Skip to main content

Ulat, Kupu-Kupu dan Perempuan Di Taman

sumber: www.matasiswa.com

“Hahahaha…dasar perempuan tua bodoh,” ulat hijau tertawa terbahak-ahak melihat seorang wanita setengah baya -yang dikatakannya tua- sedang termenung di sebuah taman kota.
“Eh…kenapa menertawakannya?” sahut kupu-kupu yang sedang hinggap di bunga aster yang tak jauh dari ulat yang sedang tertawa.
“Aku tertawa karena karena perempuan itu bodoh, masih saja mengharap pada manusia. Manusia yang sering melanggar peraturan yang dibuatnya sendiri,” ucap ulat sambil menikmati daun bunga aster.
“Memangnya kamu tahu, apa yang terjadi pada perempuan itu?” tanya kupu-kupu  lagi
“Hei kupu-kupu, coba kamu dengarkan suara hatinya dengan mata hatimu. Tidakkah kamu dengar rintihan hatinya?” ujar ulat dengan sedikit pongah.
Kupu-kupu terdiam seksama, mencoba berkonsentrasi. Dilepaskannya sungut pencecap madu dari bunga aster. Sebuah bisikan halus terdengar olehnya. “Sungguh malang,” ujarnya kemudian.
“Benar bukan? Sia-sia saja perempuan itu mengharap pada manusia,” suara ulat terdengar sedikit kesal. Ulat dan kupu-kupu kemudian terdiam, menikmati santapannya masing-masing.
****

Seorang wanita setengah baya duduk termenung. Setiap senja, dia menyendiri di taman kota. Wajahnya terlihatmuram, tak ada hal yang diinginkannya kecuali hatinya segera pulih dan kembali berseri seperti biasa.
Sudah berhari-hari dia tidak menghasilkan satupun tulisan. Dia mengerti, semuanya karena hatinya sedang berduka, tertutup awan hitam. Dia tidak bisa melihat dunia dengan jernih, dunia yang bisa menjadi sebuah cerita jika jemarinya sudah bergerak lincah di depan leptop.
Semua kini dijauhkan darinya. Setiap kata-kata yang sudah terangkai di dalam benaknya, selalu berakhir tidak sempurna. Dia selalu bertanya-tanya pada diri sendiri, apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya?

Hingga kemudian, dia menemukan alasannya. Setelah dua minggu senja yang dilewatinya di Taman kota ini. Yang diperlukannya kini hanya memulihkan hati. Dia tersenyum, dia mengerti kini. Ketika semua berjalan tak sama dengan yang diinginkannya, dia hanya perlu bersabar. Ketika usahanya untuk mengingatkan sudah dilakukan, dia harus mengerti bahwa semuanya tetap Alloh yang menentukan. Hati manusia bukan dia yang memiliki.
Perempuan itu menghela nafas panjang, seiring senja yang tenggelam. Ketika adzan magrib terdengar dari masjid di seberang jalan. Langkahnya menapak perlahan, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri bergantian. Dia ingin bersujud yang panjang, mengharap awan hitam di hatinya segera hilang.
***
Perempuan itu masih sama, datang disetiap senja. Sebuah buku terpampang di hadapannya. Kupu-kupu mendekat perlahan di atas kelopak bunga aster di belakang kursi taman. Ulat tertidur, satu tangkai daun telah berhasil dihabiskannya.
“Ulat, tak kamu dengar lagikah kesedihan di hati perempuan itu?” kupu-kupu bertanya
“Hmmm…” ulat masih bergeming, hanya memicingkan mata, melirik kupu-kupu yang bertengger di atas kelopak aster dengan kepakkan sayapnya.
“Ulat, bangunlah! Mari kita berbincang dengan perempuan itu. Mungkin kita bisa sedikit tahu akan apa yang dirisaukannya.” Ulat menggeliat, ada rasa malas dari hatinya. Namun ulatpun ingin tahu apa yang terjadi pada manusia. Terkadang ulat hanya membaca berita dari koran yang dibiarkan tergeletak begitu saja di taman ini. Tak banyak yang dia tahu akan manusia. Yang dia tahu manusia mudah sekali membunuh bangsanya. Manusia hanya ingat, jika bangsa ulat mempunyai efek buruk bagi tubuh mereka. Padahal, ulat hanya tahu begitulah mereka diciptakan. Manusia sering lupa jika bangsa ulat kelak akan menjadi seekor kupu-kupu yang sering mereka puja keindahannya.
Perempuan itu sedikit terkejut, kupu-kupu berwana kuning hinggap di atas bukunya. Perempuan itu menatapnya dengan seksama, bibirnya mengucapkan keagungan kepada Sang Pencipta akan keindahan kupu-kupu. Tiba-tiba telinganya mendengar suara. Sebuah suara samar, perlahan setelahnya suara itu mulai terdengar jelas. Dia menoleh, seolah ingin mencari kepastian adakah seseorang yang mengajaknya bicara. Namun taman itu sepi, hanya terlihat sepasang muda-mudi yang duduk di tepi kolam yang jauh darinya. Kini perempuan itu yakin, kupu-kupulah yang mengajaknya berbicara.
“Masihkah kamu bersedih, perempuan cantik. Apa yang kamu risaukan?” Perempuan itu menggeleng, senyum tipis terlukis di bibirnya.
“Kupu-kupu, aku ingin bercerita kepadamu. Negeriku, ah terlalu luas untuk sebuah perumpamaan. Keluarga kecilku, mereka sering melanggar peraturan yang dibuatnya sendri, peraturan yang telah disepakati. Aku terus berpikir alasannya kenapa. Dan aku telah menemukan kemungkinan jawabannya, kemarin sore. Bahwa mungkin karena peraturan itu yang membuat manusia, maka mudah untuk di ingkari. Jika peraturan dari Tuhanpun sering mereka langgar. Apalagi peraturan yang dibuat manusia? Betapa hal kecil dari komitmen itu sering mereka abaikan.”

Perempuan itu menghela nafas. Kemudian melanjutkan bicaranya. “Mungkin di negeri Kupu-Kupu, hidup kalian sesuai aturan ya?” Kupu-kupu hanya mengangguk. Ulat hanya menatap mereka bicara. Tidak ada lagi hasrat untuk bertanya. Perempuan itu telah menemukan jawabannya. Kupu-kupu bergegas terbang, mencari tempat peristirahatan. Senja telah menjelang. Ulatpun perlahan naik ke daun yang menempel di bagian belakang bangku taman. Mereka sama-sama terdiam, menikmati senja yang semakin hilang berganti malam menjelang. (end)

Comments

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bisa m

Selamat Tinggal

www.pinterest.com “Jadi kau benar-benar akan meninggalkanku? Kau sungguh tega?” suaramu sungguh terdengar kacau. Hatiku pedih. Rambut hitam lurusmu yang mulai menutupi leher terlihat acak-acakan. Namun, wajahmu masih terlihat tampan, meski sendu memenuhi setiap garis-garis wajahmu. Kauusap wajahmu kemudian memandangku yang terdiam dengan tajam. Aku menunduk, mencoba mengalihkan tatapan elangmu yang kini mungkin terlihat sedikit layu. Aku masih terdiam, sunyi di antara kita. Aku sudah bulat dengan keputusanku ini. Meski aku menyayangimu, sungguh, keputusan ini harus kuambil. Aku mungkin terlihat bodoh, meninggalkan semua kenyamanan ini dengan alasan yang “tidak masuk akal.” Namun, aku adalah aku. Tak akan kuijinkan oranglain mengontrol hidupku seolah-olah tidak bisa hidup tanpanya. “Baiklah, kalau kaumemang sudah memutuskan itu. Aku bisa apa. Meski katamu kau menyayangiku.” Suaranya terdengar parau. Tangan kanannya mengaduk-aduk secawan es campur, menyendoknya perlahan,