Skip to main content

Mati


Mataku baru saja terbuka, kusibak kain gorden dan mataku menyipit mengintip pagi yang masih temaram. Subuh baru saja usai, tapi mataku terkejut melihat pemandangan di luar. Empat mahluk berdiri mematung di halaman, dengan benda seukuran panjang manusia dewasa dibahu mereka. Siapakah mereka? Segera kuberlari menuju halaman, ingin menghentikan mereka dan bertanya.
Tetapi tiba-tiba langkah kaki mereka bergerak begitu semangat ketika aku mendekat. Empat mahluk dengan tudung kepala yang menyembunyikan wajah, aku tak mengenalinya. Di punggung mereka sebuah benda terpanggul, kain hijau menyelimuti, sebuah lafal yang aku hafal luar kepala tertulis di sana. Kuikuti langkah mereka tanpa rasa. Aku hanya penasaran siapa gerangan di dalamnya? Kenapa kali ini tak ada yang mengiringi? Entah mengapa hatiku di tarik untuk mengikuti. Relung hati tak mampu menggerakkan tangan untuk menghentikan langkah kaki mereka.
Pada sebuah tanah petak yang berisi banyak nisan mereka berkelok. Rima tapak kaki mereka melambat. Aku semakin ingin tahu, siapa gerangan yang akan mereka kuburkan. Ayahkah? Ibukah? Adikkah? Mereka yang tak sempat kutemui ketika tadi aku berlari keluara menuju  empat mahluk misterius ini. Tetapi mengapa tidak ada satupun yang mengiringi?
Kutajamkan penglihatan, ketika benda bertudung kain hijau mereka turunkan. Manusia berbalut kain kafan, mereka turunkan ke liang lahat. Aku terkesiap, ketika mereka membuka tali buhul di kepala. Sebuah wajah teramat sangat ku kenal.
“Tunggu!” teriakku
mereka mematung, menghentikan apa yang mereka lakukan.
“Kenapa, kenapa kalian kuburkan?”
Mereka masih bergeming.
“Mengapa? Tolong jawab aku!” isakku menghiba.
Mereka kini tak memedulikanku. Tanah hitam perlahan menimbun tubuh berbalut kafan. Aku tergugu. Aku sungguh mengenali tubuh itu.
“Kamu yang menghendaki ini semua. Seharusnya kamu berpikir panjang sebelum melakukan ini,” satu dari keempat sosok itu berkata.
Aku terkesima. Kuingat lagi apa yang telah terjadi beberapa waktu lalu. Yah…semalam aku kalap. Aku ingin mati. Aku ingin mati. Dan kini keempat mahluk itu telah mengubur tubuhku. Lalu, siapakah aku? Aku semakin tak mengenali diriku. (end)

 #FF dead


Comments

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bisa m

Selamat Tinggal

www.pinterest.com “Jadi kau benar-benar akan meninggalkanku? Kau sungguh tega?” suaramu sungguh terdengar kacau. Hatiku pedih. Rambut hitam lurusmu yang mulai menutupi leher terlihat acak-acakan. Namun, wajahmu masih terlihat tampan, meski sendu memenuhi setiap garis-garis wajahmu. Kauusap wajahmu kemudian memandangku yang terdiam dengan tajam. Aku menunduk, mencoba mengalihkan tatapan elangmu yang kini mungkin terlihat sedikit layu. Aku masih terdiam, sunyi di antara kita. Aku sudah bulat dengan keputusanku ini. Meski aku menyayangimu, sungguh, keputusan ini harus kuambil. Aku mungkin terlihat bodoh, meninggalkan semua kenyamanan ini dengan alasan yang “tidak masuk akal.” Namun, aku adalah aku. Tak akan kuijinkan oranglain mengontrol hidupku seolah-olah tidak bisa hidup tanpanya. “Baiklah, kalau kaumemang sudah memutuskan itu. Aku bisa apa. Meski katamu kau menyayangiku.” Suaranya terdengar parau. Tangan kanannya mengaduk-aduk secawan es campur, menyendoknya perlahan,