www.pixabay.com Kartini hanya bisa menggeram. Hatinya benar-benar perih. Rasanya ingin mencaci, menumpahkan segala rasa benci dan kecewa yang dia rasa. Seragam putih abu-abu masih melekat di tubuhnya. Dia hanya menelungkup di atas kasur, menahan deras laju airmata yang mencoba membasuh lara yang menyelinap di dalam hatinya. Dia begitu benci terjebak dalam balada cinta yang baginya terasa tidak pernah usai. Mengikat, rumit dan membuatnya sesak nafas. Ingin dia terbang, lepas bebas di udara. Menatap bumi dengan gegap gempitanya. Namun, semuanya hanya angan belaka. Dia merasa benci kepada dirinya. Seharusnya dia tahu jika tidak perlu lagi menjadi pemeran utama di sana. Namun, seperti pepatah, betapa lebih sulit memaafkan diri sendiri yang begitu lemah hingga tetap berada dalam kubangan cinta yang tidak mencintainya. Kartini dalam dilema. Kini hatinya sedang berusaha membangun sebuah benteng kokoh di dalam hati yang kelak akan menahannya untuk tetap berdiri tangguh menatap...
Mari menari bersama kata-kata dan imajinasi