Dia
selalu duduk di depan pintu gerbang ini pada jam yang sama, menanti Yuan yang
akan selalu menemuinya. Kemudian mereka berbincang-bincang, Yuan akan
mengeluarkan buku dari tasnya. Lelaki kecil itu akan terdiam mendengarkan apa
yang Yuan katakan. Sesekali matanya beralih ke Yuan, menunjuk sesuatu yang ada
di dalam buku itu. Dia menanyakan sesuatu yang tidak dipahaminya, kemudian Yuan
akan menjelaskannya dengan perlahan. Mereka duduk di kursi tunggu di depan
sekolah. Yuan menanti jemputan yang selalu datang terlambat dari jadwal
kepulangannya. Ketika mobil jemputan Yuan datang, lelaki kecil itu akan
memandang Yuan dengan raut sedih seolah takut jika esok tidak akan berjumpa
lagi dengannya.
Yuan
Pramudya, siswa kela V salah satu SD swasta. Entah sejak kapan Yuan dekat
dengan lelaki kecil penjual asongan di depan sekolahnya. Lelaki kecil itu akan
membawa keranjang berisi kue-kue dan juga beberapa gelas minuman instant. Yuan
hanya heran, diantara para pedagang makanan di depan sekolahnya, anak kecil ini
satu-satunya anak-anak yang berdagang di sana. Benak Yuan hanya bertanya,
mengapa seusianya lelaki kecil itu tidak bersekolah?
Saat
lelaki kecil itu menjajakan kue di hadapannya, Yuan menghentikannya dengan
membeli beberapa ptong kue. Lelaki kecil itu tidak pernah mengenyam bangku
sekolah. Dia juga belum mampu membaca. Sepanjang hari dia hanya berjualan kue
keliling. Sejak hari itu Yuan dan lelaki
kecil itu berjanji untuk bertemu di jam
tertentu saat Yuan pulang sekolah. Yuan mengajarinya membaca. Bagi Yuan
itu adalah persahabatan istimewa. (end)
#30DWC #OneDayOnePost #Day25
Comments
Post a Comment