Skip to main content

Kota Mati

www.pinterest.com

Sudah hampir enam bulan kota ini bisa dibilang mati. Rakyat-rakyat bergelimpangan, tak ada harapan hidup. Rumasakit, jalanan penuh dengan mayat-mayat bergelimpangan yang tak dikenali algi bentuknya.
Profesor Ega, salah satu peneliti di laoratorium pemerintah yang menangani wabah begitu resah. Apa yang menyebabkan rakyat-rakyat Kota Belvin satu persatu tumbang tanpa ada gejala perubahan alam sedikitpun? Profesor memanggil para peneliti dari berbagai penjuru kota untuk mengerahkan segala kemampuan mereka menemukan penyebab wabah yang menimpa.
Rain, salah satu peneliti muda, menatap kotanya dari balik kaca laboratorium yang merupakan satu-satunya ruangan steril. Sepi sunyi, tak ada kehidupan lagi. Meski begitu, bukan berarti mereka juga akan terbebas dari malapetaka tersebut. Bakteri atau virus yang belum terdeteksi itu kini ada di ruangan ini meski belum ditemukan. Para peneliti mengambil sample darah dari setiap warga yang terkena untuk benar-benar mengetahui apa yang sesungguhnya menimpa kota ini.
***
Tak ada yang mengetahui sebuah rencana besar yang disusun oleh mahluk asing yang tidak terlihat oleh mata. Kekuatan yang mereka susun beberapa tahun lamanya setelah melihat dan mempelajari karakter manusia. Manusia yang lebih sibuk dengan dunia yang tidak pernah nyata ada di depannya.
Pagi dini hari pesawat yang mereka tumpangi mendarat di salah satu sudut kota yang sepi. Mereka meyakini jika kali ini usaha dan recana mereka akan berhasil. Mereka telah mengamati segala kebiasaan manusia. Dan di saat-saat seperti ini kebanyakan manusia sedang pulas dalam tidur panjangnya.
Mereka segera berlari menyelusup kedalam pori-pori, menghisap darah dan memakan hati manusia.
****
Rain meloncat seketika. Tubuhnya jatuh ke lantai. Semua peneliti menatapnya.
“Gila. Ini benar-benar gila.” Ucap Rain sambil menatap mikroskop yang masih berdiri tegak di atas meja.
Semua mata saling berpandangan satu sama lain. Melotot. Rasa khawatir terbias di wajah mereka.
Professor Ega segera melangkah mendekati Rain dan sepuluh peneliti lainya ikut mendekat.
“Kita akan kalah. Kalah. Mahluk itu semakin hidup dengan hanya setetes darah yang disesapnya. Dia…dia…semakin berkembang biak dengan cepat. Percayalah, mahluk itu sekarang mendekat ke tubuh kita.”
Tiba-tiba, tubuh Rain mengerang. Menggeliat. Matanya melotot. Kulit tubuhnya semakin terlihat pucat. Rain kini tak bernyawa.
Para peneliti segera berlarian. Tak ada lagi harapan. Sekilas mereka melihat tubuh Rain yang sudah tak berbentuk lagi.  Hanya tinggal kerangka pun yang kini mulai sedikit demi sedikit digerogoti.
Satu persatu para peneliti tumbang, mengerang, menggeliat dan ahirnya kaku.
Kota ini tak ada harapan lagi, mati. Dikuasai mahluk asing tak kasat mata yang sebentar lagi bermutasi menjadi sosok ngeri yang akan menguasai bumi ini.

Kota ini mati.(end)

#TantanganODOP7 #GenreFantasi

Comments

Popular posts from this blog

BELAJAR DARI LAGU SHAKIRA, TRY EVERYTHING

sumber:www.bbc.co.uk I mess up tonight, I lost another fight I still mess up, but I’ll just start again I keep falling down, I keep on hitting the ground I always get up now to see what the next I won’t give up, no I won’t give in Till I reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try eventhough I could fail I won’t give up, no I won’t give in Till I Reach the end and then I’ll start again No I won’t leave, I wanna try everything I wanna try everything eventhough I could fail Potongan lirik lagu Shakira di atas sangat memotivas kita untuk tidak menyerah, mencoba sampai akhir. Kemudian mencoba lagi meski tahu mungkin akan gagal. Sudah berapa kali kamu kalah, berputus asa dan terpuruk, Kemudian merasa berat untuk bangkit lagi? Mungin bisa dengarkan lagu Shakira Try Everything dan memahami makna yang disampaikan dalam lagunya. Lagu ini merupakan soundtrack film Zootopia. Film yang juga keren dan sarat...

Mengulas Cerpen Penguburan Kembali Sitaresmi

sumber:www.weknowyourdreams.com Cerpen karya penulis ternama Triyanto Triwikromo ini bercerita tentang salah satu cuplikan kejadian di tahun 1965. Tentang pembantaian para wanita yang dituduh sebagai anggota Gerwani (salah satu gerakan wanita milik PKI) Cerpen ini berkisah dari sudut pandang seorang saksi yang melihat kejadian pembantaian 24 wanita yang dituduh sebagai Gerwani yang juga di sebut sebagai pembantaian di Bukit Mangkang.   Kecuali jika aku menjadi saksi pembantaian itu bukan? Kurasa akulah satu-satunya saksi yang masih hidup. Waktu peristiwa itu terjadi aku berusia 17 tahun dan pandanganku—meski terhalang hujan yang turun terus-menerus—masih sangat waras. Aku masih remaja penasaran dan ingin tahu segala yang terjadi. Meskipun menyaksikan dengan gemetar, aku masih bisa membedakan siapa yang ditembak, siapa yang menembak. Aku masih bisa memergoki beberapa jip dan truk yang mengusung perempuan-perempuan malang yang hendak dibantai di tengah hutan, masih bi...

Pada Senja yang Merindu

Pada Senja yang Merindu untuk -Adriana- Pada saat seperti ini, pada saat aku menguarkan cahaya emasku Biasanya kamu menunggu di sana Kakimu terjulur di ombak yang berbuih Di tepian pantai Dengan senyum dan mata jernihmu, kamu berbisik, “Senja, janganlah kamu meninggalkanku” Pada saat senja seperti ini, pada saat aku hendak menuju peraduanku Kamu selalu datang dan menatapku Kamu bisikkan sebuah cerita Tentang Mr. Frozen yang kamu rindu Siapakah dia? Aku tak perlu tahu Cukup sudah kamu percaya kepadaku untuk mendengar bisikan ceritamu Kemilau cahaya di matamu, cukup sudah menggambarkan rasamu tentangnya, Mr. Frozen Senja kali ini, aku bersinar begitu keemasan Ingin kutunda kepergianku Aku menanti kedatanganmu Beberapa menit berlalu Aku masih menunggu Namun, siluetmu tak jua menyapaku Ada apa denganmu? Sinar keemasanku semakin pudar Waktuku hampir habis, siluetmu masih juga belum menyapaku Kemudian, angin mengabarkanku Bahwa kamu tak bisa menatap kepergian...