![]() |
Koleksi Pribadi |
Sudah pernahkah
membaca cerpen-cerpen karya Gunawan Triatmojo? Kali ini saya akan mengulas
sedikit dari salah satu cerpen beliau yang berjudul Sebentar Lagi Mati. Cerpen
ini merupakan salah satu dari kumpulan cerpen beliau dalam buku kumcer yang berjudul
Tuhan Tidak Makan Ikan.
Membaca cerpen
Sebentar Lagi Mati, saya mengiyakan ucapan kebanyakan penulis senior yang
mengatakan jika ide itu bisa didapat dari sekitar kita. Seperti cerpen Sebentar
Lagi Mati ini ditulis dengan sederhana, mengalir, mudah dipahami, tanpa diksi
yang berbelit, tapi kesannya nylekit.
Cerpen ini ditulis
dari sudut pandang suami yang sudah mati. Cerita bermula ketika sang suami
menyatakan andaikan dia mengetahui tigapuluh menit lagi akan meninggal dunia,
maka dia akan melakukan apa yang diinginkan istrinya. Umurnya yang masih
duapuluh delapan tahun membuat dia mengira jika waktu matinya masih lama. Tigapuluh
menit terakhirnya dia awali dengan mengabaikan permintaan istrinya yang sedang
hamil muda dan menginginkan lumpia dari Pasar Legi, berharap keinginan istrinya
akan berubah di siang harinya. Berganti permintaan sebuah burger atau makanan
sejenisnya yang melayani pesan antar hingga dia tidak perlu repot-repot keluar
rumah untuk membeli.
Sang suami adalah
tipe pengguna gawai sejati. Dia mengingat
jika istrinya sangat kesal ketika dia lebih asyik dengan gawainnya daripada bercakap-cakap dengan istrinya. Dia juga mengingat
bahwa pernah terjadi pertengkaran besar diantara dirinya dengan sang istri
karena dia terlalu asyik dengan gawainya
di saat acara silaturahmi keluarga besar istri.
Akhir kematiannya
tak jauh-jauh dari kebiasannya berurusan dengan gawai dan daring. Bagaimanakah akhir kisahnya? Mungkin untuk
mendapatkan sensasi akhir cerita yang menyentak dan sama sekali tidak pernah
terbayang di benak kita alangakah lebih baiknya membaca cerpen yang sederhana
tapi nylekit ini sendiri.
Cerpen Sebentar Lagi
Mati seperti potret kehidupan saat ini. Ketika dua orang yang saling
berdekatan, dijauhkan oleh adanya hape.
Sepasang suami istri yang mungkin salah satu atau masing-masing justru lebih
asyik dengan dunia di dalam genggamannya. Juga kenyataan ketika sebagian besar
manusia lebih menyukai untuk melakukan transaksi online karena kepraktisan, tanpa perlu bergerak ataupun keluar
rumah menghabiskan waktu.
Cerpen ini terkesan
biasa, sederhana, tidak perlu diksi yang muluk-muluk. Namun, pesan yang
disampaikan di dalamnya patut kita renungi dan berharap mengubah pola kehidupan
kita yang kebanyakan sudah candu dengan dunia dalam genggaman.
Dari cerpen ini kita
juga bisa belajar bahwa tidak perlu mencari ide yang susah untuk menulis cerita
yang menarik. Cukup tulis apa yang terjadi di sekitar kita. Selamat menulis
dengan ide sederhana. (end)
#Kumcer
#Gunawan Triatmojo
#Tuhan Tidak Makan Ikan
#Gunawan Triatmojo
#Tuhan Tidak Makan Ikan
Comments
Post a Comment