Seorang wanita dua duduk di pembaringan
di sampingmu. Matanya menatapmu penuh kasih dan juga penuh duka. Wanita yang
kasihnya tiada pernah ertepi, namun mungkin jarang terlintas di benakmu.
Seorang bayi mungil yang masih merah terlelap disampingmu.
Seharusnya skenario ini
tak boleh benar-benar terjadi. Lelaki bangsat itu bahkan tak menampakkan
hidungnya sama sekali di hadapanmu. Nasi telah menjadi bubur. Kata orang bubur
akan lezat jika di tambah kerupuk, cakue, dan bawang goreng. Entahlah,
sepertinya tidak mudah mencari cakue, kerupuk dan bawang goreg untuk menjadikan
buburmu lezat terasa di hati orang-orang yang menyayangimu.
Seandainya
Seandainya
Seandainya
Berulangkali kata
seandainya berputar di kepalaku. Namun semakin membawaku dalam duka berkepanjangan.
Suara tangis bayi
membangunkanmu. Kamu hanya terdiam. Menatapnya tanpa cinta. Bayi merah itu
pasti kehausan. Namun kamu tetap dalam diam. Hingga akhirnya dia tertidur
kelelahan. Hatiku berteriak marah
melihatmu mengabaikannya. Namun aku pun membisu.
Kamu hanya menatap
langit-langit, seolah disanalah bisa kau sampaikan penyesalanmu. Air mata kemudian
menetes dari matamu, kemudian kamu tergugu menahan tangis yang semakin deras mengalirkan
airmatamu.
“Semua ini seharusnya tidak perlu terjadi, meski
semua ini kau lakukan untuk balas dendam terhadap mantan suamimu” batinku
berkata penuh nelangsa. Aku memang tidak bisa membencimu, apapun keadaanmu.
Darah kental ini telah mengikatnya. Karena kamu adalah kakak kandungku
TAMAT.
ohhh..kakak kandung ternyataa
ReplyDeletekirain siapaaa -_-
Waah saya belum tahu cerita sebelumnya nih. Jadi penasaran.
ReplyDeleteoallaaahhh
ReplyDeleteoallaaahhh
ReplyDeleteAih.. bikin penasaran yah orang ketiganya itu siapa. Keren idenya mbak wiwid..
ReplyDelete