![]() |
www.ayamhutan.net |
Tak
akan ku biarkan dia lewat di sini lagi. Titik. Mahluk satu ini sudah menodai istana kecilku. Pokoknya tidak akan ku biarkan dia lewat lagi di sini. Titik.
Aku
geram. Dasar mahluk yang tidak bisa membaca. Membaca peraturan dari RT yang sudah
melarang untuk menjejakkan kaki disetiap jengkal perumahan ini. Ah, tentu
saja dia tidak akan mengerti. Padahal di dalam peraturan itu, jelas-jelas bagi
siapa saja yang melanggarnya akan dikenakan sanksi yang paling kejam yaitu
dibunuh.
Tetapi
bukanlah peraturan memang untuk dilanggar? Bahkan mahluk yang katanya paling
tinggi derajatnya seperti diriku. Yang selalu membuta aksarakan diri sendiri.
Tak pernah punya rasa malu melakukan pelanggaran yang sudah ditulis sendiri.
Bahkan seolah-olah peraturan itu dibuat untuk bisa dilanggar.
Mungkin
justru dia lebih mulia, apabila Tuhan memberikannya kelebihan untuk bisa
membaca. Mungkin juga dia justru akan mematuhi peraturan yang telah dibuat. Dia
tidak akan membuang kotoran disembarang tempat. Tidak akan mematuk makanan dilahan
yang bukan miliknya.
Jika dia kehujanan, dia akan tetap di kandangnya. Tidak berteduh di depan rumahku yang cantik, dengan teralis keemasan. Dan meninggalkan kotoran dan baunya di sana.
Jika dia kehujanan, dia akan tetap di kandangnya. Tidak berteduh di depan rumahku yang cantik, dengan teralis keemasan. Dan meninggalkan kotoran dan baunya di sana.
Dia
memang tidak memiliki hunian nyaman sepertiku. Namun apa peduliku. Hunianku,
tengoklah, rumah berlantai dua dengan gaya minimalis modern. Dikelilingi pagar
tinggi keemasan. Itu mungkin sebabnya
dia suka berteduh didepan rumahku. Bahkan terkadang dia membawa segerombolan
pasukannya.
Mungkin aku salah. Seharusnya
aku tidak tinggal di sini. Seharusnya aku tinggal di kawasan elite di dekat
pusat kota. Para security pasti
melarang dia untuk tinggal di sana.
Di suatu malam dia datang ke
dalam mimpiku. Mungkin juga dia sudah marah dengan kelakuanku yang mengusirnya
setiap dia menginjakkan kaki di depan rumahku.
Dia berkata kepadaku,”Kau adalah
salah satu makhluk yang pemalas. Tidakkah kau tahu jika aku bersuara ribut di
pagi hari, Para malaikat turun ke bumi, melihat dan mengaminkan doa bagi siapa
saja yang bersungkur kepada pencipta kita. Bahkan hingga batas lengkingan
terakhirku, kau masih juga melingkar di kasur empukmu. Kau benar-benar telah
mengabaikan waktu emasmu.”
Sejak saat itu dia tidak pernah
lagi menginjakkan kakinya di depan rumahku. Namun justru mataku selalu
mengintip dari balik jendela, bersiap-siap mengusirnya jika datang lagi. Dia
yang selalu mengobrak-abrik tempat sampah dan menghabiskan sisa-sisa makanan
lezat yang kubuang disana. Atau melihat
ketika dia berkokok, kibasan sayapnya mengikuti irama suaranya. Mungkin
menyanyikan lagu bahagia.
Ketika aku tahu akhirnya siapa
induk semangnya, hatiku sedikit melunak.
Induk semangnya bercerita, jika dia sudah tidak di sini lagi. Dia telah
menunaikan tugas akhirnya yang mulia kini. Merelakan dirinya berpisah dengan
induk semang yang telah merawatnya, ditukar dengan selembar uang merah.
Selembar uang merah, untuk membayar uang sekolah anak induk semangnya.
Atau mungkin dia telah bahagia
menunaikan tugas akhirnya. Menjadi santapan lezat untuk manusia. Menjadikan
wajah-wajah penuh bahagia melihatnya disajikan di atas meja.
Kini aku tahu, aku tiada lebih
berharga darinya. Rumah megah dan setumpuk uang yang terselip di dompetku,
tidak bisa mengalahkan pengabdian tulusnya. Atau tugas mulianya setiap pagi menyambut para
malaikat yang turun ke bumi. Kini aku tahu, aku tiada lebih mulia darinya. (end)
Baguuus mbak wid
ReplyDeleteTerimakasih mbak Lisa
Deletesi yang tak boleh disebutkan nmanya itu kerenn bisa lihat mlaikat.
ReplyDeleteKatanya begitu, kalau ayam kokok di dini hari. ada malaikat yang turun ke bumi, emncari orang-orang yang sholat tahajud
DeleteAngkat tangan aku, mba
ReplyDeleteKenapa?
Deleteanyway, turunin gih tangannya bau...hahahahaha Becanda
kenapa? soalnya tulisanmu keren, mba...
DeleteHahaha, jangan kenceng-kenceng napa bilangnya, mba...
Kereen...kerennn... Sukaa
ReplyDeleteterimakasih dik ci, tulisan ini untukmu
DeleteMba Wid udah sukses bikin... saya masih muser2 cari inspirasi
ReplyDeleteAyo mbak Rai, si ayam ni tiap hari dekat sama kita
DeleteAyam goreng..
Kereen, Mbak :)
ReplyDeleteterimakasih anik
DeleteMantap mbk Wid... wah aku jadi bingung mau nulis tentang ayam tanpa ada kata ayam -_-
ReplyDeleteSuka suka suka suka. Keren, mba.
ReplyDelete❤💐
ReplyDeleteMba wid selalu keren dalam mengemas cerita
ReplyDeleteYang tak boleh disebut namanya? Mengingatkan dialog dalam Harry Potter nih hehe.
ReplyDeleteKeren, Mbak Wid
mantep
ReplyDelete