Hal-hal apakah yang membuatmu bangga terhadap
anak-anakmu, wahai para orang tua? Mungkin para orang tua akan memberikan
jawaban yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dan sebagian besar para
orang tua mereka akan bangga jika anak-anak mereka menjadi juara satu
dikelasnya,
Tidak ada yang salah dengan kebanggan dari masing-masing orang tua
atas juara kelas anaknya. Tetapi sekarang yang di pertanyakan, bagaimana dengan
orang tua yang anak-anaknya tidak bisa menduduki ranging 1,2 ataupun 3 di
kelasnya? Apakah harus malu dan memarahi anaknya?
Seharusnya tidak, wahai para orang tua. Karena di
manapun kompetisi itu hanyalah 1 yang menjadi pemenangnya. Jadi tetaplah
memberikan semangat bagi anak-anak kita. Kita harus melihat terus dengan bangga
pada anak-anak kita, karena Allah telah memberikan keunikan-keunikan sendiri kepada
anak-anak kita. Kita sebagai orang tua harus pandai memandang secara luas
kelebihan anak-anak kita. Karena sebenarnya anak-anak kita telah Allah karuniakan
dengan hal-hal yang sangat menajubkan
Saya pribadi tak pernah mempermasalahkan anak akan
mendapat rangking berapa di sekolahnya, saya hanya menekankan kepada mereka
untuk disiplin belajar di waktu yang telah di sepakati di hari-hari sekolahnya.
Jadwal anak rutin setiap harinya dimulai ketika adzan magrib, setelah
melaksanakan sholat, mengaji dan setor hafalan. Setelah selesai dilanjutkan
belajar hingga pukul 8 malam. Cukup hanya sampai jam 8 malam. Setelah itu acara
makan malam dan bermain. Dari hal sekecil ini saya sudah merasa bahagia ketika
anak-anak sudah disiplin dan menjalankan jadwal yang sudah di sepakati.
Beberapa waktu lalu kedua anak saya yang sudah
bersekolah sibuk merengek kepada saya untuk minta di leskan, les pelajaran
sekolah dan les mengaji. Namun dengan tegas saya tolak keinginan mereka. Anak
pertama pun menjawab dan bertanya “Ummi teman-teman lain ikut les lho, abang
juga ingin seperti mereka. Memangnya kenapa ummi, Abang nggak boleh les? Kemudian saya jawab, “Les itu harus bayar
bang, itu berarti harus ada tambahan anggaran uang yang harus ummi keluarkan.
Dan ummi pengin yang ngajarin pelajaran dan mengaji itu ummi, agar ummi tahu
sampai mana kemampuan kalian”. Ketika akhirnya mereka bisa mengerti dan tidak
lagi menawar umminya , hal ini juga membuat saya bahagia.
Lain waktu ketika saya benar-benar kecapekan akan
pekerjaan kantor yang sedang sibuk-sibuknya. Habis selesai waktu isya, biasanya
saya pamit sama anak-anak untuk tidur terlebih dahulu barang sejam. Anak sulung
saya lalu berkata, “Nanti di bangunkan jam berapa ummi? Kemudian anak kedua
saya –seorang gadis- akan berusaha menata rumah yang belum sempat saya rapikan.
Anak kedua saya ini juga selalu berkata, “ummi nanti kalau mbak hilwa sudah
besar (sudah tinggi) mbak hilwa yang akan cuci piring, akan bantu ummi menjemur
baju. Dan kemudian anak Bungsu saya akan bertanya kepada saya “ mana ummi yang
capek, biar adik pijit”. Hal-hal kecil yang mereka ucapkan dan lakukan secara
spontan dan tulus dari hati mereka
sungguh membuat saya bahagia.
Atau jika saya sedang marah, anak-anaklah yang akan
mengingatkan. Biasanya anak sulung dan anak kedua akan berkata”Ummi ni
marah-marah saja” dan anak Bungsu saya berkata” jangan marah-marahlah ummi”
atau “bilang baik-baiklah sama adik”. Hal –hal kecil yang sungguh membahagiakan
saya.
Jadi kebahagiaan bagi saya, ketika anak-anak bisa
mengerti keadaan umminya, keadaan keluarganya. Punya empati yang bagus terhadap
sesamanya. Masih banyak PR saya untuk masa depan mereka. Dan saya tidak
mewajibkan mereka untuk menjadi selalu yang nomor satu, meski mungkin itu akan
membuat saya semakin bahagia. Tetapi ketika mereka tidak bisa mencapainya, saya
tidak akan membebankan kepada mereka. Bagi saya keberhasilan mereka saat ini ataupun
kedepannya bukan di ukur dari nilai-nilai yang tertulis di raport mereka.
Tetapi ketika mereka punya impian masa depan, dan mereka punya peta yang jelas
untuk meraihnya. Sayalah yang bertanggung jawab menuntun mereka meraih
impiannya itu dan tetap mengingatkan mereka untuk tetap berjalan dan bertaqwa
di jalan Allah.(Bersambung)
Tulisan ini saya dedikasikan untuk ketiga buah hati
saya : Ammar, Hilwa dan Hilmi.
Masya Allah ummi wiwid, saya sependapat dengan ummi wiwid. doakan semoga saya bisa mengikuti jejek ummi, menjadi madrasah bagi anak-anak meskipun ada kesibukan lain ... semangat ummi wiwid, semoga diberikan keberkahan dan anak-anak yang sholeh sholehah. Aamiin.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteterimakasih mbak miftahul Rohmah sudah mampir
ReplyDeleteammiin semoga kita semua menjadi ibu yang baik..
terimakasih mbak miftahul Rohmah sudah mampir
ReplyDeleteammiin semoga kita semua menjadi ibu yang baik dan tauladan bagi anak-anak kita..
terimakasih mbak miftahul Rohmah sudah mampir
ReplyDeleteammiin semoga kita semua menjadi ibu yang baik dan tauladan bagi anak-anak kita..