Skip to main content

UJUNG PENANTIAN Bag 1

www.cchurin.blogspot.com

Fia
Hmm… undangan yang ke sekian di bulan haji ini. Segera ku taruh undangan itu di kardus yang memang sengaja ku sediakan untuk mengumpulkan undangan-undngan dari semua teman-temanku. Kardus itu sudah terisi penuh dengan undangan. Undangan yang ku kumpulkan sejak enam tahun yang lalu. Aku juga tidak tahu alasannya, untuk apa undangan-undangan itu aku kumpulkan. Aku hanya mengikuti kata hatiku saja.

Entah kapan aku akan mengirimkan undangan seperti itu. Aku nyaris tak punya waktu untuk memikirkannya, meski ketika undangan-undangan itu datang, sisi hatiku yang paling dalam selalu saja bergejolak. Tugas utamaku sudah selesai kini. Pun sudah ku berangkatkan ibu pergi haji tahun ini. Melihat adikku satu persatu selesai kuliah dan mendapatkan pekerjaan layak sesuai yang mereka inginkan. Tinggal berganti ibu yang selalu menanyakan kesendirianku. Menanyakan kapan kiranya aku akan mengakhiri masa lajangku.


Aku kembali teringat lelaki di masa laluku pun hingga kini. Lelaki yang mungkin pernah kusakiti hatinya. Ya Tuhan, aku benar-benar mencintainya. Hingga kini, aku belum bisa melepas namanya dari hatiku.

Arman       
        Kamu masih saja terus membuatku kagum. Dengan ketegasan dan kegigihan sikapmu semakin kuat keinginanku utnuk menyandingmu. Namun apakah masih ada rasa yang sama di hatimu untukku meski peristiwa enam tahun lalu yang sempat menorehkan luka di hatiku.

        Wajahmu begitu manis, merah merona ketika ku ungkapkan perasaanku kepadamu. Kau hanya tersenyum manis dan matamulah yang meyakinkanku jika engkau pun memiliki rasa yang sama atasku.

        Sejak hari itu hariku indah dengan dirimu di hatiku. Rencana-rencana bahagia kita rajut bersama.

        “Fi, seperti apakah undangan pernikahan kita nanti ya?” tanyaku padamu setelah kita membahas tentang rencana pernikahan kita waktu itu.

        “Yang sederhana saja tapi masih bermanfaat bagi penerimanya.”

        “Hmmm…gitu ya Fi, bagus juga idemu. Bagaimana kalau kita nanti survey ke percetakan untuk harganya.”

        “Bolehlah….siiip”, jawabmu dengan senyum manismu membuatku semakin bersemangat untuk merengkuhmu di dunia yang lebih di riidhoi Tuhan.

        Namun tiba-tiba siang itu sejam sebelum janji kita memesan kartu undangan itu engkau menemuiku dengan wajah muram, tidak seperti biasanya. Engkau berkata bahwa engkau tidak bisa menikah untuk saat itu, mungkin beberapa tahun lagi engkau baru akan menikah.

        Saat itu aku langsung di kuasai emosi, aku marah. Aku tak mau mendengarkan alasan apapun darimu saat itu meski engkau menangis tersedu memohon aku untuk mendengarkanmu. Satu alasan yang tertancap di hatiku bahwa engkau mempermainkan cinta kita, engkau mempermainkan perasaanku. Saat itu aku benar-benar dikuasai emosi, aku tak mau mendengarkanmu, kutinggalkan engkau seorang diri ditaman kota dengan tangis sedumu.


        Hingga esok harinya suratmu datang untukku. Namun aku enggan membukanya. Kuajukan pada atasanku untuk mutasi kerja ke pulau seberang untuk belajar melupakanmu. Hingga enam tahun berlalu surat itu masih belum ku buka dan tersimpan rapat di laci lemari bajuku. Aku belum berani membukanya hingga kini. Aku terlalu pengecut untuk mengetahui alasanmu memutuskan rencana pernikahan kita waktu itu. Aku takut alasanmu semakin membuatku terluka.

bersambung

#cerita romantis#ceritasedih#ceritapenantian

Comments

  1. Waaahhh mbak wid bikin cerbung lagi..😆😆😆duduk manis nunggu kelanjutannya..

    ReplyDelete
  2. Cantik cantiik cantiik ceritanya 😍
    Ayoo buka suratnyaa hehehe
    Siap nongkrong niih bun 😘

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bisa m

Selamat Tinggal

www.pinterest.com “Jadi kau benar-benar akan meninggalkanku? Kau sungguh tega?” suaramu sungguh terdengar kacau. Hatiku pedih. Rambut hitam lurusmu yang mulai menutupi leher terlihat acak-acakan. Namun, wajahmu masih terlihat tampan, meski sendu memenuhi setiap garis-garis wajahmu. Kauusap wajahmu kemudian memandangku yang terdiam dengan tajam. Aku menunduk, mencoba mengalihkan tatapan elangmu yang kini mungkin terlihat sedikit layu. Aku masih terdiam, sunyi di antara kita. Aku sudah bulat dengan keputusanku ini. Meski aku menyayangimu, sungguh, keputusan ini harus kuambil. Aku mungkin terlihat bodoh, meninggalkan semua kenyamanan ini dengan alasan yang “tidak masuk akal.” Namun, aku adalah aku. Tak akan kuijinkan oranglain mengontrol hidupku seolah-olah tidak bisa hidup tanpanya. “Baiklah, kalau kaumemang sudah memutuskan itu. Aku bisa apa. Meski katamu kau menyayangiku.” Suaranya terdengar parau. Tangan kanannya mengaduk-aduk secawan es campur, menyendoknya perlahan,