![]() |
www.satuuajaa.blogspot.com |
Langit
murung, asap menggulung, jalanan memerah, banjir airmata. Duka Indonesia yang
tak pernah terlupa. Tubuh-tubuh dengan jiwa-jiwa yang mengangkasa, tergeletak
tiada daya, tak bernyawa. Ketika manusia dengan jiwa beringas berlagak sebagai
Sang Mahadewa, merasa berhak melakukan apa saja. Melukai jiwa-jiwa yang tak
berdosa, mereka yang berkulit pualam dengan garis mata sempit. Bukan…bukan
mereka saja yang lara, negeri ini pun sangat terluka. Andai mereka bisa meminta
kepada Yang Maha Kuasa, tentu mereka ingin meminta dilahirkan dengan kulit
warna yang sama.
Langit
murung, asap menggulung, jalanan memerah, banjir airmata. Aroma kesedihan
mencengkeram kota. Di suatu ruang tersembunyi, seragam hijau bertumpuk, pasrah
teronggok di sudut meyaksikan tubuh-tubuh tegap melucuti mereka dengan pancaran
mata licik. Tubuh-tubuh tegap tak bernurani. Demi kebaikan negeri ini mereka
beraksi, begitu dalihnya untuk bersembunyi. Tubuh-tubuh tegap mereka berlarian
di antara manusia-manusia yang berwajah ketakutan. Kaki yang terbungkus sepatu beralas
tebal dengan warna sama, hitam, mendobrak pintu. Tangan-tangan kekar memecahkan
kaca-kaca etalase, menampar, mencekik, menikam jiwa-jiwa yang hanya bisa
memandang penuh kengerian. Manusia-manusia yang tak bernurani. “Demi negeri
ini,” begitu dalihnya.
Langit
murung, asap menggulung, jalanan memerah, banjir airmata. Manusia menyemut di
jalanan, di gedung Kura-Kura. Manusia-manusia tegap dengan potongan rambut dan
warna sepatu yang sama, menyelinap di antara mereka. Seragam hijau menjadi
saksi ketika mereka diganti dengan pakaian rakyat jelata agar tidak kentara.
Mulut-mulut mereka mulai meneriakkan kata-kata yang terdengar panas di telinga.
Langit
murung, asap membubung, jalanan memerah, banjir airmata. Sore luruh, perempuan-perempuan
berkulit pualam berubah wujud, jalan terhuyung, ambruk, mati. Mahkota yang
telah direnggut paksa. Mayat-mayat bergelimpangan, di jalanan, di rumah-rumah
yang hanya tinggal puing-puing berserak. Pilu dalam kengerian.
Langit
murung, asap membubung, jalanan memerah, banjir airmata. Seonggok seragam di sudut
ruang dengan aksesoris bermacam-macam jumlah bintang berbisik, berharap bisa
berkata kepada dunia, tentang kebengisan sekelompok manusia yang berdalih
menyelamatkan negara. (end)
#terinspirasi dari
sebuah cerita kerusuhan Mei 1998
Comments
Post a Comment