sumber:www.fongsoi.blogspot.com |
-Tentangmu-
Bertemu
denganmu, bukan dalam mimpi. Wajahmu yang tirus, nyaris tak kukenali lagi.
Wajah pucat pasi, menguarkan aroma duka yang tertahankan sejak lama. Mari ke
sini. Biar kudekap lembut bahumu. Menangislah, hingga matamu yang bening tak
mampu menampung lelehan airmata yang mengalir deras.
“Pagiku
dingin dan beku,” katamu. Saat kau menari diantara rinai hujan pagi itu.
Menyembunyikan kepingan hati yang remuk redam, senyum yang hilang dan tangisan
yang tak tertahankan.
“Pagiku
selalu dingin dan beku,” katamu. Ketika nyala api hidup semakin memudar.
Langkahmu gontai menapaki jalan. Tubuh yang terhuyung menyangga badan.
“Masihkah ada harapan?” tanyamu.
“Ada,”
jawabku lantang. Lihatlah bintang gemintang. Yang tetap bersinar dimalam kelam.
Atau mentari yang tetap tersenyum. Dibalik awan hitam yang tebal. Memberikan
tanda selalu ada cahaya dibalik pekatnya awan.
“Tanyalah,
apakah hatiku masih utuh?” katamu. Ketika kelebat bayang masa lalu menoreh luka
yang mendalam dihatimu. Bukan bercerita
tentang camar-camar yang beterbangan dilangit biru. Namun tentang gulita yang
memenuhi rongga dadamu. Gelap, sunyi, sendiri. Seperti jiwa lara yang
telah dikubur mati.
“Hatiku
telah mati,” ucapmu lirih. “Lihatlah gagak-gagak hitam beterbangan diatas sana.
Tarian mereka begitu bahagia. Siap berpesta pora dengan jamuan tubuhku yang
jiwanya tak hidup lagi, mati.”
-Kisahmu-dulu-
Kau
merasa terhempas dalam dosa. Madumu telah dirampas paksa oleh lelaki pencinta.
Lelaki pencinta yang menghempaskanmu ke jurang gelap tanpa cahaya. Setengah
mati kau tapaki cadas jurang yang terjal. Jatuh bangun, hingga akhirnya kau
bisa mengintip cahaya. Cahaya yang membiaskan keindahan alam. Namun jiwamu tak
berasa, beku dan mati.
“Aku
tak ingin hidup bersamamu,” ujarmu pada lelaki pecinta waktu itu.
“Kenapa?
Aku cinta padamu,” mulut manis lelaki pecintamu berbusa.
“Aku
tidak. Bukan kau lelaki yang kucinta.” Suaramu menggema. Lelaki pencintamu
hanya menyeringai. Mengukir kemenangan diatas noda yang ditorehkan ditubuhmu.
Kau
pun terdiam seketika. Tiba-tiba jalan ke depan terasa gelap. Hatimu koyak,
sekarat dan akhirnya mati.
Kau
pun harus memakamkan hatimu yang telah mati. Dihari ketika gaun putihmu
seharusnya memancarkan bahagia yang tak bertepi. Kau justru berbisik, jika
tubuhmu pun ingin kau makamkan bersama hatimu yang telah mati. Meski kau
berharap bahwa itu semua hanyalah mati suri.
Waktu
bergulir yang tak pernah kau mengerti. Hanya tangismu yang selalu mengoyak
malam sunyi. Bersama mimpi-mimpi. Mimpi yang telah dirampas oleh lelaki
pencinta. Hingga kau benar-benar mati suri. Sunyi, sepi, sendiri.
-Serenade
cinta-
Aku
tak ingin kau mati suri. Kutuliskan serenade ini untukmu. Agar bisa
membangunkan dari kematian sesaatmu.
Dengarkan
serenade ini. Kubuat hanya untukmu. Serenande terbuat dari not-not cinta. Cinta
yang merebak memenuhi rongga hatiku. Kunamakan serenade cinta. Sekali lagi,
hanya untukmu.
Dengarkan
lembut alunannya yang merdu. Semoga mengalun indah dan merasuk kedalam jiwamu.
Membangunkan mimipi-mimpi indah yang pernah kau ukir dikalbumu.
Aku
ingin melihat kuncup bibirmu merekah, semerbak membawa kebahagiaan di istanamu.
Rona mentari yang muncul diwajah manismu.
Bangunlah.
Tengoklah kini, Tuhanpun tak ingin kau mati suri. DikirimNya tiga bintang yang paling terang
untuk membawamu kembali. Memberimu seberkas cahaya, hingga kau akan terlupa
bahwa kau pernah ingin memakamkan tubuhmu yang tak berjiwa.
Bangunlah.
Dengarkan serenade cinta yang mengalun merdu. Lihatlah tiga bintang terang yang
mengelilingimu. Aku dan bintang-bintang itu akan membawamu menatap mentari yang
tersenyum menyambutmu.
(end)
Aku nangis bacanya...
ReplyDeletecup cup mbak lis
DeleteBEKU, SERENADE UNTUK LISA, mba... setiap diksimu mba mainkan dengan tepat. Ibarat sebuah lagu, hentakan musik dan lirik saling bergandeng, tak saling balap, dan tak ada yang meleset. Alunan diksimu bikin ketagihan. Emosi setiap kalimat bikin pembaca menahan nafas. Mba ga hanya semakin berani diksi, tapi semakin pandai memilih diksi. Itu kerenmu dari sudut pandangku :)
ReplyDeleteterimakasih intan
DeletePutri salju masa kini
ReplyDeletehahahahaha
Deletetulisan mbak Na hari ini, tuan salju
Saya sangat menikmati tulisan mba Wid. Suka.
DeleteKeren bunda wid..
ReplyDeleteterimakasih mbak irma
DeleteSiapkan catatan untuk mengabadikan kosa kata baru yg tercipta indah ini...
ReplyDeleteApanya yang mau di catat dik ci
DeleteSatu kata *Top* banget mba..
ReplyDeletembak rai..nomor rekeningnya masih sama kan?
Deletehahahahaha