www.pixabay.com |
Hujan
tak pernah berhenti kali ini, November. Aku ingin memeluknya, memeluk rinai
hujan untuk menyembuhkan luka yang menganga. Karena aku selalu jatuh cinta akan
kesejukan dan kedamaian yang dibawanya.
Ah
tidak, aku sebenarnya sedang membutuhkan senyum hangat mentari. Untuk
menyembuhkan lukaku yang semakin membusuk, semakin bernanah.
Namun
senyum mentari tak pernah hadir. Hingga lukaku semakin berbau anyir. Aku tak
sanggup lagi. Mulutku berteriak dengan lantang,”Mentari, dimanakah kau kini?
Aku hanya rindu senyum hangatmu.”
Mentari
menatapku. Raut wajahnya sendu, dia hanya diam membisu.
Aku
terpaku, diantara tangisan langit yang tak berhenti. Ketika pantulan rinainya
mengalunkan serenade yang indah, namun semakin membuat lukaku membeku dan bernanah.
Kini
ada ruang kosong yang baru, berisi hatiku yang beku dan mulut yang membisu.
(End)
Kece sekali diksinya kawid
ReplyDeleteWow mntep tlisanny mbak..meliuk lincah...itu saya tebak ungkapan perasaan boring kali' mbak ya??...hehhe
ReplyDeleteNebak doang...
Mbak wid.. Aiiihhhh...
ReplyDeleteKeren bund...
ReplyDeleteLebih panjang dong :D
Sedih. ðŸ˜
ReplyDeleteWow diksinya...ajarin mba wid
ReplyDelete