Skip to main content

Si Te

www.akibanation.com
Aku selalu melihatmu pada jam yang sama. Jam dinding tua yang tertempel di dinding kantor stasiun kereta meyakinkannya. Kamu datang, lalu duduk di barisan bangku depan menanti kereta datang. Kepalamu merunduk menatap gawai di tangan. Sesekali arah matamu beralih ke jam tangan, gelisah. Tampilan kostum yang kamu kenakan tidak pernah begitu berbeda setiap harinya. Kaos oblong di padu dengan kemeja panjang, celana jeans dan sepatu concverse warna hitam membuatmu begitu elegan untuk dipandang.
Peron semakin ramai. Jemarimu masih asyik bermain di layar gawai. Tiba-tiba kamu berdiri, kemudian dengan senyum manis dan ucapan lembut mempersilahkan seorang ibu yang sudah renta untuk duduk di bangku yang tadi kamu tempati. Nenek renta dengan pipi yang sudah kempot lirih mengucapkan terimakasih. Kamu hanya menggangguk. “Ah, kamu baik sekali. Pemuda yang baik,” lirih batinku memuji. Iris matamu kini mengitari sekitar, kemudian melangkah mendekati tiang dan menyenderkan pungungg kokohmu di sana. Kaki kanan kamu silangkan, kembali mata menatap jam tangan di pergelangan kanan. Kamu simpan gawai di tas kulit kecil berwana coklat yang tersandang di bahu kanan. Tanganmu meraih sebuah kotak, satu batang sembilan senti dari merek termahal terselip di antara jemari tangan kiri. Kamu tarik zippo dan beberapa saat kemudian asap terhambur dari mulutmu.
Ketika suara petugas mengabarkan kepada seluruh penumpang untuk naik ke atas kereta, kamu segera berlari menujuku. Menaruh batang sembilan senti yang tinggal separuh. Kemudian langkahmu menuju pintu kereta. Ketika langkah kaki hendak menapak masuk, tubuhmu berbalik menatap ibu renta yang tadi duduk di bangku. Tanganmu terulur mengambil kotak indomie dari tangan ibu renta yang kembali lirih berucap terimakasih. Perlahan menunggunya masuk ke dalam kereta, hingga punggungmu menghilang bersama kereta yang perlahan meninggalkan peron.
Ah, siapakah namamu? Kamu benar-benar memesona. Bolehkah aku menamaimu Si Te? Apakah mungkin kamu akan bertanya alasanku menamaimu Si Te? Aku berjanji, suatu hari nanti aku akan memberitahu, mengapa aku menamaimu, Si Te.


#Tulisan ini untukmu SiTe, terimakasih atas inspirasi yang selalu hadir

Comments

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat...

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bi...

Teman Baru

        www.parents.mu        Dengan ter gesa kuucapkan salam . Hari ini sungguh terik sekali. A ku menuju dapur untuk mecari minuman dingin di kulkas. Tidak kulihat ibu di  sana , tetapi meja makan sudah penuh dengan beberapa lauk yang menggugah selera . Segera kuganti baju seragam , kemudian kucuci tangan dan kaki. Kulangkahkan kaki menuju kamar ibu. T erlihat ibu sedang menyusun buku-bukunya yang biasanya tertata rapi di lemari ke dalam kardus “Ibu, kenapa buku-bukunya dimasukkan ke dalam kardus? Memangnya mau dibawa kemana?” tanyaku penasaran. “Ini ibu mencicil mengepak barang-barang. Sebulan lagi ayahmu pindah kerja ke luar kota.” “Apa Bu, pindah? T erus bagaimana dengan sekolahku, B u?” “Nanti sekolah kamu ibu urus kepindahannya. Mengenai teman-teman, nanti disana  kamu juga akan punya teman baru yang banyak." “Ah malas , B u . P aling mereka tidak sepandai teman-temanku disini. Main Play Statio...