![]() |
www.forumdetik.com |
Pagi yang masih gulita meski
langit terlihat cerah, penuh semangat kamu jejakkan langkah. Langkah dalam diam,
namun wajahmu penuh riang membayang. Seragam sekolah yang sudah lusuh bersandang
di tubuhmu yang berkulit legam. Gegap gempita menuju impian, cita-cita tinggi
untuk masa depan penuh harapan.
Kamu di antara dua temanmu, menyusuri
pagi yang masih tertidur. Jalan setapak di antara kebun dan ilalang yang menghijau,
gunung berbaris rapi membiru di kejauhan menyaksikan langkah kaki telanjangmu
yang dibalut sepatu lusuh berdebu. Sepanjang dua jam perjalanan kamu hanya
terdiam, sesekali suaramu terdengar ketika seorang teman bertanya ataupun
melemparkan candaan. Namun, kamu dan mereka tak pernah melemahkan sedetikpun
perjalanan panjang. Semua kamu lakukan demi satu cita-cita, menuntut ilmu.
Kini di depanmu sungai luas
membentang. Kamu dan kedua temanmu berdiri tegak, menarik nafas dalam-dalam. Kamu
turunkan tas dari punggung. Jemarimu melepas kancing baju satu persatu. Kemudian,
rok dan celana dalammu ikut kamu tanggalkan. Kini, tubuhmu mulus tanpa sehelai
benangpun. Kamu masukkan satu persatu tas dan baju di sebuah plastik besar
kemudian kamu naikkan ke punggungmu. Tubuhmu melompat ke sungai, berenang
perlahan menyusuri sungai yang tenang sepanjang seratus tiga puluh meter. Semua
ini tak bisa kamu lakukan jika musim hujan dan sungai yang kamu susuri meluap. Kamu
harus menanggalkan mimpimu sesaat.
Kini tubuh legammu sudah sampai
di tepian. Tanpa ragu seragam kumal segera kamu kenakan meski tubuhmu masih
basah, basah dari ujung kepala hingga kaki. Namun wajahmu tetap memancarkan kebahagiaan.
Kakimu kemudian melangkah perlahan, menuju sebuah bangunan tempat kamu
mengharapkan datangnya ilmu pengetahuan.
Di sebuah kelokan kamu berjumpa
dengan teman-teman seperjuangan. Saling menyapa menebarkan semyuman. Di depan
gerbang, pedagang Donat menawarkan dagangan, membuat perutmu yang belum terisi
semakin terasa keroncongan. Satu lembar uang dua ribuan yang basah, kamu
ulurkan. Sebuah donat bertabur gula di tangan, siap kamu lahap untuk mengganjal
perutmu agar terasa sedikit lebih kenyang.
Kemudian langkah kakimu menuju
kelas, ada banyak mimpimu yang terukir di sana. Meski kamu tahu jika tempat itu
mungkin adalah mimpi terakhirmu. Apalah dayamu, ketika sekolah lanjutan sangat
jauh dari jangkauan, jauh terletak di tengah keramaian kota yang tak pernah
kamu bisa bayangkan.
Comments
Post a Comment