Skip to main content

Posts

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bi...

Surat Aira

www.id.gofreedownload,com “Ma, aku mencintainya,” Aira menangis di pangkuan mama. Gadis kecilnya yang sudah tidak kecil lagi. Baru kemarin mama merasa mendampinginya mengenakan toga hitam. Mama membelai rambutnya yang panjang menghitam. Ada perih yang bisa mama dari isak tangisnya. Tidak ada yang salah dengan perasaannya. Usianya sudah duapuluhempat tahun. Usia yang sudah cukup matang untuk bersiap menuju jenjang pernikahan. Aira masih terisak. Mama membiarkan Aira terisak hingga puas. Kepada siapa lagi dia bisa mengadu setelah mengadu kepada tuhannya selain kepada mamanya? Mama pun lebih bahagia Aira melakukan itu padanya. *** “Sudah kamu pikirkan masak-masak keputusanmu ini Aira?” tanya mama pada Aira. Dia hanya mengangguk. Kemudian lirih dia berucap,”Ma, jika papa ada di sini apakah dia menyetujui keputusanku ini?” Mama terdiam. Papa Aira, seorang dokter yang sedang dalam masa penugasan ke daerah yang tidak ada jaringan sinyal. Tidak mudah untuk dihubungi setiap ...

Chandelier

www.pinterest.com Aku suka berada di sini. Menatap wajahnya dari temaram ruangan. Wajah tampannya yang tersamar oleh chandelier . Sosok jangkung dengan rahang keras, bermata elang. Rambut sebahu yang rapi diikat ke belakang. Jas hitam menempel di badan, menambah kesan dia seorang yag susah untuk ditaklukkan. Orang-orang sedang berdansa di tengah ruangan. Alunan musik lembut mengiringi. Ingin kumendekatinya, mengulurkan tangan dan mengajaknya ke tengah ruangan, berdansa bersama. Kaki kita bergoyang, ke kanan dan ke kiri. Tangan kita saling memeluk di pinggang. Tatap matanya membuat desiran di hatiku yang tak akan kunjung padam. Seperti cahaya chandelier yang abadi, menatap kita dari kejauhan, iri. “Aku tak akan pernah melepaskanmu, Wina?” bisiknya di telingaku. Aku hanya tersenyum, menikmati alunan syahdu musik dansa. Hatiku melambung saat dia mengucapkan itu. Malam itu kita habiskan di bawah cahaya temaram chandelier .

Tentangku dan Tentangmu

Sumber:Googlesearch Maukah kamu kuceritakan sebuah kisah pilu? Kisah tentangku dan tentangmu Tentang dua hati yang ingin menyatu Ini hanya cerita biasa, tak ada yang istimewa Mungkin seribu satu yang mengalaminya Aku diantaranya Menyisakan luka di dada Pagi itu, sucinya warna baju kita Memancarkan aroma bahagia Berharap asa pada yang kuasa Tentang ikatan yang akan kita bina Detik berdetak Waktu berlalu Seseorang yang kita tunggu Untuk menjabat tanganku Berlalu seperti helaan nafas Menyiksaku membeku ditepian Bersamamu yang juga membeku dalam isak tertahan Kita masih termangu Seperti orang dungu yang tidak tahu apa yang ditunggu Waktu berlalu Detik Menit Jam Senja Malam Semua berlalu Namun, dia tak jua kunjung datang Ada apa gerangan? Kutatap wajahmu yang remuk redam Dua hari dua malam kita bertahan Marah membuncah Sedih melanda Dendam membara Akhirnya kita hanya dua manusia yang tidak bernyawa Ditikam ...

Bercerita Tentang Cerpen Empek-Empek Umak Eko

sumber:www.pixabay.com Cerpen ini bercerita tentang seorang anak SMA yang bernama Eko, begitu marah dengan keadaan dirinya yang miskin. Ketika setiap hari dia harus mendengar ejekan dari teman-teman sekolahnya. Bahkan empek-empek buatan emaknya, tak lepas dari ejekan teman-temannya. Keadaan dirinya yang masih berdarah jawa, dianggap merasa nggak mampu untuk membuat empek-empek. Intinya satu, Eko tidak mempunyai kelebihan. Titik. Terlebih dia harus membantu ibunya berjualan empek-empek dan menjajakannya di sekolah. “Eko Widianto Baharudin, namaku. Semua orang di SMU kumbang mengenalku. Bukan prestasi yang membuatku terkenal aku cuman anak klasemen tengah di SMU unggulan milik kota Muara Enim itu. Tidak juga gaul atau funky yang membuatku tersohor. Aku adalah anak kuper sekaligus gatek, yang tidak punya modal untuk itu. Aku Cuma orang desa yang naik angdes ke kota ini. Bukan…bukan pula anak orang kaya. Hhh, meski sudah mendapat half-scholarship. Umak masih saja banting tulang d...

Wasiat Berharga

sumber : azegem.blogspot.co.id Wajahku penuh kebahagiaan, melihat si sulung naik ke panggung kehormatan. Piala olimpiade matematika di tangannnya. Dalam hatiku bergemuruh dan bersorak bahagia. Tidak hanya si sulung saja, kedelapan anakku memang istimewa. Piala berjejer rapi di salah satu lemari di ruang tamu rumahku. Setiap tahun bertambah, piala berjejer indah. Tamu yang datang ke rumah selalu berdecak kagum. Kini, satu persatu mereka telah meninggalkan rumah. Menempati kursi-kursi posisi teratas di beberapa perusahaan swata dan kursi-kursi tertinggi di kantor pemerintah. Tak ada yang lebih bahagia mengantar mereka menjadi manusia berhasil. Kutatap foto keluarga yang terpajang megah di dinding rumah. Masa pensiunku kuhabiskan dengan penuh kepuasan. Menghabiskan waktu sambil sesekali bercocok tanam di kebun belakang rumah yang tidak begitu luas. Sesekali aku mengikuti pengajian di Masjid Agung yang tak begitu jauh dari rumah. Pagi itu, Ustadz ternama di nusantara di undan...

Istana Naga

Sumber:id.aliexpress.com Aku masih berdiri tegak di sini Di istana naga Istana yang gemerlap Penuh dengan kemewahan dunia Namun, ketika sang naga sedang murka Mulutnya menyemburkan api yang membakar jiwa Meluluhlantakkan duniaku yang sebelumnya bercahaya Dan hati hanya bisa menjerit Batin meronta, ingin terlepas dari genggamannya Di istana sang naga yang gemerlap Dunia terasa dalam genggaman Pesta pora telah diagendakan Namun, tak ada tawa bahagia Yang ada hanya tangis meraung yang tertahan Hanya sampai kerongkongan Langkah kakiku kini di depan gerbang Tinggal sejengkal aku meninggalkan Tidak kupedulikan sang naga yang menatapku garang dari kejauhan Aku hanya ingin memiliki hati yang tenang Lepas dan menang Batam, 19 March 2017