Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2017

Menjejak Kembali Impian

sumber : www.pixabay.com Menilik kembali tahun 2017 yang sebentar lagi berganti pastinya kita punya mimpi yang ingin dicapai di tahun 2018 nanti. Jadi, apa saja sih yang telah saya capai dari resolusi 2017 yang juga pernah saya tuliskan di dalam blog ini? Ternyata di tahun 2017 saya mempunyai 3 mimpi sederhana yang saya tuliskan di awal bulan Januari Tulisan dimuat di media Menjadi blogger Menghidupkan dunia literasi lewat dunia perodopan Dan pada bulan Mei 2017 saya menulis ulang mimpi-mimpi yang saya ingin raih di tahun 2017, tulisan yang ditulis dalam rangka mengikuti milad ke-27 Mbak Sabrina dan mnjadi salah satu pemenangnya. Di sana saya cantumkan beberapa impian:      Menjadi penulis yang konsisten dan bermanfaat bagi pembaca      Menerbitkan buku nonfiksi      Menunaikan ibadah umroh      Mempunyai perpustakaan pribadi      Menggiatkan dunia literasi      Travelling ke seluruh pelosok negeri      Mempunyai bisnis pribadi yang bisa saya jalankan d

Desperate

Sumber : www.pixabay.com Jika aku boleh meminta kepada Tuhan dan itu pasti dikabulkan, aku akan meminta kepada-Nya agar bisa dikembalikan ke masa tujuhbelas tahun silam. Bukan aku tak ingin menikah dengan dia. Aku akan memutuskan untuk tidak menikah selamanya. “Benarkah?” tanya sahabatku ketika kuutarakan kepadanya keinginan mustahil itu. Aku mengangguk pasti, tanpa ragu “Bagaimana kalau dia yang dulu pernah mencintaimu justru datang meminang?” tanyanya lagi, terdengar seperti ingin menguji kesungguhanku. Aku terdiam, aku sendiri ragu jika memang seseorang itu datang. Apa aku masih mampu bertahan. Dan aku hanya bergeming. Kupandang dua kursi ukir dari kayu di teras, kursi yang dulu kukira akan menjadi saksi canda tawa kami. Aku mungkin dulu begitu memimpikan keluarga yang sempurna, Anganku membayangkan jika setiap sore kita duduk berdua menatap anak-anak yang sedang bermain bola di halaman. Kita bersendau gurau sambil merencanakan mimpi-mimpi kita. Tapi ternyata semuany

Bercermin dari Sebuah Cerita

www,pixabay.com Beberapa waktu yang lalu, teman saya meenceritakan sedikit riak yang dia rasakan di dalam rumah tangganya. Pernikahannya baru sekitar 2 tahun (Alhamdulillah lebih lama daripada Taqi Malik-apa hubungannya ya?). Begini nih, pernikahan tuh belajar setiap hari, bersabar setiap hari. Jangan dikira setelah puluhan tahun berjalan kita sudah merasa mengenal pasangan hidup kita sepenuhnya apalagi baru berjalan 3 bulan. Tidak.   Maka, salah satu modal utama dalam pernikahan adalah kesabaran yang tiada batas. Egoisme harus dibuang jauh-jauh. Pasangan hidup kita mungkin telah dididik dan tinggal puluhan tahun dengan keluarganya yang tentunya mempunyai adat kebiasaan dan pola pikir yang berbeda dengan keluarga kita sendiri. Saat dia kita temukan, dipasangkan oleh kita, tentunya karakternya sudah terbentuk. Lalu, apakah tidak mungkin mengubahnya seperti keinginan kita? Mengubah karakter sesuai dengan keinginan kita, apalagi mengharapkan berubah 100% sesuai ekpetasi kita itu s

Menunggu Si Dia Mengungkapkan Cinta

sumber : www.quora.com Semenjak membac  Kisah Cinta Paling Baper Sedunia , saya jadi berfikir mengapa kejadian itu harus sering terjadi? Mengapa rasa cinta dan keinginan utnuk hidup bersama itu tidak diungkapkan saja sebelumnya? Tidak sedikit yang mengalami hal sama dengan gadis yang menunggu ungkapan cinta dari pihak laki-laki. Menyakitkan sekali tentunya, terlebih mengetahui bahwa sesungguhnya si wanita dan si laki-laki memiliki rasa dan tujuan yang sama, cinta dan pernikahan. Mengetahui bahwa si lelaki yang dicintai mempunyai rasa yang sama dan kemudian mengungkapkannya pada si wanita, namun ternyata di saat puncak putus asa pihak si wanita menunggu dan merasa tidak memiliki harapan kemudian akhirnya menerima pinangan lelaki lain. Setelahnya pria yang dicintai si wanita mengungkapkan keseriusannya, hal ini tentu menjadi pukulan yang amat sangat berat, terlebih wanita adalah mahluk yang tidak mudah untuk melupakan perasaannya. Jadi, mengapa tidak diungkapkan saja? Malu. Mun

Selamat Berbahagia

Mendengar berita yang kamu sampaikan kepadaku beberapa waktu lalu, bergetar hatiku. Benarkah itu? Takdir Tuhan yang membuatku semakin yakin akan kuasa-Nya. Mataku merebak, airmata merembes di kelopak mata. Kebahagiaan yang membuncah benar-benar menyelusup setiap aliran darah. Siang itu kamu sampaikan undangan pernikahanmu. Wanita di seberang yang telah menjadi pilihanmu. Jarak memang tak ada lagi yang tersisa di jaman serba canggih ini. Meski aku telah mendengar berita ini jauh-jauh hari sebelumnya, namun, mata kembali merebak. Ini semua nyata, bukan gossip seperti biasanya. Namamu dan namanya tertera di sana. Bahagia tak terkira. Terlebih menatap foto-foto pernikahanmu yang terlihat begitu sempurna. Barokalloh…barokalloh…bisik hatiku lirih. Ketika hari itu, 23 Desember 2017 kamu mengucapkan akad dan buku coklatmu bersanding dengan buku hijaunya, yang itu pertanda bahwa kamu telah melepas jangkar dan bersiap mengayuh bahtera. Aku di sini hanya bisa berdoa, Barok

Kang Giwa Sang Ksatria

Koleksi Pribadi Penulis          : Indri Mulyani Bunyamin Cetakan        : Pertama, 2017 Penerbit         : Indie (Uncle IK) Genre           : Romance Bagi anggota ODOP angkatan 1 dan 2, siapa yang tidak kenal dengan Kang Giwa? Kang Giwa adalah seorang tokoh dalam novel Kang Giwa Sang Ksatria. Sebuah novel hasil karya anggota ODOP 2, Indri Mulyani Bunyamin. Novel ini di hasilkan dari tugas membuat cerita bersambung di komunitas ODOP. Antusias teman-teman di komunitas ODOP yang selalu menanti hadirnya Kang Giwa di grup share link membuat mbak Indri akhirnya mengabadikan Kang Giwa menjadi sebuah novel berjudul Kang Giwa Sang Kesatria. Cerita tentang Kang Giwa berlatar di UI, dengan latar kehidupan mahasiswa-mahasiswinya, terutama Kang Giwa dan Candy-Candy. Mbak Indri mampu membuat saya membayangkan bagaimana kehidupan mahasisiwa Univeristas Indonesia itu seperti apa dan jadi kepingin kuliah di sana. Sepertinya cerita ini adalah cerita Mbak Indri di masa kuliahnya

Monas yang Menyilaukan

Sumber: www.gambarcantik.com Pagi itu, warga Gang Sei Pening mengerumuni pedagang sayur keliling langganan. Muka mereka mengerut. Kepala mereka tiba-tiba terasa pening. Pak Mun, Si Pedagang Keliling, wajahnya pun ikut mengerut. Isi kepala mereka sama. Harga bahan makanan yang semakin melambung. Pak Mun bingung, dengan modal yang sama, dia tidak bisa mendapatkan jenis bahan makanan yang bisa dijual sebanyak dulu. Pembeli bingung, memutar anggaran yang semakin memusingkan kepala.           “Masak apa nih? Bingung saya,” ujar seorang ibu dengan baju daster warna biru. Kepalanya melongok kesana-kemari melihat barang dagangan yang ada.           “Bayam berapa seikat ini, Pak?” tangannya asyik menimang-nimang ikatan-ikatan bayam sebesar genggaman tangan.           “Delapanribu, Bu,” jawab Pak Mun pelan seolah takut disalahkan. Mata si Ibu melotot, tak percaya dengan apa yang didengarnya.           “Saya juga bingung, Bu. Di pasar, bayam sekilonya delapan belas ribu. Mau saya am

Review Novel Di Tanah Lada

Judul Novel   : Di Tanah Lada Penulis          : Ziggy Z Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama ISBN             : 978-602-03-1896-7 Tebal            : 240 halaman Cetakan        : Cetakan Pertama Agustus 2015           Siapa yang tak kenal Ziggy Zesyazeoviennazabrizkie? Penulis muda yang telah dua kali memenangi lomba bergengsi;Lomba penulisan Novel Dewan Kesenian Jakarta. Gadis muda dengan talenta yang begitu memikat, tulisan-tulisannya memang pantas mengalahkan penulis-penulis yang lain.           Novel Di Tanah Lada adalah buku ke tiga karya Ziggy Z yang saya baca. Dan saya acungi jempol imajinasi gadis muda ini dan tentu saja gaya bahasa dalam penyampaian cerita yang unik, lain daripada yang lain. Baru kali ini saya menemukan dan membaca tulisan yang unik, lain dari yang lain soal imajinasi dan gaya Bahasa. Jika Anda belum pernah membacanya, bacalah, pasti anda akan tercengang.           Kembali ke Novel Di Tanah Lada, novel ini diceritakan dari sudut pan

Mati

sumber :www.gambaranimasi.org “Di mana ini? ” teriakku di antara kebingungan yang melanda. Gelap gulita, tak kulihat apapun selain suara cicit tikus , hewan yang paling menjijikkan bagiku. Bau busuk menyengat hidung. Aku kenal bau ini, bau tahi tikus. Mengapa aku ada di sini? Pelan-pelan, mataku mulai mampu beradaptasi di kegelapan. Mataku terbelalak melihat puluhan tikus di selilingiku. Spontan, tubuhku meloncat. Tidak. Tempat apa ini? Aku mencoba berlari mencari jalan keluar. Namun, tubuhku hanya membentur tubuh-tubuh gendut tikus yang berkerumun di segala penjuru. Aku tak mau menyerah. Aku tak mau di sini. Sungguh, aku tak mau di sini. Hari berganti hari, dan aku harus menatap tikus-tikus itu mengerat segala macam makanan yang mereka temui. Mata-mata mereka seakan mengulitiku setiap aku merintih merasakan lapar dan haus yang mendera. Aku yang tidak bisa makan seperti mereka. Tentu saja. Karena makananku selalu istimewa. Kini, apakah aku harus mengikuti cara mereka? Tentu

Kamu dan Dia Harus Mati

Source : www.pixabay.com “Kamu tidak pernah menulis lagi, Widy? ” Sebuah pesan tertulis di layar gawai putih milikku. Sejenak aku tercekat. Apakah kamu selalu membaca tulisan-tulisanku di blog? Tidak, bukankah di sana adalah semua cerita tentang…tidak…oh tidak. Aku menggeleng-geleng, menepuk kepalaku sendiri dengan telapak tanganku. “ Saya nulis, ko k.” Aku mencoba membela diri. Meski kini sedang menulis untuk proyek buku solo, namun, sejauh ini baru setengah jalan. Aku memang sedang malas. Jemari kaku. Laptop hanya kubiarkan selalu berlayar putih, dan tak lama kemudian kututup begitu saja tanpa menghasilkan tulisan. “ Aku ingin baca tulisanmu lagi, Widy .” Kembali layar gawai menyampaikan pesanmu. Aku kembali beku. Tak tahu harus menjawab apa. “ Kamu, nggak apa-apa kan ?” tanyanya lagi dua menit kemudian. Jemariku memilin-milin ujung kaos, sunyi senyap tak tahu harus berkata apa. Dan akhirnya kujawab,” Ya, aku akan nulis lagi. Sekarang, aku sedang menulis  buku solo .”