Lelaki itu jalan tertatih, tak seorangpun mau mendekat kepadanya. Koreng yang menggerogoti tangan dan kakinya telah membusuk, menyengat hidung bagi yang mendekat. Lalat ikut bergembira menggerubungi koreng yang mengalir nanah putih diatasnya, berpesta pora.
Lelaki itu duduk di bawah pohon kihujan. Peluh membanjiri tubuhnya yang dibalut kaos lusuh. Sesekali tangannya dikibaskan, mengusir lalat yang menggerogoti koreng dengan semangat. Tak ada tempat untuk pulang dan mengadu. Sebatangkara dan tinggal di gubuk kecil yang sudah renta.
Lelaki itu dulu seorang penjual perabot rumahtangga keliling. Keranjang dipikul, berayun mengikuti jalannya yang tertatih. Sepatu butut selalu menyertai kakinya. Namun, sepatu butut tak bisa menemaninya lama-lama. Sepatu butut terganti dengan sandal jepit. Ada bekal kapal kaki yang kemudian menjadi luka, luka merebak hingga menjadi koreng yang menjijikkan mata. Lecet dan luka, hingga getah putihnya menyebar ke sesemua bagian kakinya.
Kartu keterangan miskin dibuat, lelaki itu menuju klinik kesehatan terdekat. Dokter menatap korengnya sebelah mata, memberi obat sekenanya. Lelaki itu pulang dengan nafas lega, setidaknya harapan untuk menyembuhkan koreng ada di depan mata.
Teryata luka semakin menganga, lelaki itu hanya pasrah meski hatinya nelangsa. Tidak ada harapan, begitu pikirnya. Kini dia hanya mencoba bahagia dan bertahan hidup hingga seseorang kelak menemukannya tak bernyawa. (end)
##Flashfiction Luka
Lelaki itu duduk di bawah pohon kihujan. Peluh membanjiri tubuhnya yang dibalut kaos lusuh. Sesekali tangannya dikibaskan, mengusir lalat yang menggerogoti koreng dengan semangat. Tak ada tempat untuk pulang dan mengadu. Sebatangkara dan tinggal di gubuk kecil yang sudah renta.
Lelaki itu dulu seorang penjual perabot rumahtangga keliling. Keranjang dipikul, berayun mengikuti jalannya yang tertatih. Sepatu butut selalu menyertai kakinya. Namun, sepatu butut tak bisa menemaninya lama-lama. Sepatu butut terganti dengan sandal jepit. Ada bekal kapal kaki yang kemudian menjadi luka, luka merebak hingga menjadi koreng yang menjijikkan mata. Lecet dan luka, hingga getah putihnya menyebar ke sesemua bagian kakinya.
Kartu keterangan miskin dibuat, lelaki itu menuju klinik kesehatan terdekat. Dokter menatap korengnya sebelah mata, memberi obat sekenanya. Lelaki itu pulang dengan nafas lega, setidaknya harapan untuk menyembuhkan koreng ada di depan mata.
Teryata luka semakin menganga, lelaki itu hanya pasrah meski hatinya nelangsa. Tidak ada harapan, begitu pikirnya. Kini dia hanya mencoba bahagia dan bertahan hidup hingga seseorang kelak menemukannya tak bernyawa. (end)
##Flashfiction Luka
Comments
Post a Comment