Ini semua gara-gara game online. Malam telah beranjak, hanya sunyi yang
menyergap. Namun suara bayi menangis kencang membelah malam. Sudah tiga hari
badannya panas dan belum menurun.
“Pa,
cepat. Belikan obat panas di apotek terdekat,” aku berteriak dari kamar. Lelakiku
hanya menjawab dengan kata sebentar. Senyum bahagia tersungging di bibirnya. Lelaki
itu belum berubah juga. Game online telah jadi candu baginya.
Ini semua gara-gara game online. Malam telah beranjak, hanya sunyi yang
menyergap. Namun suara bayi menangis kencang membelah malam. Sudah tiga hari
badannya panas dan belum menurun.
“Pa,
belikan obat panas di apotek terdekat,” perempuanku berteriak dari kamar. Aku
hanya menyahut sejenak. Game online ini
sedang mengasyikkan. Aku tak mau di ganggu. Toh bukan yang pertama si kecil
demam dan akan reda setelah di kompresnya.
Jika sudah malam begini apotek terdekat yang masih buka agak jauh dari perumahan. Hmm sebentar. Aku
bahagia, kali ini aku akan menang.
Ini semua gara-gara game online. Malam telah beranjak, hanya sunyi yang
menyergap. Namun suara bayi menangis kencang membelah malam. Sudah tiga hari
badannya panas dan belum menurun.
“Pa,
belikan obat panas di apotek terdekat,” teriakan itu menggangguku. Aku segara
keluar kamar. Si kecil sejak semalam memang rewel, badannya panas. Obat
paracetamol telah habis ku minumkan. Harusnya si kecil dibawa ke rumah sakit.
Namun kebiasaan Tuan yang menggampangkan suatu hal. Bahkan kini dia tidak beranjak
meski menit telah berlalu dari teriakan Nyonya. Tangan dan matanya masih asyik
menekuri handphone. Bibirnya melengkung menggambarkan senyuman.
Ini semua gara-gara game online. Malam telah beranjak, hanya sunyi yang
menyergap. Namun Suara bayi menangis kencang membelah malam. Sudah tiga hari
badannya panas dan belum menurun.
“Pa,
belikan obat panas di apotek terdekat,” teriakan itu terdengar jelas dari rumah
sebelah. Siapa yang tidak mendengarnya. Rumah model couple satu atap yang
seperti tak berbatas. Kemarin pemilik rumah sebelah bercerita si kecil sudah
tiga hari panas. Si kecil harusnya segera dibawa ke rumah sakit. Namun papanya
si kecil yang sedang kecanduan game online, menyarankan untuk memberi minum
obat penurun panas dulu. Mungkin sekarang obatnya telah habis.
Ini semua gara-gara game online. Malam telah beranjak, hanya sunyi yang
menyergap. Namun suara bayi menangis kencang membelah malam. Sudah tiga hari
badannya panas dan belum menurun.
“Pa,
belikan obat panas di apotek terdekat.” Tetapi suaminya tak segera beranjak.
Menurut gosipnya, suaminya kecanduan game online. Hingga obat penurun panas itu
tak terbeli. Harusnya suaminya segera beranjak pergi. Perempuan itu menangis.Kabar
telah disiarkan. Tetangga telah bergerak. Lubang kubur telah di siapkan. Surat keterangan
kematian atas nama si kecil telah kubuat.
(end)
Duuh ... gara-gara game online, nyawa anak tercinta pun melayang. Na'udzubillah. Semoga kita terhindar dari hal yang demikian. Aamiin
ReplyDeleteUdah jadi budak game online..akibatny jdi mnggampangkan sampe hal yg trpnting...
ReplyDeleteJdi pringatan tuk yg dah kcanduan...
Udah jadi budak game online..akibatny jdi mnggampangkan sampe hal yg trpnting...
ReplyDeleteJdi pringatan tuk yg dah kcanduan...
Waduh, kenapa tulisannya banyak yg jadi model roller coaster kaya gini terus?
ReplyDeleteWaduh, kenapa tulisannya banyak yg jadi model roller coaster kaya gini terus?
ReplyDeletemb wiwid ini bagus
ReplyDeleteKejadian nyata ini. Mau games, chating atau apa pun kalau sudah kecanduan, wih... pasti ada korban.
ReplyDeletegara-gara game online banyak para pemuda/i menghabisakan waktunya dengan bermain game.
ReplyDeleteEndingnya sedih :(
ReplyDeleteEndingnya sedih :(
ReplyDeleteMantap mba ,,,
ReplyDeleteMasyaallah game onlineee iniii,,
wiiih mbak wid kereeen...POV berbeda beda..saluuut deh..
ReplyDeletewiiih mbak wid kereeen...POV berbeda beda..saluuut deh..
ReplyDeletewiiih mbak wid kereeen...POV berbeda beda..saluuut deh..
ReplyDeleteMba wid sekrang tambah keren :D
ReplyDelete