![]() |
Uncle Ik in Sketsa |
Quo
Vadis ODOP? Kalimat itu diungkapkan oleh sosok yang menjadi panutan di keluarga
ODOP. Dialah penggerak program ODOP sekaligus pengisi materi kelas fiksi ODOP.
Siapa sangka sosok pemateri ODOP ini adalah seorang pengajar. Dari
penampilannya yang agak “semau gue” tentu jauh dari bayangan sosok pengajar
yang biasanya terlihat begitu rapi dan necis. Beruntung sekali saya bisa
mengenalnya, meskipun masih belum diberi kesempatan untuk bersua secara
langsung. Namun dari setiap komunikasi di grup kepenulisan, saya bisa menangkap
karakternya yang cerdas, pelindung, humoris meski dibalut dengan kesan sebagai
sosok yang misterius tetapi tidak merenggangkan keakraban di antara sesama
anggota ODOP.
Perjalanan
hidupnya hingga sekarang ini, menjadi Chief sebuah bimbel; itulah mengapa
rambutnya diijinkan gondrong; karena bimbel itu miliknya; yang menurut dia
adalah sebuah karma, karena profesi pengajar adalah sebuah profesi yang tidak
disukainya waktu masih menjadi pelajar. “Instant karma gonna gets you” begitu
dia mengistilahkan jika pekerjaanya sebagai pengajar adalah sebuah karma karena
kebandelannya dimasa lalu.
Perjalanan
mendirikan bimbel hingga bisa bertahan sampai saat ini sejatinya tidak mudah. Pada
awal dia sempat bergonta-ganti pekerjaan, bahkan pernah menjadi pengamen di
Kotu selama setahun, hingga kemudian seorang teman menawarinya mengajar di ELTC
yang justru merupakan titik balik kehidupannya. Kemudian ELTC gulung tikar dan
beliau banting setir untuk mencoba membuka tempat les sendiri. Jakarta, dimana
tempat dia tinggal selama ini, dinilai kurang bagus kualitas pendidikannya, dan
itu juga merupakan sebuah celah bagi kemajuan tempat les yang dia kelola.
Pada
awalnya dia menyewa ruangan terbengkelai di salah satu MI yang gulung tikar karena
tidak mampu bersaing dengan SD. Meski sesuai dengan ekpetasinya yaitu peserta
belajar membludak, namun bimbingan belajar ini hanya mampu bertahan beberapa
tahun hingga anak pemilik MI yang mencari ilmu di Gontor pulang dan mengambil
alih tempat itu. Dia justru merasa dendam, tak ada kata pantang menyerah. Dia mencari lokasi lain dan kemudian bekerja sama dengan kepala sekolah agar
pelajar-pelajar di sekolah itu bisa belajar ke tempat bimbelnya. Win-win solution. Hingga kemudian
tempat bimbelnya terkena gusur saat program renovasi sekolah se-DKI dijalankan.
Dia harus mencari tempat baru lagi untuk bimbelnya.
“Seorang guru harus jadi seorang pencerita yang baik, seorang Rock star di depan kelas (dipuja lawan jenis dan disegani sama yang sejenis) selain harus jadi bos juga, harus nunjukin siapa yang berkuasa di kelas.”
Namun,
semua itu tak pernah membuat langkahnya surut. Bahkan pada tahun 2012, ketika Jakarta
di landa banjir besar hingga airnya sebatas leher orang dewasa, menghabiskan
hampir semua asetnya; buku-buku, komputer, meja, alat tulis; tak menyurutkan
semangatnya meski semuanya harus dia mulai dari nol.
Pengajar
yang sekaligus penulis satire ini, penyuka buku Nabinya Khalil Gibran, Keluarga
Pascual Duarte dan juga Blues untuk Bonienya WS Rendra pernah berpesan kepada
salah satu karyawan yang kebetulan sedang meneruskan pendidikan S2 dan juga
pengajar-pengajar lainnya yang rata-rata sarjana untuk tidak berlama-lama
bekerja dengannya. Pesan yang juga secara tidak langsung di tujukan kepada kita
semua.
“Seorang sarjana tidak boleh berlama-lama bekerja dengan orang lain, dia harus bangun lebih pagi, ngopi dan merenungi, celah pekerjaan apa yang bisa mereka ciptakan untuk orang-orang di sekeliling mereka.”
Kini
Bimbel Fokus yang didirikannya akan meluncurkan program baru pelatihan TOEIC
yang biaya pelatihannya jauh di bawah rata-rata kebanyakan. Selain bimbel Fokus yang didirikannya, dia
juga memperluas usaha dengan mendirikan usaha percetakan.
Namun, siapa sangka seorang pengajar yang punya karakter unik ini juga jago menulis. Bagaimana
perjalanannya hingga dia bisa menjadi penulis seperti sekarang ini? Sebenarnya,
dulu di saat dia masih kecil hobinya adalah menggambar. Waktu kecil saat dia
ditinggal sendirian di rumah, Emaknya selalu mempersiapkan kertas, pensil warna
dan sapu. Jadi ketika Emaknya kembali ke rumah, gang dan rumah sudah selesai
dibersihkannya (eh OOT banget).
Keinginanya
menulis untuk pertama kali terinspirasi setelah dia membaca Edensor karya
Andrea Hirata. Buku ini selalu di bacanya di manapun dia berada, tapi waktu itu
keinginan hanya sebatas keinginan. Tak satupun tulisan sanggup di goreskannya. Hingga
kemudian saat melihat sebuah acara di TV yang menampilkan grup musik INXS dengan lagunya Tear Us Apart, tiba-tiba sebuah ide liar untuk menulis muncul. Hingga
kini tulisan-tulisan dengan ciri khas satire, humanisme dan juga beberapa
diantaranya tulisan yang sangat romantis menghiasi blog pribadinya.
Dia
adalah inspirator muda, pendiri Bimbel Fokus, penikmat kopi dan surabi, penulis
cerita-cerita humanisme, pemilik tawa ahahhahaha, pemilik jawaban diap, lebih
suka di panggil dengan nama Uncle Ik patut kita tiru semangat juangnya, prinsip
hidupnya dalam mencapai impian.
"Semua orang pasti punya mimpi, tinggal sehebat apa nanti kita berusaha mewujudkan mimpi itu. setiap orang punya tanggung jawab besar untuk orang di sekeliling nya, pegang erat tanggung jawab itu dan biarkan Tuhan bekerja dengan caranya yang unik, jatuh bangun itu biasa, tapi puluhan kali dipukul jatuh tapi tetap berusaha bangun baru luar biasa"
Ada satu
tips rekreasi stress ala beliau yaitu membuat kolam ikan didekat tempat bimbel,
mengisinya dengan ikan warna warni, setiap pagi menyeduh kopi sambil memberi
makan ikan, dan beternak ikan Lele adalah impian dia selanjutnya.
Jejak-Jejak Kaki
oleh Margareth Fishback
Suatu malam aku bermimpi
Aku berjalan di tepi pantai dengan
Tuhan
Di bentangan langit gelap tampak kilasan-kilasan
adegan hidupku
Di setiap adegan, aku melihat dua pasang
jejak kaki di pasir
Satu pasang jejak kakiku, yang
lain jejak kaki Tuhan
Ketika adegan terakhir terlintas
di depanku
Aku menengok kembali pada jejak
kaki di pasir
Di situ hanya ada satu pasang
jejak
Aku mengingat kembali bahwa itu
adalah bagian yang etrsulit dan paling menyedihkan dalam hidupku.
Hal ini mengganggu perasaanku maka
aku bertanya Kepada Tuhan tentang keherananku itu
“Tuhan, Engkau berkata ketika aku
berketepatan mengikut Engkau, Engkau akan berjalan dan berbicara dengan aku
sepanjang jalan,
Namun ternyata pada masa yang
paling sulit dalam hidupku hanya ada satu pasang jejak
Aku tidak mengerti mengapa justru
pada saat aku membutuhkan Engkau, Engkau meninggalkan aku…”
Tuhan berbisik,” Anakku yang
Kukasihi, aku mencintai kamu dan takkan meninggalkan kamu pada saat sulit dan
bahaya seklipun. Ketika kamu melihat hanya ada satu pasang jejak, itu adalah
ketika Aku menggendongmu.”
Judul
Asli puisi adalah Footprints yang di terjemahkan menjadi “Jejak-Jejak Kaki” –
Sumber Kompasiana-
#Tugas menulis kelas non fiksi #Uncle Ik #Tulisan feature tokoh #Tulisan inspirasi
Comments
Post a Comment