![]() |
http://simpliambot07.blogspot.com |
Jemarimu mengetuk daun pintu rumahku
dipagi hari, ketika fajar masih menyingsing. Ketika tubuhku masih melingkar di
dalam selimut tebal. Aku tahu ketika senyum menyambutku di depan pintu, bibir
mungilmu akan mengucapkan kata yang membuat hatiku selalu mengkhawatirkanmu.
Bibirmu yang merekah dan semakin mengkilat dengan polesan lipgloss tidak pernah
kusuka di saat-saat ini. Mengucapkan tiga untaian kata yang membuat hatiku
tercerabut entah kemana.
Aku masih duduk di tepi pembaringan,
meskipun ketukan pintu itu sudah terlewat beberapa puluh detik yang lalu. Aku tahu jika di depan pintu rumahku, kamu siap menyambutku dengan senyum
dibibir rekahmu, binar di matamu dan tentu sebuah ransel bertengger manis di
pundakmu. Kemudian bibirku hanya akan terkatup, beku. Ketika setengah nyawaku seolah melayang
menghantar tubuhmu yang hilang di telan kelokan jalan.
Katamu kau tidak menyukai semua ini,
karena meninggalkanku. Tapi kamu tidak pernah berhenti mengejar mimpimu.
Meninggalkanku di keremangan pagi. Ketika dingin sempurna menyusup ari-ari
kulit ini. Katamu, kau hanya ingin melihatku merekahkan bibirku saat melepasmu
pergi. Bahkan aku tidak sanggup memelukmu, hanya bisa menatapmu dengan kosong.
Kamu selalu seperti ini. Mengejar
mimpi yang tak kumengerti. Diantara binar matamu yang mengharapkanku melepasmu
pergi, kamu selalu berkata aku harus selalu tersenyum untukmu. Bahwa setiap
tempat yang kamu singgahi, kamu selalu mengingatku. Bahwa setiap lagu yang kamu nyanyikan
untuk menemani langkahmu, lagu itu kamu persembahkan untukkku. Bahwa tempat yang
kamu singgahi sesungguhnya tak ada artinya apa-apa tanpa kehadiranku.
Ketika pagi ini aku menatap binar
matamu yang selalu meluluhkan hatiku, hingga kemudian kamu pergi dengan
kebahagiaan. Kamu ingin menggenggam tanganku. Namun kamu hanya menatap wajahku. Dan bibir rekahmu berkata
jika kau ingin menatapku lebih lama pagi ini. Jika kamu ingin mendengarku
berkata bahwa aku tak ingin melepasmu pergi. Dan bibir munggilmu berkata, jika
kali ini kamu tidak tahu kapan akan kembali. Sebulan, dua bulan atau mungkin
hanya seminggu seperti kebiasaamu selama ini. Tempat itu impian besarmu untuk
terakhir kali.
##
Pagi ini aku setengah berlari,
mendengar pintu rumahku di ketuk di pagi sunyi. Tak lupa cincin berlian yang telah
kupersiapkan untuk menyambutmu. Tapi itu bukan kamu, bukan kamu. Seseorang
dengan tegas memberitahuku, jika kamu takkan kembali. Pesawat itu benar-benar
telah membawamu pergi.
Masih kuingat pagi itu kamu berjanji,
jika ini perjalananmu yang terakhir kali. Kamu berjanji ketukan pintu berikutnya
di pagi hari, cincin ini ingin tersematkan
di jari manismu. Tetapi tidak, pesawat itu telah benar-benar membawamu pergi.
*Inspired from song Leaving on the Jet
Plane, Chantal Kreviazuk
keren mbak Wid.
ReplyDelete;-)
terimakasih dymar
DeleteWuihh... Sediih...
ReplyDeleteKecee bund (y)
dik ci juga kece
Deletebagus nih tulisannya, menemani di tengah guyuran air hujan :D
ReplyDeleteterimakasih, di jogja hujan ya?
DeleteBetul mba Wid, hujan.. :)
Deletego away
ReplyDeletedont go away from me
DeleteWow...
ReplyDeleteKeren, Mbak Wid. LAgupun bisa menginspirasi untuk menulis sebuah cerita :)
ReplyDeletenggak ada ide sebenere mbak
DeleteJadi ada rasa sedih baca endingnya...
ReplyDeleteGood writing mbak...
terimakasih
DeleteSedih mba wid bcanya. Berasa ngrasain yg dialami lakon cerita ini wkt baca
ReplyDeleteSabar ya mbak
DeleteKasian...
ReplyDeleteterus, cincin berliannya buat siap dong mb Wid?buat aku aja yahh??hehe
boleh mbak nia
DeleteMewek2
ReplyDeleteMana tissue, tissue?
Kereen mbak
cup cup mas, jangan nangis
DeleteMewek2
ReplyDeleteMana tissue, tissue?
Kereen mbak
Suka bikin baper kalau baca yang begini nih.. Semoga mereka yg meninggalkan kita di pagi hari, bisa pulang selamat sore harinya..
ReplyDeleteSuka bikin baper kalau baca yang begini nih.. Semoga mereka yg meninggalkan kita di pagi hari, bisa pulang selamat sore harinya..
ReplyDeleteAmiin allohumma amiin
DeleteSedih.. Jadi ingat suatu peristiwa
ReplyDeletepernah ngalami mbak
DeleteWih jadi sedih nih....
ReplyDeleteibarat kisah gue yang gak jadi tunangan...*curhat
Wuih ternyata ada yang beneran mengalami
Deleteterimakasih sudha mampir, salam kenal