![]() |
www.pixabay.com |
“Benarkah kamu akan
meninggalkanku?” tanyaku di suatu pagi. Dingin masih menyelimuti ruangan ini.
Kamu mengangguk
pasti. Senyum manis tersungging di bibirmu, menguapkan sedikit muram di
wajahmu.
“Tak kamu ingatkah
kebersamaan kita yang sudah lima tahun berjalan ini?” tanyaku lagi. Aku bisa
merasa degup jantungmu yang stabil. Tak ada kebimbangan di wajahmu yang manis. Kamu
hanya bergeming.
“Tak bisakah kamu
pikirkan lagi. Kamu tunda kepergianmu. Aku masih ingin merasakan kebersamaan
ini.” Rajukku padamu. Kamu menatapku lama. Ada semburat kesedihan di
sana. Kamu terdiam.
“Baiklah kalau
begitu. Jadi kapan terakhir kamu di sini?" Aku harus mempersiapkan
perpisahan ini.
“Dua bulan lagi.”
Akhirnya kamu bersuara, suara lembutmu yang pasti akan aku rindu kelak.
“Tak tergoyahkan
lagikah keputusanmu?” tanyaku di suatu pagi. Dingin masih menyelimuti ruangan
ini.
“Tidak,” suara
tegasmu menggema di telingaku.
Aku terdiam. Aku yang
selalu berada di dekatmu, ketika senang atau sedih. Melihatmu selalu tertawa,
meski mungkin luka batinmu menganga. Jatuh bangun kamu kobarkan semangat
membara dalam hatimu. Aku tahu, karena hari -hariku selalu bersamamu.
“Ingin kutanyakan
sekali lagi padamu. Tidak sayangkah kamu dengan semua yang ada di sini? Semua yang
mencintaimu? Pun tidakkah kamu akan rindu padaku?”
“Aku akan
merindukanmu. Sungguh. Kamu bagian penting dalam hidupku. Tak akan pernah kulupakan, setiap detik kenangan yang
terjadi di sini. Kamu pasti tahu semua apa yang kulalui. Saatnya aku kembali
kepada yang Maha Mencintaiku. Dia ingin aku kembali pada-Nya.”
“Haruskah dengan
meninggalkanku?” tanyaku lagi. Aku ingin kamu membatalkan semua ini.
“Iya, semua telah kupikirkan.
Di sini aku sering melalaikan-Nya. Saatnya aku melangkah, fokus hanya untuk
mencintai-nya, dengan jalan yang lebih dirdhoi-Nya. Maafkan aku.”
“Kapan kamu pergi?”
tanyaku lagi, ingin memastikan.
“Esok terakhir aku
di sini.” Jawabmu pasti.
Aku hanya terdiam. Tak
tahu lagi harus berkata apa padamu. Perpisahan sering kujumpai, Namun, mengapa
hanya padamu aku merasakan lebih berat? Mungkinkah karena sudah begitu lama
kita bersama? Dan aku mengenalmu sebagai nona manis yang baik hati? Entahlah.
Esok hari kutunggu
kedatanganmu. Aku ingin mengucapkan selamat jalan. Semoga kamu bisa
lebih mencintai-Nya dengan meninggalkan aku. Namun, sosokmu tak pernah datang.
Kubisikkan selamat tinggal, semoga kamu mendengarnya di sana. Karena aku tak
bisa mengejarmu. Apalah dayaku. Aku hanyalah dinding-dinding ruang kerjamu. (end)
Comments
Post a Comment