![]() |
sumber : www.basabasi.co |
Awalnya kita hanya
berteman, kemudian rasa itu merasuk kalbu kita. Di sanalah bermula rasa cinta. Maka
pada suatu senja kamu tawarkan padaku sebuah pilihan. Sebuah istanna megah kamu
gambarkan.”Disana puncak impian yang kita cari,” begitu katamu. Aku mengangguk,
hatiku sungguh merebak menatap istana yang kamu tawarkan. Ajaibnya, tak hanya
aku yang kamu ajak menuju istana itu, semua teman yang memiliki tujuan yang
sama menuju istana itu kamu ajak turut serta.
“Agar dunia ini
lebih berwarna, tak hanya kita berdua, meski kita saling mencinta,” begitu jawabmu
ketika kutanya alasannya.
“Mengapa tidak hanya
kita berdua saja,” tanyaku lagi.
“Bukankah kita harus
berbagi bahagia?” ujarmu diiringi senyum bibir yang membuatku terpesona.
Pada suatu senja
kita berkumpul bersama, aku dan teman-teman yang ingin menuju istana megah yang
kamu tawarkan. Kita duduk diteras rumahmu.
Kemudian kamu
berkata,”sejujurnya aku juga belum pernah ke sana. Tetapi aku tahu jalannya. Kita
tidak punya waktu lama. Jalan menuju kesanapun sungguh terjal dan berliku.”
Kamu terdiam sejenak
dan menghela nafas. Jemari-jemari tanganmu bergerak gelisah. ”Hanya ada satu
cara, kita harus berlari. Jika tidak dunia ini akan semakin berubah dan aku
tidak tahu apakah istana itu masih sama seperti semula. Apakah kalian bersedia?”.
Kamu bertanya sambil mengedarkan pandangan kesetiap wajah kita. Mencari jawaban
di sana. Semua mengangguk pasti dan berkata,”bersedia.”
Bibirmu mengembang,
kemudian kamu berkata,”baiklah mulai besok kita berkumpul di sini dan kita
mulai berlari untuk menuju istana itu.”
“Mengapa kita tidak menaiki
bus atau pesawat saja? Bukankah lebih cepat sampai di sana?” tanya salah
seorang temanmu.
Kamu menggeleng dan
berkata,”tidak. Penjaga di sana tidak mengijinkan kita selain hanya berlari. Jalan
di sana hanya bisa dilalui dengan kedua kaki kita. Sang Penjaga hanya ingin
melihat kita berusaha mencapai istana itu dengan kaki kita sendiri.”
Kami semua
mengangguk. Wajah teduhmu menatapku. Menguarkan aroma cinta yang merasuk dada dan
menerjemahkan satu kata, bahagia.
Pada hari yang telah
ditentukan, wajahmu berbinar namun akhirnya meredup kecewa. Ternyata kita
enggan berlari. Hari-hari berlalu hingga akhirnya kita masih di sini hanya
mengeja mimpi dan menatap istana itu dengan wajah berseri.
Gelegak riuh hatimu
tergambar jelas di wajah, kamu hanya terdiam dan akhirnya pergi menghilang. Aku
kini mencari dan mengejar bayangmu yang berlari dan telah mencapai istana yang
pernah kamu tawarkan padaku, pada kita semua. Aku paham kini dan hanya ada satu
cara untuk menemukanmu di istana itu yaitu berlari. (end)
Comments
Post a Comment