![]() |
www.akibanation.com |
Peron
semakin ramai. Jemarimu masih asyik bermain di layar gawai. Tiba-tiba kamu
berdiri, kemudian dengan senyum manis dan ucapan lembut mempersilahkan seorang
ibu yang sudah renta untuk duduk di bangku yang tadi kamu tempati. Nenek renta
dengan pipi yang sudah kempot lirih mengucapkan terimakasih. Kamu hanya
menggangguk. “Ah, kamu baik sekali. Pemuda yang baik,” lirih batinku memuji. Iris
matamu kini mengitari sekitar, kemudian melangkah mendekati tiang dan
menyenderkan pungungg kokohmu di sana. Kaki kanan kamu silangkan, kembali mata
menatap jam tangan di pergelangan kanan. Kamu simpan gawai di tas kulit kecil
berwana coklat yang tersandang di bahu kanan. Tanganmu meraih sebuah kotak, satu
batang sembilan senti dari merek termahal terselip di antara jemari tangan kiri. Kamu tarik
zippo dan beberapa saat kemudian asap terhambur dari mulutmu.
Ketika
suara petugas mengabarkan kepada seluruh penumpang untuk naik ke atas kereta,
kamu segera berlari menujuku. Menaruh batang sembilan senti yang tinggal
separuh. Kemudian langkahmu menuju pintu kereta. Ketika langkah kaki hendak
menapak masuk, tubuhmu berbalik menatap ibu renta yang tadi duduk di bangku. Tanganmu
terulur mengambil kotak indomie dari tangan ibu renta yang kembali lirih
berucap terimakasih. Perlahan menunggunya masuk ke dalam kereta, hingga
punggungmu menghilang bersama kereta yang perlahan meninggalkan peron.
Ah,
siapakah namamu? Kamu benar-benar memesona. Bolehkah aku menamaimu Si Te? Apakah mungkin kamu akan bertanya alasanku menamaimu Si Te?
Aku berjanji, suatu hari nanti aku akan memberitahu, mengapa aku menamaimu, Si Te.
#Tulisan ini
untukmu SiTe, terimakasih atas inspirasi yang selalu hadir
Comments
Post a Comment