“Jangan
bunuh dia!”
“Kenapa?”
“Karena
kamu pembunuh.”
“Jangan
bunuh dia, kumohon kali ini saja!”
“Kenapa,
berikan alasanmu?”
“Aku
hanya tetap ingin melihatnya.”
“Tak
seharusnya dia hidup.”
“Tak
seharusnya kamu mengakhiri hidupnya, kamu bukan Tuhan.”
“Apa
gunanya dia hidup, tengoklah dirimu yang sekarat.”
“Aku
tetap ingin dia hidup.”
“Dasar
buta.”
“Dasar
pembunuh.”
“Aku
bukanlah pembunuh, kau yang pembunuh. Kau bunuh dirimu sendiri.”
Sunyi,
sepi, hanya detak jarum jam diding berdetak membelah sunyi.
“Benarkah aku pembunuh?”
“Ya,
kau bunuh dirimu sendiri. Dengan cinta yang meranggas.”
Sunyi
sepi lagi, detak jarum tak berhenti.
“Maka
bolehkah ku bunuh dia?”
Sunyi
sepi, detak jarum jam semakin berlari.
“Maka
bolehkah ku bunuh dia?”
“Bunuhlah,
kau benar sembilu ini semakin meyayat dan aku semakin sekarat.”
Aku
yang sekarat, menatap tak percaya pada setiap gerakan jemarinya yang lincah. Perlahan-lahan
membunuhnya, dalam setiap rangkaian cerita yang ditulisnya. Rangkaian cerita
yang sama atas hatiku yang meranggas karena cinta.
Masih kaget..eh udah slesai ceritanya -_-
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
Deleteefek yang nulis kurang baca ini dik saki
DeleteKurang panjang bund, hhii... Udah tahan napas ini tadi
ReplyDeleteiya nulisnnya cuman sebentar..langsung publish
Deletejudulnya jdi inget nama lagu kak Wid .. hehe
ReplyDeletesiapa yang nyanyi mas?
Deletekak ,,, kurang panjaaaaang ,,
ReplyDeletegregetiin ,,
gemes