumah Pustaka ini rencananya akan saya buka juga untuk kegiatan bimbingan belajar sekolah, mengaji ataupun tahfidz. Namun siapa pun boleh belajar di sini, sesuai dengan kebutuhan mereka. Rumah Pustaka ini akan saya buka dari jam 9 pagi hingga jam 9 malam.
         

        Rasanya bahagia jika mimpi-mimpi ini menjadi nyata. Saya hanya ingin bermanfaat bagi orang lain. Dan saya yakin jika impian saya yang lain seperti keliling Indonesia, keliling dunia, pergi haji, memiliki harta benda lebih, dan mimpi-mimpi saya yang lain yang tidak bisa di sebutkan satu persatu akan juga menjadi kenyataan jika kita bisa bermanfaat bagi yang lain. Tak lupa meminta pertolongan Tuhan selalu harus saya panjatkan. Amiin.

http://romapakpahan.blogspot.com/2016/08/giveaway-aku-dan-impianku.html
Tuisan ini di sertakan dalam Giveaway Aku dan Impianku 
#Toples Aksara @Roma_Corner

Comments

  1. Awie nggak cita2 jadi guru. Tapi, selalu mncari kesempatan untuk bisa mengajar. Mngkn impian yg tak trcetuskan lewat kata2 tapi lngsung di praktekan. Hehe

    Inspiratif banget, Mba

    ReplyDelete
  2. Ingin seperti awie.. Tp terkendala berbagai hal.

    Ah alasan aja ya wi

    ReplyDelete
  3. Ingin seperti awie.. Tp terkendala berbagai hal.

    Ah alasan aja ya wi

    ReplyDelete
  4. mantap mba dew, semoga bisa jadi guru yang bisa melahirkan anak bangsa yang berguna bagi nusa dan bangsa.

    ReplyDelete
  5. Impiannya mulia banget mbak wiwid... aku impiannya apa yah?

    ReplyDelete
  6. Semangat meraih cita-cita ... :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bisa m

Selamat Tinggal

www.pinterest.com “Jadi kau benar-benar akan meninggalkanku? Kau sungguh tega?” suaramu sungguh terdengar kacau. Hatiku pedih. Rambut hitam lurusmu yang mulai menutupi leher terlihat acak-acakan. Namun, wajahmu masih terlihat tampan, meski sendu memenuhi setiap garis-garis wajahmu. Kauusap wajahmu kemudian memandangku yang terdiam dengan tajam. Aku menunduk, mencoba mengalihkan tatapan elangmu yang kini mungkin terlihat sedikit layu. Aku masih terdiam, sunyi di antara kita. Aku sudah bulat dengan keputusanku ini. Meski aku menyayangimu, sungguh, keputusan ini harus kuambil. Aku mungkin terlihat bodoh, meninggalkan semua kenyamanan ini dengan alasan yang “tidak masuk akal.” Namun, aku adalah aku. Tak akan kuijinkan oranglain mengontrol hidupku seolah-olah tidak bisa hidup tanpanya. “Baiklah, kalau kaumemang sudah memutuskan itu. Aku bisa apa. Meski katamu kau menyayangiku.” Suaranya terdengar parau. Tangan kanannya mengaduk-aduk secawan es campur, menyendoknya perlahan,