![]() |
sumber: www.taopic.com |
Bolehkah kuceritakan
sesuatu padamu, tentang perempuanku? Dia seorang kutu buku, penyuka tahu. Bukan
lagi penyuka tahu, tetapi maniak tahu. Jangan kalian tanyakan bagaimana bisa
dia jatuh cinta padaku, semuanya berlalu begitu saja seiring waktu, tahu-tahu
kita berdua menyatu. Tapi baiklah mari kuberi tahu. Awal mula hati kita menyatu
karena satu jenis makanan bernama tahu.
Awalnya di hari
minggu. Aku sering nongkrong di taman kotu untuk berjualan tahu, tahu buatan
ibuku. Dia datang membawa buku, menghampiriku. Kemudian menyerahkan beberapa
lembar uang seribu. Tanpa ba bi bu dia melahapnya satu persatu, tanpa sungkan
dan malu. Tahu sebungkus di tangannya tandas dan dia masih ingin makan tahu. Tak lama
dia sudah di depanku, menyerahkan uang berwana biru. Sepuluhribu, begitu
ucapnya tanpa ragu. Tanganku dengan cekatan membungkus tahu yang masih hangat
kedalam kotak kertas warna putih agak kelabu, menyerahkan padamu sekaligus uang
sisa dua kali duapuluh ribu. Dia berlalu, dan kembali terulang adegan yang sama
beberapa menit lalu. Dia melahap tahu, tanpa ba bi bu.
Sejak saat itu kita
bertemu setiap minggu, hingga aku mengenal dia yang ternyata bernama Lulu. Penikmat tahu, penyuka warna ungu, kutu buku,
rambut hitamnya selalu dikepang satu.
Kini, dia jadi
wanitaku. Permaisuri yang akan mendampingiku sepanjang waktu. Apakah kamu tahu,
jika menu di meja makanku tak lepas dari satu jenis makanan yang bernama tahu? Apalah
dayaku, kami masih pengantin baru. Tidak mungkin kuprotes kesukaannya
menghidangkan masakan tahu di setiap waktu, karena jika begitu, wajahnya akan
berubah sendu dan kemudian dia akan menangis tergugu. Aku tidak tahan melihat
semua itu. Maka sebagai gantinya kupuji
selalu masakan itu dan pipinya akan merona merah, malu-malu.
Ketika dia kutanya mengapa
suka tahu, dia juga merasa tidak tahu menahu. Gurih dan lezat itu saja yang
bisa dia tahu. Namun, tahu adalah usaha rumahan kakek Lulu yang sudah meninggal
beberapa tahun yang lalu. Itu berarti Lulu sudah menikmati hidangan tahu sejak
dia masih dalam kandungan ibu.
Namun, kini aku
bosan menyantap hidangan yang menunya selalu itu-itu. Maka, kubilang kepada Lulu
jika aku lembur dan pulang telat pada hari kerjaku. Tak lain dan tak bukan agar
aku bisa makan di luar dengan hidangan tanpa tahu. Tapi sepertinya Lulu begitu
menyayangiku, dia masih tetap menghidangkan santap malam untukku. Terbukti sayur
santan tahu, sambal goreng tahu dan kerupuk tahu terhidang masih hangat di atas
meja makan ditambah senyum manis Lulu. Untuk mengungkapkan rasa bersalahku, kupeluk
dia dan membantu membereskan hidangan dan menyimpannya di kulkas berrwarna
biru.
Aku lupa jika Lulu
adalah seorang kutu buku. Tentu berbagai cerita ataupun ilmu dari berbagai genre buku telah masuk ke dalam memorinya dan otaknya akan bertanya-tanya dengan segala kelakuanku. Ini bulan ke lima aku tidak pernah
menyentuh hidangannya yang selalu berbau tahu. Hingga pada suatu malam, tiba-tiba
dia telah duduk dihadapanku. Waktu itu aku hendak menyantap sup tulang iga yang
masih mengepul hangat di sebuah rumah makan langgananku. Rumah makan yang tidak jauh dari kantor tempat aku bekerja setahun yang lalu setelah pensiun dari jualan tahu karena kelulusanku. Wajah beku dan
bibir sinisnya berkata kepadaku,”Oh begini kelakuanmu, pura-pura lembur, hanya
karena tidak mau menyantap masakanku.” Kemudian dia menghilang di saat aku masih
tertegun tidak percaya jika Lulu baru saja berlalu dari hadapanku. Segera kuhabiskan
sup tulang iga dan menghidupkan mesin Alya yang kemudian melesat menuju rumah
mungilku.
Namun, rumahku bisu.
Lulu telah pergi dengan secarik pesan yang menempel di kulkas biru. Dia kembali
ke rumah orangtuanya di jalan Maluku. Segera ku melesat menuju rumah mertuaku
untuk meminta maaf kepada Lulu. Sia-sia, hati Lulu terluka karena kecuranganku.
Dia merasa tertipu. Tiada maaf bagiku.
Kini aku termangu menatap
bungkusan tahu yang tersimpan di kulkas biru. Semua itu selalu mengingatkanku
pada Lulu, si kutu buku dan penyuka tahu. Lulu telah resmi berpisah denganku
dan kini dia telah dinikahkan dengan juragan tahu.
Lulu, maafkan aku.
(end)
Comments
Post a Comment