Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2017

Benarkah Kamu Akan Meninggalkanku?

www.pixabay.com “Benarkah kamu akan meninggalkanku?” tanyaku di suatu pagi. Dingin masih menyelimuti ruangan ini. Kamu mengangguk pasti. Senyum manis tersungging di bibirmu, menguapkan sedikit muram di wajahmu. “Tak kamu ingatkah kebersamaan kita yang sudah lima tahun berjalan ini?” tanyaku lagi. Aku bisa merasa degup jantungmu yang stabil. Tak ada kebimbangan di wajahmu yang manis. Kamu hanya bergeming. “Tak bisakah kamu pikirkan lagi. Kamu tunda kepergianmu. Aku masih ingin merasakan kebersamaan ini.” Rajukku padamu. Kamu menatapku lama. Ada semburat kesedihan di sana. Kamu terdiam. “Baiklah kalau begitu. Jadi kapan terakhir kamu di sini?" Aku harus mempersiapkan perpisahan ini. “Dua bulan lagi.” Akhirnya kamu bersuara, suara lembutmu yang pasti akan aku rindu kelak.

Berserak

Memungut kepingan hati yang berserak Menatanya satu persatu Berserak kembali Memungut kepingan hati yang berserak Berserak…berserak Entah kemana Kucari…kucari Tiada kujumpai Kepingan hati musnah Tak berbekas, hilang ditelan bumi Batam, 18 April 2017

Sebuah Tulisan Tak penting

www.pinterest.com Senja itu setan pulang ke tempatnya, melaporkan hasil usahanya pada sang komandan. “Petang komandan, saya mau melaporkan hasil kerjaku hari ini.” “Ok, Silahkan. Apakah kamu mendapatkan hasil yang maksimal?” “Seperti perintah komandan tadi pagi, saya cukup berhasil mengganggu manusia, komandan. Pagi saya bersekongkol dengan sebuah barang petak, yang saya lihat, semua orang enggak pernah terlepas darinya.” Setan terdiam, menarik nafas, seolah persiapan untuk melanjutkan cerita panjang yang sudah menari-nari di dalam benaknya. “Lanjutkan Setan Gadgetious!” “Nah, saya bersengkokol dengan barang berbentuk petak itu, untuk menggoda manusia lebih lama dan berhasil.” “Terus apa yang dilakukan manusia-manusia itu dengan barang petak yang kamu ajak bersekongkol?” “Ah, hari ini saya menggoda seorang manusia saja komandan.  Dia asyik ngobrol lewat barang petak itu. Nah, pas adzan berkumandang, si petak milik saya membisikkan kata-kata indah kepada manusia itu

Tigapuluh Menit yang Berharga

www.bintang.com Pernahkah kalian merasa kehilangan sesuatu yang berharga karena waktu atau kesempatan yang hilang? Mungkin sudah ya, seperti contoh kecil, kita habiskan waktu untuk main game atau chit-chat, sedangkan seharusnya saat itu adalah saatnya kita harus menyelesaikan tugas-tugas yang wajib harus diselesaikan, misalkan contoh kecil adalah belajar, atau menyelesaikan tugas akhir sekolah. Atau mungkin dalam urusan cinta, kita kehilangan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan sesungguhnya kepada pasangan hidup kita, kepada seseorang yang kita cintai, hingga kemudian dia pergi meninggalkan kita. Penyesalan bertubi-tubi, karena menunda waktu, nanti-nanti, akhirnya seseorang itu pergi dan tidak mengetahui apa yang kita rasakan. Cerpen berjudul tigapuluh menit karya Isa Alamsyah ini, mungkin juga bisa jadi pembelajaran kita semua. Tigapuluhmenit menit yang berharga menyebabkan baanyak orang kehilangan sesuatu yang berharga.

Aku dan Penghuni Ruanganku

www.thefriendshipblog.com Ruanganku ini penghuninya cantik-cantik, pun wangi. Merekapun hanya keluar rumah untuk acara-acara tertentu. Pintunya jarang terbuka, eh tidak, pintunya sering terbuka. Bukan karena penghuninya pergi melihat dunia luar, tetapi karena satu dua penghuni bertambah dan menjejali ruanganku ini. Seperti hari ini, penghuni baru mengambil tempat kosong. Setiap penghuni lama di sana saling melirik, lirikan sinis. Tanda tak suka dengan penghuni baru. Tak suka melihat binar keceriaan yang di bawanya. “Jangan berbahagia dulu, kamu masuk tempat ini. Setahun sekalipun, belum tentu kamu memiliki kesempatan keluar dari tempat ini.” Salah satu penghuni lama berkata dengan sinis kepada si penghuni baru. Kebahagiaan yang dirasakan si penghuni baru menguap seketika. Bayangan ketika dia dipilih, untuk kemudian dibawa ke suatu tempat yang diharapnya lebih istimewa dan tentu dengan label kepemilikan yang pasti, disambut bahagia oleh saudara-saudara lainnya ditempat bar

Rindu

www.cintasains.com Mak Aku rindu Rindu pada kampung halaman Rindu rimbunnya perdu di sekeliling rumah kita Mak  Aku rindu Pada kunang-kunang Yang beterbangan di antara padi yang terbentang di persawahan Saat kita melintas di suatu malam Mak  Aku rindu Menatap gunung yang tinggi menjulang Mengalirkan lava panas meleleh merah tak terhentikan Di atasnya masih bertabur kelip bintang Pada subuh setiap kita berjalan Menghirup udara segar yang alam tawarkan Mak Aku rindu Pada embun yang melekat di dedaunan Yang kemudian hilang di sapa mentari yang muncul perlahan Mak Aku rindu  Semua keindahan yang kampung kita tawarkan Rindu...rindu... rindu yang tak tertahankan Batam, 13 April 2017 #Puisi #Rindu #Kampunghalaman #Kunang-kunang #Embun #Gunung

SCIO*

Sumber:googlesearch Selalu terperangah. Kemudian, hanya bisa terdiam menyimak. Terduduk di sudut ruang, menjadi penonton. Menghilang dari peredaran.  Serasa langit dan bumi. Menilai diri, merunduk malu. Bukan karena dia bilang “ I love you”. Tetapi, penyesalan karena tidak mencintaimu sedari dulu. Kembali ke masa lalu. Waktu berlalu tiada tentu. Mimpi yang selalu menguap. Waktu berlalu tiada tentu. Menua, mimpi yang semakin samar dalam bayang awan. Sang pencintamu, tetap melangkah maju. Aku masih tersudut di ruang yang sama. Mencintaimu, masih dengan setengah nafasku. Tak akan melekat, jika kutak mendekat. Tak akan melekat, jika tak terbiasa membersamaimu. Kamu yang tak akan pernah meninggalkanku, meski begitu banyak yang mengerubungimu, memilikimu. Cintamu yang selalu kamu bagi untuk mereka. Mereka pergi. Namun, kamu tetap utuh dan justru semakin bertumbuh, untukku. Kusadari, aku lebih sering melupakanmu.  Berpaling, mengejar yang lain. Kamu tetap setia. Tertawa, bahagia

APRILICIOUS

www.pinterest.com April. Kamu datang begitu cepat. Mengganti Maret yang penuh cerita tentang hati yang dikerat. Namun, April memberiku tawa, dua tanggal merah terpampang di sana. Itu artinya, akan ada minggu-minggu yang tak genap. Minggu-mingu yang tak genap, berisi pekerjaan berat. Aku bisa tertawa dan menyanyi syalalalalala. Bahagia. April. Kamu datang begitu cepat. Mengganti Maret yang penuh cerita oleh luruhnya semangat. Almanak tetap mengukirmu untuk diingat sebagai bulan ke empat. Apa jadinya jika April di hapus dari almanak? Banyak orang yang akan menangis, mungkin menangis karena kehilangan kenangan. Mungkin juga menangis karena tak bisa gajian, karena April menghilang dari peredaran. April. Kamu datang begitu cepat. Mengganti Maret yang penuh cerita tentang hati yang dikerat oleh rasa cinta yang berkarat. Maret tersingkir, April datang. April tersingkir, Mei datang. Mei menghilang, Junipun menggantikan. Begitu seterusnya, hingga kemudian bertemu lagi dibulan yang

Hujan yang Membawanya Pergi

www.anginsenja55.blogspot.com Kamu menatap hujan yang turun dari balik jendela kamar, hatimu merintih perih. Gelap di langit, segelap hatimu mengingat dia. Teringat ketika dia berkata kepadamu, ”Say, aku sangat menyukai hujan. Aku tak tahu alasannya, tetapi aku suka.” Pagi itu hujan turun dengan lebatnya, angin menggoyangkan daun mangga yang berdiri kokoh di halaman. Mereka duduk di beranda, dia melipat kedua tangan di dadanya. Mata redupnya menatap langit kehitaman. Sejuk semilir angin hujan membelai pipinya yang putih pucat kedinginan. Entah kemana pikirannya melayang. Hingga hujan menjadi sesuatu yang selalu dia rindukan jika tidak datang. Waktu telah menggilas detik detik yang berdetak.  Berganti dengan tahun-tahun yang penuh cerita. Begitu banyak mimpi yang dia coretkan di buku agendanya. Dia sodorkan padamu, untuk meminta ijin dan pendapatmu. Kamu bergeming. Beku. Ceramah panjang keluar dari mulutmu. Dia hanya tepekur mendengarkan, wajahnya mulai berubah muram. Ada kese

Kamu, Dia dan Pelajaran IPA

www.inovasibiomasa.blogspot.com Kepalamu tertelungkup di meja. Bahumu terguncang, seketika setelah guru di depan kelas menyebutkan sejumlah angka untuk salah satu nilai mata pelajaran IPA. Semua mata di kelas memandangmu sekilas, seolah paham perasaanmu. Sunyi tercekat. Hatimu terpuruk, seolah hari itu menjadi hari terburuk. Malu, sedih dan kecewa terhadap dirimu sendiri, itu yang kamu rasa. “Kenapa dulu aku memilih masuk ke kelas IPA.” Hatimu bergelut penuh tanya. Sedangkan dulu namamu sempat tertera di kelas IPS2. Meski pada kenyataanya, kamu tidak begitu buruk di kelas IPA. Seandainya kamu menyadari jika nilai-nilaimu dulu lebih unggul di pelajaran sosial. Dan hari ini dunia mengabarkannya, kamu mendapat nilai terendah untuk mata pelajaran Biologi.

Tak ada Judul

sumber : www.sigambar.com “Apakah dunia ini gelap? Mengapa pandanganku samar, nanar?” “Tidak, dunia tidak gelap. Terang benderang dengan sejuk angin sepoi meniupkan daun-daun yang menghijau di tepian jalan.” Jawabmu jelas terdengar di telingaku. Aku terdiam. Dunia yang suram. Tak kulihat cahaya terang menghias jalanan. Tak kulihat bayang-bayang perdu yang kokoh tinggi menjulang. Yang ada hanya awan hitam berarak diiringi teriak gagak yang menyayat hati perlahan. “Kamu bohong, aku tak melihat mentari terang menyapa. Dunia sedang gulita.” Jawabku akhirnya. “Bukalah kacamata hitammu. Tengok dunia dengan mata hatimu. Dunia yang menawarkan keindahan. Hatimu yang sedang kelabu, sepertinya.” Jawabmu lagi dengan lembut namun tegas terdengar di telingaku. Aku kembali terdiam. Perlahan menghela nafas yang tertahan. Mata terpejam. Ingin melepaskan kacamata hitam yang kukenakan. Masih melekat erat. Tidak semudah berkata melepaskan. Bibirkupun masih beku. Aku laksana

Bahagia

Buntu. Langkah tertahan. Nafas tersengal. Mata berkunang-kunang. Kamu menjauh. Tangan melayang. Kamu terbang. Menjauh, menjauh. Apa yang kamu cari? Angin membisikkan tanya Aku terdiam. Namun, sukmaku terus terbang melayang. Ragaku menatap iba. Kabut menyergap, gigil dingin memeluk jiwa. Hati beku, tak luruh meski mentari memancarkan sinarnya. Apa yang kamu cari? Daun berayun menyuarakan tanya Mataku kosong tanpa makna. Aku yang tak berpijak pada tanah. Entah dimana. Liglung, bingung, bibir beku tanpa senyum dan kata. Apa yang kamu cari? Ulat-ulat di pohon menyuarakan tanya Kepalaku menggeleng lemah. Tubuh teronggok tak berdaya, tiada rasa. Namun, ingatanku hanya berkata, aku mencari bahagia. Ulat-ulat tertawa dan berkata, “Dirimu sendirilah pencipta bahagia. (End)

Mungkin Ini Gila

source : www.vemale.com “Kamu ini memang gila. Mencintai lelaki yang kerjaannya merangkai kata. Apa yang kamu harapkan darinya? Seonggok piring berisi puisi? Atau sekotak kado kejutan berisi buku? Kamu harusnya bisa membuka mata, bukan hanya matamu. Tetapi, juga mata hatimu. Tak akan kenyang kamu dijejali dengan puisi dan cerpen dari lelaki itu.” “Dia memang perempuan gila. Mencintai lelaki yang kerjaannya merangkai kata. Tak tahu apa yang dia harapkan dari lelaki yang di cintainya. Lelaki yang mungkin hanya akan menyajikan seonggok piring berisi puisi, atau sekotak kejutan berisi buku tak berharga. Dia tak pernah tahu jika puisi dan buku tak akan menghilangkan lapar dari perutnya.” “Aku memang gila. Bagaimana bisa aku mencintai lelaki yang kerjaannya hanya merangkai kata. Aku tak tahu apa yang aku harapkan darinya. Apakah seuntai puisi yang sering membuat debar hatiku merona? Ataukah mungkin sebungkus kado kejutan yang berisi buku-buku yang telah dibacanya? Aku tak tahu, y