Malam itu langit
penuh bintang dan bulan yang bentuknya belum sempurna ikut menghiasnya,
menyaksikan umat-Nya mengumandangkan takbir di setiap penjuru masjid. Namun, takbir
itu tidak bisa mengubah hatiku yang kosong saat kata pamitmu bergemuruh di setiap
rumah yang kamu singgahi. Aku hanya bisa mematung memandangmu. Takbir itu tidak bisa mengubah, rasanya masih sama seperti beberapa hari
sebelumnya, kosong. Rasa yang akhirnya memenjarakan jemariku untuk merangkai
cerita meskipun beribu-ribu kata berdesakan di kepala, seolah protes karena
mengurungnya begitu lama.
Kehilangan
seseorang yang kita cintai menimbulkan rasa sakit yang serupa dengan ditusuk
seribu jarum di bola mata. Rasa sakitnya begitu hebat, sampai kita tidak bisa
bergerak, dan bahkan bernafas pun terasa sulit (1)
Aku mengakui kebenaran kalimat itu, ketika akhirnyapun
kamu tetap melangkah pergi. Jika aku seorang pencinta(2) mungkin aku terlihat
seperti patah hati. Tetapi, ini lebih tepatnya seperti rasa kehilangan dari
sebuah ikatan platonik yang terjalin. Mungkin seperti apa yang dirasakan Bus
kepada Beliau. Jikalaupun tidak bisa disamakan, mungkin seperti itulah rasanya,
tidak jauh berbeda. Jika belum jelas mungkin bisa bertanya kepada Bus yang
bersangkutan. Maka biarkan airmata mengalir
untuk menghapus setoreh lara di dada atas kepergianmu, karena airmata Beliau
pun mengalir deras berhari-hari memenuhi bumi atas ketiadaan Bus yang
dimusnahkan Si Jahanam. Maka, untuk kami yang melankolis ini, airmata adalah
salah satu pengejawantahan rasa meski terkadang bukan hanya untuk sebuah lara.
Sehari setelah kepergianmu, sebuah
surat nyasar di kotak suratku. Aku tak yakin surat itu ditujukan kepada siapa. Namun,
rasa penasaran membuat jemariku menyobek sampulnya. Mataku tak lepas dari setiap
deret hurufnya. Otakku bekerja sempurna, aku mengenali setiap untaian kata yang
tertera di sana. Itu dari kamu. Isi surat itu menjelaskan kepergianmu.
Setiap kamu bercerita tentang kecoa, aku
selalu teringat sama si Nad. Si Nad yang tidak beliau ijinkan menjadi ikan. Si
Nad yang beliau biarkan mati begitu saja, bahkan airlaut pun Beliau tidak mengiijinkan
untuk menyentuhnya. Maka spontan saja sesaat setalah membaca suratmu, bayangan Si
Nad menari-nari di kepala dan ingin kubilang padamu jika dia sudah mati
tertimpa batu dan Beliau membiarkannya begitu saja. Aku hanya berharap tak ada kecoa-kecoa
lain yang bernasib tragis seperti Nad, atau seperti kecoa dalam ceritamu, yang
mati mengenaskan di sisa kuah lontongmu, atau mati kaku di sisa ampas kopimu. Ah,
kecoa dalam ceritamu terlalu banyak maknanya dan otakku terlalu bebal untuk
bisa mengartikannya.
Oya, mungkin sebenarnya kamu sedang
tidak bosan naik roller coaster, tetapi
sesungguhnya memang sedang tidak naik roller
coaster. Mungkin sebenarnya sedang naik bus tua yang hampir pensiun karena
rodanya sering enggan di ajak bergerak apalagi ngebut seperti kesukaanmu yang
suka dengan sensasi adrenalin. Itu hanya kemungkinan yang ingin aku sampaikan seperti
yang kamu bilang dalam surat, jika sumbatan darah di balik batok kepala
membuatmu susah mengingat. Meski begitu, aku akan bilang kepada penjaga roller coaster untuk segera mengecek
kondisi roller coasternya, agar para
penumpang yang duduk di sana masih bisa menikmati sensasi adreanlin yang
ditimbulkan. Mungkin juga mereka harus melakukan inovasi lagi, agar kelak roller coaster bisa di nikmati tanpa
sabuk pengaman. Itu saat kamu berjanji akan kembali menaiki roller coaster bukan?
Aku pasti menunggumu kembali dengan
suka cita. Aku akan memastikan penjaga roller coaster sudah menyampaikan
ke tim engineering untuk melakukan
inovasi, agar kelak jika kamu kembali tidak akan merasa kecewan lagi. Kecewa karena ternyata roller coasternya masih
sama, menggunakan sabuk pengaman. Tolong pastikan nyawa kecoa terselamatkan,
kemudian kamu kembali dan tersenyum menaiki roller
coaster tanpa sabuk pengaman. Aku menunggu saat itu terjadi. (end)
(1) Dikutip dari buku
Semua Ikan di Langit karya Ziggi Z. Bus, Beliau, Si Jahanam dan Nad adalah nama-nama yang diambil
dari buku tersebut dan beberapa kisahnya.
(2)Dikutip dari tulisan
Ryan untu sahabatnya
Comments
Post a Comment