Skip to main content

Benarkah Kamu Akan Meninggalkanku?

www.pixabay.com
“Benarkah kamu akan meninggalkanku?” tanyaku di suatu pagi. Dingin masih menyelimuti ruangan ini.
Kamu mengangguk pasti. Senyum manis tersungging di bibirmu, menguapkan sedikit muram di wajahmu.
“Tak kamu ingatkah kebersamaan kita yang sudah lima tahun berjalan ini?” tanyaku lagi. Aku bisa merasa degup jantungmu yang stabil. Tak ada kebimbangan di wajahmu yang manis. Kamu hanya bergeming.
“Tak bisakah kamu pikirkan lagi. Kamu tunda kepergianmu. Aku masih ingin merasakan kebersamaan ini.” Rajukku padamu. Kamu menatapku lama. Ada semburat kesedihan di sana. Kamu terdiam.
“Baiklah kalau begitu. Jadi kapan terakhir kamu di sini?" Aku harus mempersiapkan perpisahan ini.
“Dua bulan lagi.” Akhirnya kamu bersuara, suara lembutmu yang pasti akan aku rindu kelak.
***
“Tak tergoyahkan lagikah keputusanmu?” tanyaku di suatu pagi. Dingin masih menyelimuti ruangan ini.
“Tidak,” suara tegasmu menggema di telingaku.
Aku terdiam. Aku yang selalu berada di dekatmu, ketika senang atau sedih. Melihatmu selalu tertawa, meski mungkin luka batinmu menganga. Jatuh bangun kamu kobarkan semangat membara dalam hatimu. Aku tahu, karena hari -hariku selalu bersamamu.
“Ingin kutanyakan sekali lagi padamu. Tidak sayangkah kamu dengan semua yang ada di sini? Semua yang mencintaimu? Pun tidakkah kamu akan rindu padaku?”
“Aku akan merindukanmu. Sungguh. Kamu bagian penting dalam hidupku. Tak akan pernah kulupakan,  setiap detik kenangan yang terjadi di sini. Kamu pasti tahu semua apa yang kulalui. Saatnya aku kembali kepada yang Maha Mencintaiku. Dia ingin aku kembali pada-Nya.”
“Haruskah dengan meninggalkanku?” tanyaku lagi. Aku ingin kamu membatalkan semua ini.
“Iya, semua telah kupikirkan. Di sini aku sering melalaikan-Nya. Saatnya aku melangkah, fokus hanya untuk mencintai-nya, dengan jalan yang lebih dirdhoi-Nya. Maafkan aku.”
“Kapan kamu pergi?” tanyaku lagi, ingin memastikan.
“Esok terakhir aku di sini.” Jawabmu pasti.
Aku hanya terdiam. Tak tahu lagi harus berkata apa padamu. Perpisahan sering kujumpai, Namun, mengapa hanya padamu aku merasakan lebih berat? Mungkinkah karena sudah begitu lama kita bersama? Dan aku mengenalmu sebagai nona manis yang baik hati? Entahlah.

Esok hari kutunggu kedatanganmu. Aku ingin mengucapkan selamat jalan. Semoga kamu bisa lebih mencintai-Nya dengan meninggalkan aku. Namun, sosokmu tak pernah datang. Kubisikkan selamat tinggal, semoga kamu mendengarnya di sana. Karena aku tak bisa mengejarmu. Apalah dayaku. Aku hanyalah dinding-dinding ruang kerjamu. (end)

Comments

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bisa m

Selamat Tinggal

www.pinterest.com “Jadi kau benar-benar akan meninggalkanku? Kau sungguh tega?” suaramu sungguh terdengar kacau. Hatiku pedih. Rambut hitam lurusmu yang mulai menutupi leher terlihat acak-acakan. Namun, wajahmu masih terlihat tampan, meski sendu memenuhi setiap garis-garis wajahmu. Kauusap wajahmu kemudian memandangku yang terdiam dengan tajam. Aku menunduk, mencoba mengalihkan tatapan elangmu yang kini mungkin terlihat sedikit layu. Aku masih terdiam, sunyi di antara kita. Aku sudah bulat dengan keputusanku ini. Meski aku menyayangimu, sungguh, keputusan ini harus kuambil. Aku mungkin terlihat bodoh, meninggalkan semua kenyamanan ini dengan alasan yang “tidak masuk akal.” Namun, aku adalah aku. Tak akan kuijinkan oranglain mengontrol hidupku seolah-olah tidak bisa hidup tanpanya. “Baiklah, kalau kaumemang sudah memutuskan itu. Aku bisa apa. Meski katamu kau menyayangiku.” Suaranya terdengar parau. Tangan kanannya mengaduk-aduk secawan es campur, menyendoknya perlahan,