www.tribunnews.com Kutulis surat ini untukmu. Aku tahu kamu telah pamit padaku. Hmm...perpisahan yang membuatku mati, karena tak mampu lagi merangkai kata dari jemari-jemariku. Apakah kamu tahu jika ini tak mudah? Tersuruk di sudut, menatapmu melangkah pergi dan tak tahu kapan kembali. Mau kuapakan roller coaster yang kamu titipkan padaku? Aku tak tahu menahu tentang roller coaster. Bagaimana aku bisa mengoperasikan hingga menjadi sesuatu yang mengasyikkan bagi penumpangnya? Tetapi akhirnya aku menyerah. Aku juga tak tahan jika hanya melihat roller coater itu membisu. Pasti jika aku biarkan dia tetap membisu, roller coaster itu akan menjadi berkarat dan akhirnya tidak bisa dimainkan. Padahal sebelumnya roller coater ini selalu ramai. Para penumpang selalu ketagihan setelah menaikinya. Mereka akan mengantri, mengantri, mengantri lagi untuk bisa menaiki roller coaster yang kamu jaga ini. Maka setelah kepergianmu, kucari seseorang, eh lebih tepatnya beberapa orang...
Mari menari bersama kata-kata dan imajinasi