Skip to main content

TAHUKAH KAMU

www.pixabay.com

Tahukah kamu
Rasa rindu ini begitu menyesakkan dadaku
Hampir melumpuhkan semua indraku

Tahukah kamu
Sudah berapa lamakah rindu ini bersemayam
Mengingatmu dalam setiap detik waktuku
Membuat mataku enggan terpejam

Tahukah kamu
Jika bayangmu selalu menghantuiku
Senyummu yang menghangatkan jiwaku tak pernah terlupakan

Tahukah kamu
Aku akan membunuh rindu ini
Dengan menemukanmu

Meski hanya dalam mimpiku



#PuisiRindu
#Untuk Abi yang jauh di mata

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat...

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bi...

KUN, AKU SEKARAT

www.pixabay.com “Tulisan macam apa itu, semua orang juga bisa membuatnya?” ujar Kunkun dingin, sambil melempar bundelan kertas ke depannku. Kemudian jemarinya sibuk memencet tombol keyboard di ponsel. Meski suaranya menggelegar dan terdengar menyakitkan, wajahnya tidak menyiratkan kemarahan. “Jadi salahnya dimana?” tanyaku pelan, takut mengganggu konsentrasinya. “Cari ide lain, ide dan cara penuturanmu tak akan laku kalau di kirim ke media,” jawabnya tanpa menatapku. Jemarinya masih asyik bermain layar ponsel. Aku lunglai sejujurnya. Tapi Kun benar. “Jangan kau jadi penulis. Jika masukan dari orang lain membuatmu putus asa. Terlebih dariku yang sudah mengenalmu belasan tahun.” Pesannya sebelum aku beringsut meninggalkan tempat kost tempat dia bersarang selama ini. Cambuk yang dilontarkannya kepadaku terkadang membuat kepercayaan diriku jatuh terurai. Bahkan lima hari setelah pertemuan dengannya, aku tidak bisa menghasilkan satu cerpen pun. Ideku telah di bunu...