![]() |
Sumber:googlesearch |
Selalu terperangah. Kemudian, hanya bisa terdiam menyimak. Terduduk di sudut ruang, menjadi penonton. Menghilang dari peredaran. Serasa langit dan bumi. Menilai diri, merunduk malu. Bukan karena dia bilang “I love you”. Tetapi, penyesalan karena tidak mencintaimu sedari dulu.
Kembali ke masa
lalu. Waktu berlalu tiada tentu. Mimpi yang selalu menguap. Waktu berlalu tiada
tentu. Menua, mimpi yang semakin samar dalam bayang awan. Sang pencintamu, tetap
melangkah maju. Aku masih tersudut di ruang yang sama. Mencintaimu, masih
dengan setengah nafasku.
Tak akan melekat,
jika kutak mendekat. Tak akan melekat, jika tak terbiasa membersamaimu. Kamu yang
tak akan pernah meninggalkanku, meski begitu banyak yang mengerubungimu,
memilikimu. Cintamu yang selalu kamu bagi untuk mereka. Mereka pergi. Namun,
kamu tetap utuh dan justru semakin bertumbuh, untukku.
Kusadari, aku lebih
sering melupakanmu. Berpaling, mengejar
yang lain. Kamu tetap setia. Tertawa, bahagia. Kamu bilang, “Kejarlah,
milikilah. Aku justru merasa lebih bahagia. Karena kamu akan mengenal dunia.”
Aku berkata,”Baiklah.
Aku akan mengejarnya. Membersamainya. Menempatkan mereka bersamamu. Aku tak
ingin hanya terperangah. Terduduk di sudut ruang. Dan maafkan, jika aku akan
selalu mengejar yang lain, yang lain, yang lain. Karena, semakin aku
mengenalmu, mengenal mereka, aku semakin tahu jika aku harus mengejar yang lain
dan yang lain, agar mereka lekat sepertimu.”
Kamu tersenyum dan
mengangguk pasti.
Dalam hati ku
berkata, ”Terimakasih ilmu. Tanpamu aku masih dungu, pun denganmu ku semakin
merasa dungu. Aku ingin mencintaimu selalu, agar kamu lekat di diriku.”(End)
*Ilmu pengetahuan
Comments
Post a Comment