Skip to main content

Sebuah Obituari: Selamat Jalan Koko Ferdie

Koleksi Pribadi

Apa yang mempertemukan seorang penulis dengan penulis lainnya hingga mereka bisa saling menyapa? Aku kira yang mempertemukannya hanyalah dua hal, buku dan tulisan.
Begitulah awal mula pertemanan kita, buku. Berawal dari sebuah event giveaway yang kamu adakan di sebuah website yang kamu dirikan dengan Nikmatus dan akulah pemenangnya. Sejak saat itu aku sering membeli buku yang kamu tawarkan, buku-buku yang sudah tidak muat di rak bukumu. Beberapa di antaranya adalah karyamu.
Janji Bunga Matahari, itulah buku pertama karyamu yang aku baca. Buku yang berisi kumpulan cerpen yang telah dimuat diberbagai media ternama, salah satunya Femina. Tulisanmu lembut dan aku menyukai gaya penyampaiannya. Sedang, Janji Bunga Matahari sendiri adalah sebuah tulisan yang bercerita tentang persahabatan anak-anak SMA dengan setting Negeri Sakura. Kamu begitu hidup menuliskannya. Ketika membaca Janji Bunga Matahari, aku bisa merasakan seolah olah berada di Negeri Sakura.
Kemudian kita bertukar sapa di Blogmu. Blog yang kamu isi dengan catatan wisata kuliner dan juga sebuah cerbung yang berjudul You’re My Best Friend. Beberapa bab sempat kamu torehkan di sana, ketika akhirnya kamu mengatakan jika You’re My Best friend akan terbit di salah satu penerbit mayor.
Aku memintamu mereview beberapa tulisanku, dengan senang hati kamu melakukannya. Satu pesanmu yang hingga kini belum tunai kulakukan yaitu mencari karakter tulisanku sendiri dan memperbaiki EBI dalam setiap tulisanku.
Dalam percakapan kita di messenger, kamu menawarkan privat menulis dengan jaminan tembus di media. Aku cukup tertarik dengan tawaranmu, sangat murah untuk sebuah visi terbit di media ternama mengikuti jejakmu. Saat itu aku sedang sibuk mengurus sebuah komunitas kepenulisan yang baru di buka, hingga aku menangguhkannya barang sebentar saja.
Kemarin ketika kamu komentar di salah satu postingan IGku, kamu bilang jika menyukai tulisan-tulisan Mazdar Zainal, aku tiba-tiba ingat tawaran privatmu. Dalam hati ingin menghubungimu dan menanyakan apakah privat itu masih berlaku. Namun, entah mengapa karena kemalasanku pesan itu akhirnya tetap tak tersampaikan.
Hingga akhirnya hari ini aku membaca berita kepergianmu. Rasanya tak percaya mendengar  itu meskipun dari beberapa penulis senior. Namun, mungkin itu jawaban Tuhan akan status terakhirmu “Aku ingin Sembuh”. Kamu benar-benar telah sembuh Ko, dengan berada di sisi-Nya. Selamat jalan Ko. Semoga engkau berada di tempat terbaik di sisi-Nya. Amiin.


*Untuk Koko Ferdie 

Comments

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bisa m

Selamat Tinggal

www.pinterest.com “Jadi kau benar-benar akan meninggalkanku? Kau sungguh tega?” suaramu sungguh terdengar kacau. Hatiku pedih. Rambut hitam lurusmu yang mulai menutupi leher terlihat acak-acakan. Namun, wajahmu masih terlihat tampan, meski sendu memenuhi setiap garis-garis wajahmu. Kauusap wajahmu kemudian memandangku yang terdiam dengan tajam. Aku menunduk, mencoba mengalihkan tatapan elangmu yang kini mungkin terlihat sedikit layu. Aku masih terdiam, sunyi di antara kita. Aku sudah bulat dengan keputusanku ini. Meski aku menyayangimu, sungguh, keputusan ini harus kuambil. Aku mungkin terlihat bodoh, meninggalkan semua kenyamanan ini dengan alasan yang “tidak masuk akal.” Namun, aku adalah aku. Tak akan kuijinkan oranglain mengontrol hidupku seolah-olah tidak bisa hidup tanpanya. “Baiklah, kalau kaumemang sudah memutuskan itu. Aku bisa apa. Meski katamu kau menyayangiku.” Suaranya terdengar parau. Tangan kanannya mengaduk-aduk secawan es campur, menyendoknya perlahan,