Skip to main content

PELUK ERAT ANAK-ANAKMU



Sumber : Google
Mendung menggelayut sejak senja menjelang. Adzan magrib di kumandangkan diiringi dengan suara petir yang bersahut-sahutan. Si sulung seperti biasa berpamitan pergi ke masjid. Aku hanya mengiyakan tanpa perasaan was-was. Sholat jamaah di masjid belum usai, ketika hujan turun dengan lebat. Aku di rumah beserta si tengah dan si bungsu mengerjakan aktifitas seperti biasa. Mengaji dan belajar.
Hujan di luar masih lebat, angin kencang mengiringinya. Hingga dentang waktu pukul 8 malam, Hujan belum juga reda. Aku mulai gusar, bagaimana dengan si sulung yang sedang di masjid? Biasanya jam 8 malam pintu masjid sudah terkunci. Dan abi si sulung sedang tugas ke luar kota.
Ku pandangi jalanan diluar sana, sepi. Tak ada seorangpun menginjakkan kakinya diluar sana. Hujan masih mengguyur dengan lebat, diiringi kilatan-kilatan petir. Aku semakin gusar. "Sulungku, dimanakah kamu?" Batinku merintih sedih.
30 menit berlalu dari jam delapan malam. Segera ku bergegas mengambil payung dan mantel. Ku titipkan si bungsu dan dan si tengah ke tetangga sebelah. Ku telusuri rumah teman-teman dekat si sulung. Nihil. Aku menatap jalanan yang lengang. Hanya hujan lebat yang menemaniku. Ku berhenti di tengah jalan yang lengang. "Sulung, di manakah kamu" getir hatiku semakin khawatir. Aku menangis. membayangkan sulungku entah tidur di mana, dengan siapa dan bagaimana. Meski hatiku juga berdoa, semoga ada orang baik yang mau mengantantarkan sulungku pulang.
Dalam kesunyian di tengah hujan lebat, aku merenung. Meski terkadang kami bertengkar, karena si sulung tidak sependapat denganku. Aku tak sanggup kehilangan dia. 
Lalu pikiranku melantur kemana-mana? Bagaimanakah dengan bayi-bayi yang di buang di got, di Tong sampah. Bagaimanakah anak-anak yang di telantarkan ibu mereka? Bagaimanakah perasaan ibu yang melahirkannya? sungguh tidak adakah sama sekali rasa belas kasihan di hatinya? membayangkan seorang bayi mungil  yang menggemaskan entah nasibnya bagaimana hanya karena sepotong rasa malu pada manusia, tidak pada Tuhannya. Jika aku kehilangan "Sejenak" anak sulungku yang sudah bisa berbicara, sudah mengetahui alamat rumahnya, sudah mengetahui nama orangtuanya saja aku begitu khawatir kehilangannya? lalu aku sungguh tak mengerti dengan perasaan-perasaan ibu ataupun orang tua yang begitu saja menelantarkan bayi-bayi ataupun anak-anak mereka. Sungguh aku tak tahu bagaimanakah hati mereka.
Ketukan pintu menyemangatiku. Ku tengok jam dinding, 30 menit berlalu dari jam 10 malam. Si sulung di depan pintu dalam keadaan tak kurang apa. Aku bahagia.Dan rasanya ingin ku dekap anak-anakku dengan erat selalu.


#ODOP minggu kedua



Comments

  1. Aku sampai bisa membayangkan dan merasakan dag dig dug nya... buah hati kita adalah amanah... mantaap mba teruskan dengan inspirasi yang lainnya...

    ReplyDelete
  2. Nice share mba. Diksinya bagus. :) Alhamdulillah si sulung gak kenapa2 ya. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bisa m

Selamat Tinggal

www.pinterest.com “Jadi kau benar-benar akan meninggalkanku? Kau sungguh tega?” suaramu sungguh terdengar kacau. Hatiku pedih. Rambut hitam lurusmu yang mulai menutupi leher terlihat acak-acakan. Namun, wajahmu masih terlihat tampan, meski sendu memenuhi setiap garis-garis wajahmu. Kauusap wajahmu kemudian memandangku yang terdiam dengan tajam. Aku menunduk, mencoba mengalihkan tatapan elangmu yang kini mungkin terlihat sedikit layu. Aku masih terdiam, sunyi di antara kita. Aku sudah bulat dengan keputusanku ini. Meski aku menyayangimu, sungguh, keputusan ini harus kuambil. Aku mungkin terlihat bodoh, meninggalkan semua kenyamanan ini dengan alasan yang “tidak masuk akal.” Namun, aku adalah aku. Tak akan kuijinkan oranglain mengontrol hidupku seolah-olah tidak bisa hidup tanpanya. “Baiklah, kalau kaumemang sudah memutuskan itu. Aku bisa apa. Meski katamu kau menyayangiku.” Suaranya terdengar parau. Tangan kanannya mengaduk-aduk secawan es campur, menyendoknya perlahan,