www.pixabay.com |
Hatiku
rasanya tak sabar menanti pertemuan ini. Enam tahun yang lalu terakhir aku
mengunjungimu. Rinduku membuncah di dada. Meski jarak yang terbentang ini
selalu terikat oleh deringan telpon di akhir minggu. Berjam-jam menghabiskan
waktu berbincang denganmu tentang masa lalu, tentang keadaanmu di sana
sekarang, tentang tetangga-tetangga kita, tentang teman sepermainanku, tentang
nasehat-nasehatmu. Serasa tidak cukup waktu untuk membahasnya.
Bentangan
waktu yang terukir begitu lama, tak terasa sudah. Panah waktu yang melesat
begitu cepat menembus roda kehidupan hingga putarannya membawaku pada posisi
270 derajat. 270 derajat dibandingkan bentangan waktu yang telah kau tapaki.
Suara
petugas bandara menginformasikan bahwa nomor pesawat yang kau tumpangi sudah
mendarat dengan selamat. Kaki melangkah mendekat pintu kedatangan. Mataku tak lepas menatap kesana. Bayangan terakhir
tubuhmu yang pernah tersimpan di memori otakku belum juga terlihat. Justru pikiranku
kembali melaju kepadamu. Engkau yang memiliki cinta seluas samudra, samudra
yang tiada bertepi. Ketika kau dengar cerita sedihku, tanganmu selalu
membentang mengulurkan kehangatan. Ku belajar banyak dirimu, akan cinta tanpa
syarat.
Kini
retina mataku menangkap sosokmu di sana, berjalan pelan menujuku. Kedua jemari
tanganmu ku gengam. Kucium, kurasakan goresan tanganmu yang semakin berparut. Air
mata yang ingin mengalir, ku seka dengan segera. Aku ingin engkau melihatku
selalu bahagia.
Ibu, semoga masih ada waktu untuk
membahagiakanmu
#ODOP
menulis setiap hari
Ibu, jd kangeeen ibu
ReplyDeleteIya mb Lisa..kangen ibu
DeleteIbu sosok malaikat tanpa sayap
ReplyDeletePingin bermanja lagi pd ibu ..
ReplyDeleteAyah...
ReplyDeleteHehehe, comentnya keluar tema nih,
Maaf, bun wiwid... hehehe